tirto.id - Antisipasi penularan COVID-19 di pesantren penting dilakukan mengingat tingginya interaksi dan komunikasi dalam lingkungan tersebut. Di tengah pandemi virus Corona, patuh terhadap protokol kesehatan jadi kunci.
Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 hingga Jumat (23/10/2020), terdapat 381.910 kasus virus Corona yang terkonfirmasi di seluruh Indonesia. Terdapat tambahan 4.369 kasus dalam 24 jam terakhir. Kasus COVID-19 ini meliputi 501 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Jumlah orang sembuh dari paparan virus Corona di Indonesia mencapai 305.100 atau 79,9 persen dari kasus terkonfirmasi. Sementara itu, kasus aktif mencapai 63.733 orang (16,7 persen). Tercatat 13.077 orang meninggal (3,4 persen dari kasus terkonfirmasi).
Masih tingginya kenaikan kasus COVID-19 perhari dan jumlah kasus aktif membuat masyarakat layak waspada dan terus menerapkan protokol kesehatan. Apalagi di lokasi dengan interaksi tinggi yang memungkinkan penularan virus Corona.
Terkait hal ini, Menteri Agama Fachrul Razi menekankan pentingnya pondok pesantren waspada terhadap COVID-19. Pesantren menjadi salah satu titik rawan penyebaran virus ini.
"Pesantren adalah entitas yang sangat rentan persebaran COVID-19. Maka kewaspadaan harus selalu ditingkatkan,” bunyi teks pidato Menag dalam peringatan Hari Santri bertema “Santri Sehat Indonesia Kuat".
Menurut Menag, tantangan bagi pesantren dalam pandemi COVID-19 adalah keterbatasan fasilitas dan sarana kesehatan. Tantangan lain adalah pola interaksi dan komunikasi intens para santri dalam pesantren.
Langkah Antisipasi Penularan COVID-19 di Pesantren
Menurut Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr. Masdalina Pane, M.Si (Han), terdapat 5 langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona di pesantren.
Langkah pertama, testing bebas COVID-19 terus diterapkan kepada santri yang akan masuk ke wilayah pesantren. Dengan demikian,
Langkah kedua, kebersihan lingkungan pesantren patut dijaga oleh semua pihak terkait. Ini meliputi kebersihan kamar tidur, kamar mandi, atau ruang kelas. Selain itu, penting pula bagi santri untuk hanya menggunakan peralatan pribadi mereka sendiri, seperti alat makan, mandi, hingga alat ibadah.
Langkah ketiga, menerapkan protokol kesehatan yang meliputi 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak (menghindari kerumunan), dan mencuci tangan pakai sabun lewat air mengalir.
Langkah keempat, santri yang mengalami gejala ringan dapat berinisiatif melapor ke pengelola pesantren. Dengan demikian, jika ditemukan gejala COVID-19, maka pesantren dapat bergerak lebih cepat dalam menerapkan aturan.
Langkah kelima, membatasi jumlah pengunjung pesantren. Dengan demikian, intensitas pertemuan dengan orang luar yang berpotensi menularkan virus corona dapat ditekan. Terkait hal ini, jadwal kunjungan wali santri perlu pula dibatasi. Ketika ada kunjungan, protokol kesehatan tetap diterapkan.
Penerapan langkah-langkah ini jadi tantangan bukan hanya untuk pihak pesantren, tetapi juga keluarga santri, mengingat budaya Indonesia yang mengutamakan berkumpul bersama dan menjalin keakraban. Di sisi lain, pandemi COVID-19 memang membuat masyarakat mesti menjaga jarak dan mengurangi interaksi.
Pola penularan virus Corona yang utamanya melalui droplet atau percikan cairan yang keluar dari saluran pernapasan (hidung) dan mulut. Droplet ini bisa keluar ketika orang bersin, batuk, atau berbicara.
Percikan droplet dapat mencapai jarak hingga 2 meter saat seseorang berbicara. Percikan ini akan lebih jauh radiusnya jika seseorang batuk atau bersin, dari 3 hingga 5 meter.
Dimungkinkan pula, droplet dari seseorang yang terpapar COVID-19 jatuh ke permukaan benda yang kemudian tersentuh atau dipegang tangan orang lain sehingga penularan dapat terjadi. Tanpa disadari tangan mengusap wajah atau mata sehingga virus itu masuk ke dalam tubuh.
Penularan virus COVID-19 dapat ditekan dengan tertib menerapkan protokol kesehatan. Jangan lupa selalu #ingatpesanibu dan menerapkan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
-----------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Editor: Agung DH