tirto.id - Badan Energi Nuklir Internasional (IAEA) mengungkapkan bahwa Korea Utara kemungkinan mengaktifkan kembali sebuah pembangkit listrik untuk mengolah plutonium yang digunakan dalam senjata nuklir.
"Indikasi yang kami peroleh [...] aktivitas yang berhubungan dengan reaktor lima megawatt [MW], penambahan fasilitas pengayaan dan aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan [plutonium]," kata Kepala IAEA Yukiya Amano seperti dikutip kantor berita Antara, Selasa (7/6/2016).
Menurut Amano, ketiadaan akses ke Korea Utara, menyulitkan pihaknya dalam mengawasi aktivitas negara tersebut. IAEA hanya menggunakan teknologi satelit untuk memantau kegiatan Korea Utara.
"Karena kami tidak memiliki penyidik di lapangan kami hanya mengamati melalui citra satelit. Kami tidak bisa memastikannya. Namun, kami memiliki indikasi bahwa ada aktivitas tertentu melalui citra satelit," kata Amano.
Dia mengatakan bahwa indikasi tersebut ditemukan di kompleks utama Yongbyon, termasuk "pergerakan kendaraan, uap, keluarnya air hangat dan pengangkutan material."
Pada September tahun lalu, Pyongyang mengumumkan bahwa Yongbyon telah beroperasi kembali dan melakukan peningkatan "kualitas dan kuantitas" senjata yang bisa digunakan untuk melawan Amerika Serikat "setiap saat."
Pada April lalu juga, sebuah website yang dioperasikan oleh US-Korea Institute di Johns Hopkins University melaporkan adanya tanda-tanda operasional pabrik termal instalasi pengolahan utama di Yongbyon. Para ahli mengatakan bahwa sekalinya Yongbyon beroperasi, dapat menghasilkan sekitar empat kilo plutonium per tahun, yang cukup untuk 20 kiloton bom nuklir.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara