Menuju konten utama
Advertorial

Langkah Sinergi Membangun Negeri

Para pionir industri bersatu untuk mewujudkan cita-cita: kedaulatan pasokan semen nasional dan menjadi kebanggaan bangsa

Langkah Sinergi Membangun Negeri
Ilustrasi diskusi tentang pembangunan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - 7 Agustus 1957, Presiden Sukarno meresmikan Pabrik Semen Gresik. Dalam sambutannya, sang proklamator mengungkapkan kebanggaannya terhadap putra-putri republik yang telah mampu membangun pabrik semen: komponen penting pembangunan infrastruktur negara.

Upaya mendirikan pabrik semen di Gresik sebetulnya telah dirintis sejak masa Hindia Belanda, tepatnya pada 1935. Kala itu, Ir. Van Es, seorang ahli Geologi yang bekerja di Jawatan Geologi Bandung, menulis laporan berjudul “Hoofdgelohisch Technische Onderzoekingen.” Dia menyatakan ada kandungan kapur bermutu pada bukit-bukit yang menghiasi paras kota Gresik. Delapan tahun kemudian, pemerintah menindaklanjuti saran Van Es dengan menyusun sebuah masterplan. Kekalahan Belanda di Perang Dunia II menjadikan rancangan itu tak lebih dari setumpuk berkas.

Setelah kemerdekaan, Wakil Presiden Mohammad Hatta meminta berkas-berkas itu ditinjau kembali. Dua ahli tambang berkebangsaan Jerman, Dr. F. Laufer dan A. Kraeff, dikontrak untuk melakukan survei ulang dan pengeboran. Pada Januari 1951, lewat laporan Result of Investigation by Core Drilling of the Plionce Limestone near Gresik”, terungkap bahwa cadangan batu kapur yang disurvei mencukupi kebutuhan pabrik semen berkapasitas produksi 250.000 ton per tahun selama 60 tahun.

Jauh sebelum Semen Gresik membanggakan para pemimpin bangsa, pada 1910, pemerintah Hindia Belanda mendirikan NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) di Indarung, Sumatera Barat. Pabrik itu diambil alih oleh manajemen Asano Cement semasa pendudukan Jepang pada 1942-1945. Kemudian, berkat Agresi Militer I, pabrik kembali direbut Belanda dan namanya diubah menjadi NV Padang Portland Cement Maatschappij (NV PPCM).

NV PPCM secara resmi diserahkan kepada bangsa Indonesia pada 18 Maret 1958. Inilah cikal bakal Semen Padang. Penyerahan itu dilakukan oleh Hooffadministrateur PPCM Ir. Van der Land kepada J Sadiman yang bertindak atas nama Direktur Badan Penyelenggara Perusahaan Industri Dasar dan Tambang Kementerian Perindustrian Dasar dan Tambang. Sejak itu, perusahaan-perusahaan strategis bangsa dikelola oleh putra-putri terbaiknya.

Selain Semen Gresik dan Semen Padang, perusahaan semen lain milik pemerintah adalah Semen Tonasa yang didirikan pada 5 Desember 1960 dengan kepemilikan saham 100%. Mulanya, PT Semen Tonasa yang berlokasi di Desa Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, mempunyai kapasitas produksi sebesar 120.000 ton per tahun.

Pada 1995, PT Semen Gresik (Persero) Tbk, yang telahgo public selama empat tahun sekaligus mencatatkan diri sebagai perusahaan BUMN pertama dengan saham di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), melakukan konsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Hasilnya: Semen Gresik Group.

Perusahaan gabungan itubersalin rupa menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pada 7 Januari 2013, dan berperan sebagai strategic holding company yang menaungi PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, dan Thang Long Cement Company Vietnam.

Infografik Advertorial Semen Indonesia

Infografik Advertorial Membangun Kekuatan Memajukan Indonesia

Bersatunya Pionir-pionir Semen Tanah Air

Saat ini di Indonesia terdapat 15 perusahaan semen dengan kapasitas terpasang sekitar 107 juta ton per tahun, dengan komposisi 63% capacity share tersebut dikuasai oleh pihak swasta dan perusahaan-perusahaan asing, salah satunya adalah PT Holcim Indonesia Tbk.

PT Holcim Indonesia berdiri sejak 15 Juni 1971 dengan nama Semen Cibinong. Dengan restu Presiden Soeharto, perusahaan swasta yang memiliki dua pabrik tersebut melepaskan 178.750 sahamnya ke publik di Bursa Efek Jakarta pada 1977.

Berdasarkan laporan Bisnis Indonesia, saham mayoritas Semen Cibinong berulang kali berganti pemilik. Yang paling diingat: pada 2001, 6,51 juta lembar sahamnya (77,33%) diakuisisi Holcim Participation (Mauritius) Ltd. Empat tahun kemudian, Holcim Participation mengalihkan seluruh sahamnya (senilai Rp2,47 triliun) di Semen Cibinong kepada Holderfin B.V. Per 1 Januari 2006, Semen Cibinong, yang salah satu produknya adalah Semen Kujang, berganti nama menjadi Holcim Indonesia.

Holcim Indonesia merupakan perusahaan semen terbesar ketiga di Indonesia—setelah Semen Indonesia dan Indocement (Jerman)—dengan kapasitas 14,8 juta ton semen per tahun dan 30 fasilitas ready-mix. Holcim memiliki 4 pabrik yang berlokasi di Lhok Nga (Aceh), Cibinong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), dan Tuban (Jawa Timur), serta dilengkapi terminal distribusi di Sumatera dan Kalimantan.

Pada 12 November 2018, melalui anak perusahaan PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB), Semen Indonesia mengumumkan penandatanganan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bersyarat (Conditional Sales & Purchase Agreement) untuk mengambil alih 80,6% kepemilikan saham PT Holcim Indonesia Tbk senilai USD 917 juta dari Holderfin B.V. Selanjutnya, pada 11 Februari 2019, melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa, perubahan nama PT Holcim Indonesia Tbk menjadi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk disahkan.

“Kami bersyukur bisa mengumumkan transaksi pengambilalihan saham yang transformasional bagi Semen Indonesia untuk dapat mempertahankan posisi sebagai market leader di Indonesia,” kata Dirut Semen Indonesia Hendi Prio Santoso.

Bagi Semen Indonesia, akuisisi ini berarti memperluas jaringan penjualan dan produksi, serta menawarkan ragam produk yang lebih kaya kepada pelanggan. Cita-cita yang senantiasa diusung Semen Indonesia: Menjaga kedaulatan pasokan semen nasional sekaligus jadi kebanggaan bangsa di kancah regional.

Baca juga artikel terkait SEMEN atau tulisan lainnya dari Advertorial

tirto.id - Bisnis
Penulis: Advertorial
Editor: Advertorial