Menuju konten utama

La La Land, Film Drama Musikal yang Tak Biasa di Era Ini

Sejak sebelum dirilis, La La Land sudah menjadi pemenang dalam sejumlah festival dan orang-orang mulai membicarakannya. Film ini memang luar biasa dan diperkirakan akan menjadi warisan dari generasi ini.

La La Land, Film Drama Musikal yang Tak Biasa di Era Ini
Adegan Film La La Land. FOTO/Summit Entertainment

tirto.id - The Telegraph, The Guardian, The Times, dan Cine-Vue.Com memberikan bintang lima untuk film ini. Bahkan Evening Standard memberikan endorsement: "Tak ada lagi yang membuat film begini.” Dan semua pujian itu dikutip Damien Chazelle, sang sutradara ke dalam trailer filmnya.

Film itu berjudul La La Land. Sebuah film musikal—romansa tentang laki-laki yang bertemu perempuannya, persis ketika keduanya sedang mengejar mimpi untuk membangun hidup. Cerita yang sebenarnya sangat sederhana dan umum ada dalam film Hollywood maupun lainnya.

David Sexton dari Evening Standard, media di Inggris menyebut film ini sebagai monsternya film musikal. Alasannya: film macam La La Land terakhir kali dibuat pada 1959, yakni film Gigi. Saat generasi yang pernah menonton film-film di masa itu sudah hampir habis, La La Land muncul sebagai alternatif yang ternyata juga disukai generasi ini.

Anthony Lane dari The New Yorker menyebut film musikal ini sebagai karya orisinal karena tak diadaptasi dari Broadway macam kebanyakan film musikal yang muncul di dekade-dekade terakhir. Lane sadar kalau kata orisinal yang dipakainya rentan didebat. Namun, menurutnya kata itu tepat dalam menggambarkan La La Land hadir di era film-film tak lagi dikemas sebagaimana ia dikemas.

Sehingga “ketika Sebastian [tokoh utama pria yang diperankan Ryan Gosling] berjalan di sepanjang dermaga, bersiul, kemudian lirih bernyanyi dengan nada rendah [lagu City of Stars/Are You Just Shining For Me?] kita harus mengambil waktu untuk tertegun. Meluangkan diri berpikir bahwa di 2016 ini, bukan 1956, ia yang sebenarnya bisa kirim pesan pakai emoji bintang-bintang, malah lebih memilih menyanyi,” tulis Lane.

Lane bilang, La La Land memang akan lebih mengingatkan penonton pada Fred Astaire dan Cyd Charisse dari film The Band Wagon, yang dirilis 1953. Juga Singin’ in the Rain karya Gene Kelly, film yang mengingatkan kita pada almarhumah Debbie Reynolds. “Hanya saja tak ada hujan di La La Land,” katanya.

Peter Bradshaw dari The Guardian yang memberi bintang lima juga teringat Singin’ in the Rain ketika menonton film ini. Ia menilai pengemasan film ini sangat tidak biasa, seperti tak datang dari era ini. Tapi Gosling dan partnernya Emma Stone yang memerankan tokoh Mia, menurut Bradshaw adalah alasan film musikal satu ini sangat manis dan memesona. Meski keduanya bukan penyanyi, tapi lagu-lagu di dalam La La Land dibawakan dengan tak tamak dan secukupnya.

Cerita yang berlatar di La La Land, sebutan manis untuk Los Angeles, California ini memang berfokus pada sepasang kekasih—Sebastian dan Mia—yang tak sengaja bertemu di tol macet khas LA. Keduanya adalah seniman tak laku yang terus mengejar mimpi meski menghadapi kesulitan finansial sebagaimana seniman pada umumnya.

Kisah cinta mereka sangat manis di awal-awal, semanis perpaduan warna-warni yang dipakai Chazelle dalam filmnya, meski punya “pisau tajam di ujungnya,” kata Chazelle dalam wawancaranya dengan Financial Times.

Karakter Sebastian dan Mia sendiri adalah gambaran diri Chazelle yang merupakan lulusan Harvard dan pecinta film sejak berumur tiga tahun. Ia yang adalah pekerja seni yang selalu bercita-cita punya karya yang bisa mengubah dunia. Karya yang akan dibicarakan lintas generasi.

“Aku cuma sedikit beruntung dari mereka. Dulu aku juga macam Sebastian di awal film: persetan dunia, aku akan berkurung diri di kamar untuk menulis naskah terbaik di Amerika,” katanya.

Infografik La La Land

Banjir Penghargaan

Malam itu, 8 Januari 2017. Meja bundar tempat Damien Chazelle, Ryan Gosling, John Legend, Emma Stone, dan sejumlah orang lain dari La La Land mungkin menjadi meja paling berbahagia. Di ajang Golden Globe itu, film mereka menyapu bersih 7 piala dari 7 nominasi dan memecahkan rekor sebagai film pertama yang membawa pulang piala terbanyak sepanjang ajang itu ada.

Lewat film tentang mimpi ini, Gosling meraih piala untuk Pemeran Utama Pria Komedi/Musikal Terbaik dan Stone mendapat piala Golden Globe pertamanya sebagai Pemeran Utama Wanita Komedi/Musikal Terbaik. Chazelle sang sutradara sedikit berkaca-kaca di atas panggung karena mendapat dua Golden Globe pertamanya di malam yang sama: sutradara dan penulis naskah terbaik. Chazelle yang masih berumur 31 tahun menjadi sutradara terbaik paling muda dalam sejarah.

“Sebenarnya aku masih agak enggak percaya kalau film ini punya tempat, dan disambut seperti ini,” kata Chazelle dalam potongan pidatonya di panggung malam itu.

La La Land baru film keempat Chazelle, tapi film ini sudah menjadi filmnya yang meraih banyak penghargaan. Sampai Januari ini, total penghargaan dan nominasi yang diterima La La Land berjumlah 196. Tentu saja film ini belum mendapatkan Piala Oscar dari ajang Academy Awards yang baru akan diselenggarakan 26 Februari nanti.

Baca juga artikel terkait PEMENANG GOLDEN GLOBE 2017 atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Film
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Maulida Sri Handayani