tirto.id - Epik “Kuda Troya” adalah salah satu kisah peperangan yang melegenda sepanjang masa. Dari epik tersebut muncullah nama-nama penting yang selalu dikenang: Raja Agamemnon, Ksatria Akhilles, Putri Helen, sampai Pangeran Hektor dan Pangeran Paris. Inilah peperangan yang ditentukan dengan tipu muslihat sebuah patung kuda raksasa yang berisi pasukan elite yang, walau berjumlah sedikit, namun bisa masuk ke dalam kota Troya dan menghancurkan pertahanan lawan. Menjadi kunci kemenangan pasukan Yunani meluluhlantakkan Troya hanya dalam satu malam.
Beberapa milineum kemudian, kisah ini kembali terjadi di pantai salah satu pulau di Italia dalam kisah besar Perang Dunia II. Peperangan paling merusak dan memporak-porandakan seluruh daratan Eropa, sebelah Utara Benua Afrika, dan sebelah Timur Asia.
Jika perhatian akan sejarah Perang Dunia II selalu fokus pada serangan Sekutu di dua medan, Perang Eropa yang diawali dari pendaratan tentara Sekutu di sepanjang pantai Prancis pada Juni 1944 dan Perang Pasifik di kepulauan Asia Tenggara, maka pendaratan tentara Sekutu di pantai selatan Eropa, yakni Italia, nyaris luput dari perhatian.
Dari pihak Sekutu, penyerangan ke Italia (Sekutu Nazi Jerman), menimbulkan perdebatan yang hebat antara Winston Churchill (Perdana Menteri Inggris) dengan Theodore Roosevelt (Presiden Amerika Serikat). Perlu diketahui sebelumnya, kisah “D-Day” (penyerbuan di Pantai Barat Prancis yang dikuasai Nazi Jerman) lebih dikenal dan populer karena sifatnya yang heroik dan mematikan. Ini juga menjadi alasan kenapa kisah ini menjadi latar banyak film Holywood seperti Saving Private Ryan sampai Band of Brothers.
Perdebatan Churchill dan Roosevelt ini mengindikasikan perbedaan mentalitas kedua negara dalam membaca peperangan melawan Adolf Hitler dan Benitto Mussolini.
Dalam buku Perang Eropa Jilid 2 karya P.K. Ojong disebutkan bagaimana perdebatan ini diawali dari penolakan Churchill terhadap rencana Amerika (Roosevelt) yang ingin menyerang Hitler tepat di mukanya. Alasan Amerika sejatinya cukup masuk akal, sebab mereka sedang habis-habisan juga berperang melawan Jepang di medan Pasifik. Dengan mendarat di Prancis, jalur menuju Berlin tidak sejauh—dan selama—jika mendarat di Italia. Churchill lebih memilih untuk 'membokong' melalui Italia, dan bergerak ke Utara menuju Berlin.
Perdebatan ini pun diakhiri dengan kecenderungan usulan Roosevelt lebih diutamakan, yakni menyerang langsung ke Pantai Barat Prancis, sedangkan pendaratan di Italia dilakukan dengan skala kecil.
Pada pendaratan di Italia inilah kemudian dikenal seorang “prajurit” yang berjasa sangat besar dan menjadi kisah “Kuda Troya” di era modern. Namanya Mayor William Martin. Dia bukan siapa-siapa. Hanya seenggok mayat yang diangkat sebagai perwira militer Inggris. Tugasnya hanya satu, menyesatkan informasi untuk Nazi Jerman dan intilejen Italia.
Adalah Ewen Montagu yang merancang operasi ini. Operasi dengan nama Mincemeat dan dikisahkan ulang dalam film The Man Who Never Was (1956). Nama mayat ini, tentu saja bukan William Martin, nama ini diberikan setelah pihak keluarga mengijinkan menggunakan anggota tubuh salah satu keluarganya diambil pihak militer untuk diberikan identitas palsu.
Tidak hanya nama dan pangkat militer, mayat ini juga diberikan dokumen-dokumen militer yang bersifat sangat rahasia. Salah satu dokumen yang ditulis oleh Jendral Archibald, Kepala Staf Tentara Inggris yang berkedudukan di London ditujukan untuk Jendral Alexander yang berkedudukan di Afrika Utara.
Surat rahasia ini berisi mengenai detail “Operasi Husky”, operasi yang—tentu saja—tidak pernah ada. Secara garis besar, Operasi Husky adalah rencana tentara Sekutu menyerang Pulau Sardinia. Namun, agar pasukan Jerman dan Italia tertipu, pasukan Sekutu membuat seolah-olah penyerangan akan bergerak menuju Pulau Sicilia.
Agar semakin meyakinkan pihak musuh, pada saku mayat Mayor Martin diselipkan juga surat-surat pribadi, dan sudah barang tentu dibutuhkan juga sebuah foto. Tapi bagaimana mungkin mendapatkan foto "Mayor Martin" yang berseragam perwira? Maka harus dicari seorang perwira yang mirip dengan Mayor Martin untuk difoto.
Berhari-hari Ewen Montagu mencari “kembaran” Mayor Martin, sampai kemudian ia menemukannya. Diambil fotonya dengan pakaian lengkap perwira, dan orang tersebut tidak pernah tahu, untuk apa fotonya itu digunakan negara.
Di dalam saku Mayor Martin pun ditaruh sobekan dua karcis pertunjukkan sandiwara di London, dan tanda-tanda detail lain. Seperti surat-surat pribadi tak penting, tapi sering disimpan seseorang di dalam sakunya. Misalnya surat cinta yang ditulis oleh "tunangan" Mayor Martin. Surat ini ditulis oleh seorang gadis yang bekerja di Kementerian Pertahanan Inggris di London. Nama samarannya Pam.
Untuk membuat kesan sungguh-sungguh dari semua ini, maka foto Pam (diperankan seorang pegawai wanita lain di kementerian tersebut) diselipkan di dalam saku Mayor Martin. Tidak begitu saja, karena umumnya surat cinta dibaca berulangkali, maka Ewen Montagu berungkali pula membuka dan menutup surat itu, dan berkali-kali menggosokkannya dengan pakaiannya, supaya agak lecek. Tujuannya supaya kelihatan sering dibaca.
Pada akhirnya Mayor Martin “diberangkatkan” pada April 1943, mayat ini ditenggelamkan tak jauh dari pantai Spanyol. Perlu diketahui, Spanyol adalah negara netral yang tidak ikut serta dalam Perang Dunia, namun semua tahu bagaimana hubungan baik antara Jendral Franco dengan Hitler dan Mussolini. Itulah mengapa, untuk menghindari kecurigaan, Mayor Martin ditenggelamkan di daerah yang kemungkinan akan ditemukan pihak pemerintahan negara “yang netral”.
Skenario buatannya begini, Mayor Martin adalah pilot. Ia membawa beberapa dokumen penting dari London untuk pasukan Sekutu di Afrika Utara. Sayangnya, selama perjalanan, pesawat Mayor Martin jatuh dan ia tak selamat.
Nama Mayor Martin kemudian diumumkan sebagai daftar hilang pilot yang tewas atau hilang di media massa Inggris. Bahkan batu nisan juga dibuatkan dengan tulisan: “William Martin, lahir 29 Maret 1907. Gugur 24 April 1943”.
Mayat Mayor Martin kemudian ditemukan seorang nelayan Spanyol. Pemerintah Spanyol kemudian memberitahukan pihak Inggris bahwa salah satu pilotnya ditemukan dan mengembalikannya dengan utuh. Bahkan dengan dokumen-dokumen rahasianya. Pertanyaannya pun muncul karena dokumen-dokumen rahasia ini dikembalikan ke Inggris. Apakah rencana ini gagal?
Belum tentu, kedekatan pemerintahan Spanyol dengan Jerman sudah diketahui. Tentu saja informasi sepenting itu tidak akan dilewatkan. Pada 15 Mei 1943, mayat Mayor Martin sudah kembali ke Inggris. Saat dikembalikan, dokumen-dokumen itu memang masih dalam keadaan segel, namun ketika diperhatikan betul-betul, surat yang awalnya memiliki satu lipatan kini sudah ada dua lipatan. Artinya, surat ini sudah dibaca pihak Spanyol. Berikut juga Jerman maupun Italia tentu juga sudah tahu isinya.
Pada akhirnya jelang invasi ke Pulau Sicilia, pasukan Jerman dan Italia malah sibuk memindahkan seluruh pertahanannya ke Pulau Sardinia. Bahkan ketika Inggris menyiapkan penyerbuan begitu mencolok, para perwira Jerman dan Italia masih yakin bahwa itu semua hanya tipu muslihat. Sekutu pun berhasil mendarat ke Pulau Sicilia, memasuki teritori negara Italia untuk kali pertama tanpa perlawanan yang berarti.
Seperti halnya “Kuda Troya” yang memberi jalan untuk tentara Yunani sukses menyerang kota Troya, Mayor Martin juga melakukan tugas yang sama. Keduanya, berhasil meminimalisir tewasnya tentara penyerbu untuk menaklukkan daerah yang sedang diinvasi. Menyelamatkan puluhan sampai ribuan “rekan-rekan”-nya.
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Ahmad Khadafi