Menuju konten utama

KPK Panggil Kadis Pendidikan Kota Dumai Terkait Kasus Suap DAK

KPK memeriksa Kadis Dikbud Kota Dumai Sya'ari terkait kasus dugaan suap pengurusan DAK Kota Dumai APBNP tahun 2017 dan APBN 2018 yang dilakukan Wali Kota Dumai Zulkifli Adnan

KPK Panggil Kadis Pendidikan Kota Dumai Terkait Kasus Suap DAK
Juru Bicara KPK Febri Diansyah. Antaranews/Benardy Ferdiansyah

tirto.id - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai Sya'ari hari ini, Jumat (25/7/2019). Sya'ari dipanggil untuk pemeriksaan kasus dugaan suap pengurusan dana alokasi khusus (DAK) Kota Dumai APBNP tahun 2017 dan APBN 2018.

Sya'ari dipanggil sebagai saksi untuk kasus yang melibatkan tersangka suap mantan Wali Kota Dumai Zulkifli Adnan Singkat.

"Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi untuk tersangka ZAS," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah kepada wartawan, Jumat (26/7/2019).

Sebelumnya Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif menjelaskan, pada Mei 2017 Pemerintah Kota Dumai mengajukan DAK kurang bayar tahun anggaran 2016 sebesar Rp22 miliar. Kemudian pada APBN Perubahan tahun 2017 Kota Dumai mendapat tambahan anggaran sebesar Rp22,3 miliar.

"Tambahan ini disebut sebagai penyelesaian DAK fisik 2016 yang dianggarkan untuk kegiatan bidang pendidikan dan infrastruktur jalan," kata Laode pada Mei 2019 lalu.

Guna mengamankan pengajuan anggaran, Zulkifli bertemu dengan Yaya Purnomo selaku Kepala Seksi Pengembangan Pendanaan Kawasan Perumahan dan Permukiman pada Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan.

Yaya pun menyetujui permintaan itu dengan syarat fee 2 persen dari anggaran yang cair. Uang itu rencananya akan dibagikan lagi kepada sejumlah pihak, di antaranya anggota DPR Komisi XI Amin Santono.

Masih pada bulan yang sama, Pemkot Dumai pun mengajukan DAK untuk tahun anggaran 2018. Dalam proposal pengajuannya, Pemkot Dumai berencana membangun rumah sakit rujukan, jalan, permukiman, air minum, sanitasi, dan pendidikan dengan uang tersebut.

Guna memuluskan pengajuan itu, Zulkifli kembali bertemu dengan Yaya. Yaya kembali bersedia membantu memuluskan pengajuan anggaran pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah senilai Rp20 miliar dan pembangunan jalan senilai Rp19 miliar.

Guna memenuhi permintaan Yaya, Zulkifli kemudian menarik fee kepada kontraktor yang akan mengerjakan proyek tersebut. Total diperoleh Rp550 juta. Uang itu kemudian diserahkan kepada Yaya Purnomo secara bertahap pada November 2017 dan Januari 2018.

Tak hanya itu, Zulkifli juga diduga menerima gratifikasi berupa uang sebesar Rp50 juta dan fasilitas kamar hotel di Jakarta.

Atas perbuatannya menyuap Yaya Purnomo dkk, Zulkifli dijerat dengan pasal 5 ayat 1 huruf a atau huruf b atau pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Sementara atas gratifikasi, Zulkifli dijerat dengan Pasal 12 b atau Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Korupsi Juncto Pasal 55 ayat 1 kesatu Juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.

Baca juga artikel terkait KASUS SUAP DAK atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Hukum
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dhita Koesno