tirto.id - Korea Utara pada Senin (22/5/2017) mengaku sukses menguji coba rudal kendali berdaya jangkau menengah yang memenuhi semua persyaratan teknis. Dengan keberhasilan itu, Korea Utara mengklaim rudal tersebut siap diproduksi secara massal.
Pernyataan itu mengindikasikan kemajuan negara tersebut dari ambisi untuk menyerang Amerika Serikat.
Seperti diketahui, Korea Utara menembakkan rudal ke perairan timur pada Minggu (21/5/2017), atau yang kedua dalam sepekan.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyaksikan secara langsung peluncuran Pukguksong-2, peluru kendali dengan bahan bakar padat, demikian keterangan kantor berita KCNA seperti dikutip Antara.
Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan tertutup pada Selasa untuk merundingkan respon terhadap uji coba terbaru yang melanggar sejumlah resolusi dan sanksi itu.
"Kami dengan bangga menyatakan bahwa rudal ini bisa menyasar target dengan sangat akurat dan Pukguksong-2 adalah senjata strategis yang sukses," tulis KCNA mengutip Kim.
"Saat menyaksikan gambar-bambar yang dikirim secara langsung dari kamera yang terpasang di ujung rudal, Pemimpin Agung, Kim Jong-un, melihat dunia yang begitu indah," demikian dipaparkan KCNA.
Penggunaan bahan bakar padat dinilai sebagai kemajuan besar bagi Korea Utara karena lebih stabil dan bisa dipindahkan dengan mudah sehingga bisa melakukan serangan kejutan.
“Pukguksong-2 terbang sejauh 500 km dengan ketinggian 560 km,” kata militer Korea Selatan.
Pihak militer Korea Selatan menyatakan bahwa uji coba terbaru pada Minggu lalu memberi gambaran data yang meyakinkan tentang kemajuan program pengembangan rudal oleh Pyongyang.
Pyongyang sendiri mengaku tengah mengembangkan rudal berhulu ledak nuklir yang bisa menyerang daratan Amerika Serikat dan pada Sabtu mengaku telah berhasil. Namun banyak pakar meragukan klaim tersebut.
Sejumlah pakar memperkirakan Korea Utara baru bisa berhasil memperoleh teknologi itu pada 2030. Namun pada pekan lalu, KCNA mengatakan rudal mereka telah bisa mencapai Hawaii dan Alaska.
Para pakar itu menjelaskan bahwa bahan bakar padat dan peluncur bergerak akan membuat musuh Pyongyang kesulitan mendeteksi adanya persiapan serangan.
"Untuk tujuan militer, rudal berbahan bakar padat punya banyak keuntungan, dan bisa diluncurkan dengan cepat setelah memindahkan tempat peluncuran," kata David Wright, direktur Global Security Program dari lembaga Union of Concerned Scientists.
"Mengembangkan rudal berbahan bakar padat adalah hal yang sulit," kata dia sambil menambahkan bahwa negara-negara besar seperti Prancis dan Cina perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk mengambangkan rudal berdaya jangkau menengah menjadi panjang.
Korea Utara memang sering mengancam akan menghancurkan Amerika Serikat yang dianggap tengah menyiapkan aksi invasi militer, mengingat ada sekitar 28.500 tentara titipan Washington yang bermarkas di Korea Selatan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson menyatakan pihaknya akan terus melakukan tekanan ekonomi dan diplomatik.
Kecaman terhadap aksi uji coba rudal itu juga dilontarkan Jepang. "Kami tidak bisa membiarkan peluncuran rudal pada 21 Mei maupun pernyataan provokatif berulang dari Korea Utara," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari