tirto.id - Kebakaran hebat terjadi di Rutan Klas II B Sigli, Aceh, Senin (3/6/2019) kemarin. Akibat insiden tersebut, kepolisian sampai harus mengerahkan 260 petugas dan empat armada pemadam kebakaran untuk menjinakkan si jago merah. Tidak cuma itu, pada hari yang sama, sejumlah tahanan melarikan diri.
Kepala Bidang Humas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM, Ade Kusmanto membenarkan jika kebakaran itu terjadi akibat ulah warga binaan.
“Peristiwa diperkirakan bermula pukul 12.00, terjadi kesalapahaman antara warga binaan dan seorang petugas yang akhirnya menimbulkan percekcokan yang berujung pada pembakaran dan kerusuhan,” ujar Ade kepada reporter Tirto, Selasa (4/6/2019).
Insiden kebakaran dan kerusuhan bermula ketika seorang petugas lapas mengambil dispenser yang disediakan Kepala Lapas. Dispenser tersebut sebenarnya memang diletakkan di kamar-kamar lapas guna menunjang ibadah puasa warga binaan yang beragama Islam. Melihat pengambilan itu, warga binaan naik pitam. Terjadilah kerusuhan dan pembakaran ruangan Kalapas.
Selain rusuh dan melakukan pembakaran, warga binaan juga mengisolasi diri di Rutan dan sempat melarang petugas kepolisian masuk.
"Bapak-bapak polisi tolong jangan masuk dulu, yang boleh masuk Perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia," tutur dua orang warga binaan dengan pengeras suara, siang itu.
Kendatipun demikian, petugas kepolisian tetap berupaya memadamkan api dari luar. Empat mobil pemadam kebakaran dan sekitar 260 petugas dikerahkan untuk mengamankan situasi. Namun, baru sekitar pukul 14.40 si jago merah dapat dipadamkan. Sejumlah dokumen dan komputer di Kantor Kepala Lapas hangus.
Padamnya api tidak lantas menghentikan protes warga binaan. Para penghuni rutan masih melakukan protes dan menuntut negosiasi.
Sekitar pukul 15.00 akhirnya terjadilah negosiasi antara warga binaan dengan Direktur Jendral Permasyarakatan, Sri Puguh Budi Utami. Negosiasi dilakukan melalui video call karena di saat yang sama Sri Puguh sedang menghadiri kegiatan keagamaan di Lapas Narkotika Jakarta.
“Bapak-bapak tenang untuk menyelesaikan puasa ramadan, saya akan mendengarkan apa yang menjadi keluhan dan menindaklanjuti,” kata Sri Puguh saat itu.
Kepala Divisi Permasyarakatan Kanwil Kemenkumham Aceh, Meurah Budiman yang juga berada di lokasi kejadian saat itu, mengatakan kalau warga binaan mengajukan tiga tuntutan.
"Tadi mereka meminta tiga hal, pertama arus listrik segara diaktifkan kembali agar memudahkan mereka melaksanakan ibadah salat tarawih. Kedua, pelaku penarikan dispenser dipindahkan [ke lapas lain] dan ketiga, kunjungan tamu bisa segera normal," tutur Budiman seperti dilansir Antara.
Sri Puguh, di sisi lain berjanji mengakomodir tuntutan-tuntutan tersebut. Kerusuhan pun terhenti pada sore hari sebelum waktu buka puasa. Warga binaan kemudian kembali ke kamar masing-masing.
Dimanfaatkan untuk Kabur
Namun, karena dampak kerusuhan, instalasi listrik di Rutan Klas II B Sigli harus diperbaiki. Akibatnya, listrik dipadamkan untuk sementara waktu.
“Situasi kondusif, tidak ada korban jiwa, warga binaan sudah beraktivitas seperti sedia kala,” tutur Ade.
Namun, sekitar pukul 21.00 WIB, ada tahanan yang memanfaatkan celah untuk kabur. Mereka melarikan diri dari rutan dengan cara melilitkan kain sarung sebagai tali untuk memanjat pagar rutan yang tinggi.
Berdasarkan data yang dihimpun petugas, jumlah tahanan yang kabur sekitar tujuh orang. Sebagian merupakan tahanan terkait kasus narkoba. Dari tujuh korban tersebut, per pagi ini, tiga di antaranya sudah ditangkap dan diamankan, sementara empat sisanya masih buron.
“Perkembangan terakhir, yang melarikan diri ada tujuh orang, tiga tertangkap dan saat ini berada di Polres Pidie dan empat lainnya masih buron,” lanjut Ade.
Saat dikonfirmasi reporter Tirto, Kapolres Pidie, AKBP Andi Siregar membenarkan kalau saat ini tiga dari tujuh tahanan tersebut sudah diringkus di tempatnya.
“Iya, tiga sudah kami amankan.”
Dia pun mengimbau kepada masyarakat yang melihat tahanan buron tersebut agar segera melapor ke Polres Pidie.
“Kepada tahanan yang melarikan diri diimbau segera menyerahkan diri, kepada masyarakat apabila melihat seseorang mencurigakan dan diperkirakan pelarian Rutan Klas II B Sigli agar melaporkan kepada pihak kepolisian atau lapas terdekat,” imbuhnya.
Masalah Klasik Rutan II
Selain permasalahan kaburnya tahanan, hari ini petugas Rutan Klas II B Sigli harus berjuang ekstra keras untuk mengatasi kendala lain. Akibat kebakaran Senin kemarin, sejumlah titik di Rutan tidak bisa digunakan dan 90 tahanan terpaksa diungsikan ke lokasi lain.
“90 orang tahanan akan dievakuasi hari ini dan dititipkan di Lapas Perempuan Pidie serta Polres Pidie,” tutur Andi.
Hal ini seolah semakin memperparah masalah kapasitas yang selalu jadi beban utama Rutan Klas II B Sigli. Bahkan sebelum kebakaran terjadi, daya tampung di rutan ini sudah memprihatinkan.
Menurut data Ditjenpas, total warga binaan di rutan ini mencapai 466 orang. 143 orang di antaranya berstatus tahanan, 323 sisanya adalah narapidana. Padahal, rutan tersebut sebenarnya cuma punya daya tampung sekitar 250 orang.
Permasalahan kapasitas sebenarnya juga dikeluhkan oleh penghuni lapas sendiri ketika melakukan video call dengan pihak Ditjen PAS Kemenkumham. Namun, belum ada solusi berarti. Yang bisa diimbaukan oleh Sri Puguh hanya agar para petugas bisa bekerja dengan baik.
“Dalam pelaksanaan tugas harus berdasarkan aturan dan sesuai SOP yang diterapkan dengan baik dan benar,” katanya.
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Abdul Aziz