tirto.id - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menyampaikan pesan untuk para elite Bangsa Indonesia dengan mengutip sebagian puisi karya Radhar Panca Dahana saat mengakhiri pidato pada Sidang Tahun MPR RI di Komplek MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2017).
"Sebelum mengakhiri pidato pada sidang ini, izinkan saya membacakan petikan sebuah puisi karya Radhar Panca Dahana," kata Zulkifli Hasan.
Zulkifli kemudian mengutip kata-kata dalam puisi tersebut, "Apa yang tersisa dari kemenangan? anggur ..., pesta..., dansa..., salam..., jabat tangan..., dan harapan ....? Rasa syukur ..., puas ..., bahagia ..., harta ..., kesempatan ..., dan kekuasaan ...? dusta...? dajjal itu semua.
Kemuliaan sebuah kemenangan hanyalah amanah, kepercayaan.
Yang sisa: sepi, kepercayaan dan air mata...”
Pada bagian lain dalam pidatonya, Zulkifli mengatakan, ada orang-orang yang sudah melampaui kesejahteraan umum dan mencapai apa yang dimaksud dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka yang harus mendapat prioritas adalah masalah perlindungan bangsa dan tumpah darah Indonesia.
"Kita sebagai para pemimpin bangsa dan negara ini harus bisa melihat semua itu dengan jernih dan terbuka. Kembalikan semuanya kepada empat cita-cita seperti yang telah dirumuskan para pendiri bangsa dan negara ini," katanya.
Menurut Zulkifli, para pemimpin tidak boleh membiarkan Indonesia ini robek dan terkoyak.
Para pemimpin, katanya, tidak boleh membiarkan Pancasila dan UUD 1945 dicampakkan atau hanya menjadi simbol.
Pancasila dan UUD 1945 adalah kesepakatan bersama dan rujukan bersama dalam bernegara dan dalam ber-Indonesia.
"Itu tidak bisa ditawar-tawar dan menjadi harga mati," katanya.
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra