Menuju konten utama

Kronologi Pembunuhan Kakak Tiri Kim Jong-un

Kakak tiri diktator Korea Utara, Kim Jong-un dibunuh di Malaysia. Tiga pelaku, termasuk satu WNI kini sudah mendekam di penjara. Bagaimana kronologinya?

Kronologi Pembunuhan Kakak Tiri Kim Jong-un
Kim Jong Nam. Foto/Alchetron

tirto.id - Senin, 13 Februari 2017 sekitar pukul 08.20, aula keberangkatan bandara Kuala Lumpur sedang ramai penumpang. Dua orang perempuan bergerak ke arah Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara.

Beberapa langkah dari kafe Starbucks dan gerai makanan Malaysia, Puffy Buffy, salah satu perempuan berdiri di depan korban berusaha mengalihkan perhatiannya.

Sementara komplotannya mendekat dari belakang, menarik kain yang dibasahi menggunakan bahan kimia dari tas tangan biru, menjangkau ke sekitar kepalanya dan menerpakan kain itu ke wajah korban.

Sapuan kain itu ternyata cukup untuk mengirimkan racun mematikan ke Kim Jong-nam. Demikian disampaikan sumber senior dari pemerintah Malaysia dan aparat kepolisian Malaysia Fadzil Ahmat, yang keduanya berbicara kepada kantor berita Reuters.

Setelah serangan itu, Kim Jong-nam mendekati meja bantuan dan menjelaskan bahwa seseorang tampaknya menyambar atau memegang wajahnya dan sekarang dia merasa pusing.

Dia kemudian dibawa ke Menara Medical Clinic, yang berada satu lantai di bawah area kedatangan di bandara.

"Dia masih merasa sakit di sana, jadi mereka memutuskan untuk mengirim dia ke rumah sakit, dan dia meninggal dunia di ambulans dalam perjalanan menuju Putrajaya Hospital," kata Ahmat.

Warta media menyebut kedua perempuan itu kemudian meninggalkan bandara menggunakan taksi.

Sumber pemerintah menolak menyebutkan nama karena sensitivitas kasus tersebut.

Pejabat Malaysia sudah menyampaikan ke publik sedikit informasi mengenai pembunuhan itu.

Polisi Malaysia mengatakan pada Rabu bahwa mereka sudah menangkap seorang perempuan dengan dokumen perjalanan Vietnam saat dia berusaha terbang dari terminal yang sama.

Menurut media lokal Malaysia, ini adalah perempuan sama yang gambarnya tertangkap CCTV bandara mengenakan kaus putih dengan tulisan singkatan "LOL". Vietnam menyatakan sedang menyelidikinya.

Perempuan kedua, yang memegang paspor Indonesia, juga diidentifikasi dari rekaman CCTV dan ditahan pada Kamis.

Indonesia mengonfirmasi perempuan kedua berkewarganegaraan Indonesia dan sedang mengupayakan akses kekonsuleran bagi dia.

Tersangka ketiga, tampaknya pacar dari salah satu perempuan yang menjadi tersangka, juga ditahan menurut kepolisian Malaysia.

"Ini seperti novel misteri," kata seorang diplomat asing di Kuala Lumpur yang mengikuti perkembangan kasus itu, termasuk mengenai komentar pejabat Korea Selatan yang menyatakan bahwa agen-agen Pyongyang berada di balik pembunuhan itu, dan sekarang mengenai penangkapan dua perempuan dengan paspor negara Asia Tenggara.

Banyak rincian kunci mengenai serangan pada Kim Jong-nam masih belum jelas, khususnya informasi mengenai dua orang yang ditangkap dan siapa yang memerintahkan, jika memang ada.

Korea Utara belum menyampaikan pernyataan publik mengenai pembunuhan itu, dan telepon, surel dan fax ke kedutaannya di Malaysia tidak dijawab.

Satu sumber di Beijing yang berhubungan dengan pemerintah Korea Utara dan China mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Pyongyang tidak terlibat dan tidak punya motif dalam pembunuhan Kim Jong-nam.

Keterangan polisi dan pemerintah Malaysia mengenai apa yang terjadi di aula keberangkatan bandara bertentangan dengan laporan awal media bahwa Kim Jong-nam diracun lewat injeksi menggunakan jarum.

Autopsi jenazah Kim Jong-nam dimulai Rabu dan masih berjalan menurut aparat polisi senior.

Ketika ditanya apakah dia bisa mengonfirmasi perempuan berdokumen perjalanan Vietnam adalah yang terlihat mengenakan kaus bertulisan "LOL", kepala kepolisian negara Abdul Samah Mat mengatakan: "Kami sedang melakukan penyelidikan untuk mengonfirmasinya."

Media lokal mengidentifikasinya sebagai penyerang utama.

Baca juga artikel terkait PEMBUNUHAN KIM JONG NAM

tirto.id - Hukum
Sumber: antara
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti