tirto.id - Tenaga Ahli Utama Bidang Komunikasi Politik Kantor Staf Presiden (KSP), Joanes Joko, menegaskan bahwa pihaknya akan memberi atensi mendalam terkait kasus pembunuhan wartawan Tribrata.tv, Rico Sempurna Pasaribu bersama istri, anak, dan cucunya. Dia menjanjikan akan ada tim khusus dari KSP yang mengawal kasus tersebut.
"Biar nanti tim bekerja dulu. Karena akan ada tim yang bekerja. Yang penting kami komitmen bahwa kebebasan pers itu menjadi yang utama," kata Joanes, Rabu (17/7/2024).
Ia menegaskan bahwa Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, juga telah memberikan perhatian terhadap kasus tersebut. Meskipun Moeldoko tak menemui langsung Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) saat mengadukan kasus pembunuhan ke KSP dikarenakan sedang ada urusan di luar kota.
"Kalau secara khusus, sebenarnya Pak Kepala Staf itu sudah meminta kepada Kedeputian V untuk melakukan monitoring kepada kasus ini," kata dia.
Menurut Joanes, proses pengawalan kasus ini sebagai bentuk komitmen bahwa KSP membuka pintu bagi siapapun yang ingin menyampaikan aduan.
"Karena walau bagaimanapun KSP harus menerima semua masukan, pengaduan, dan segala hal," ungkapnya.
Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bayu Wardana, bersama Koordinator Kampanye Amnesti Internasional, Zaky Yamani, dan Wakil Koordinator Kontras, Andi Muhammad Rizaldi, yang tergabung dalam Komite Keselamatan Jurnalis (KKJ) mengunjungi Kantor Staf Presiden (KSP), pada Rabu (17/7/2024). Ketiganya meminta KSP mengawal proses penyelidikan kasus pembunuhan wartawan Tribrata.tv, Sempurna Pasaribu (47) dan anggota keluarganya.
Bayu khawatir jika tidak dikawal oleh KSP, kasus tersebut menjadi terabaikan atau mereka istilahkan dengan "masuk angin".
"Kami membawa kasus ini ke KSP karena kami ingin KSP mengawal proses penyidikan ini dengan baik, karena kami merasa ada indikasi mungkin kasusnya bisa ‘masuk angin’," kata Bayu.
Bayu khawatir kasus itu masuk angin karena proses penyidikan hingga saat ini berhenti pada penetapan dua orang tersangka, yakni lelaki berinisial RAS dan YST alias Selawang. Dia meyakini ada keterlibatan anggota TNI dalam kasus pembakaran rumah yang berujung pada melayangnya nyawa Sempurna dan keluarga.
"Masuk anginnya begini, jadi almarhum Sempurna ini kan di akhir Juni itu dia menulis tentang praktik judi yang disebut langsung bahwa itu dibekingi oleh anggota TNI yang ada di dekat situ," kata dia.
Ia menyayangkan sikap TNI yang hingga saat ini belum memberikan kejelasan sikap untuk menyelidiki kasus ini. Dia menyebut pernyataan Pangdam Bukit Barisan tidak mencerminkan keberpihakan terhadap korban.
"Bahkan menurut kami secara prematur pangdam mengatakan tidak ada hubungannya, padahal kan proses penyelidikannya masih berjalan, itu kira-kira yang sebenarnya merasa ini perlu dikawal," kata dia.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Irfan Teguh Pribadi