tirto.id - Hidangan berbahan dasar daging kambing menjadi salah satu yang identik dengan hari raya Iduladha. Namun sebagian orang tidak bisa menikmatinya karena takut mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Benarkah konsumsi jenis daging ini bisa meningkatkan tekanan darah secara mendadak?
Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang dipublikasikan para peneliti Jepang di Asian-Austalasian Journal of Animal Sciences. Mereka menyebutkan konsumsi daging kambing tak ada kaitannya dengan penyebab hipertensi.
“Meskipun ada rumor bahwa konsumsi hidangan daging kambing dapat meningkatkan tekanan darah, tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung ini,” tulis penelitian tersebut.
Untuk membuktikan rumor itu salah, peneliti Jepang melakukan dua percobaan yang dilakukan untuk mengklarifikasi apakah ada kaitan atau tidak antara peningkatan tekanan darah dengan konsumsi hidangan daging kambing. Hasilnya konsumsi berkepanjangan daging kambing tidak menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Menurut para peneliti yang berpengaruh besar terhadap tekanan darah tinggi bukan daging kambingnya, tetapi garam yang digunakan.
“Tekanan darah tinggi pada orang yang mengkonsumsi hidangan daging kambing disebabkan oleh bumbu yang digunakan untuk membumbui masakan tersebut daripada daging itu sendiri,” demikian sebut peneliti.
Oleh karena itu, dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S(K) tetap memperingatkan untuk hati-hati dalam memasak dan mengkonsumsi 'masakan daging kambing'.
"Mungkin bukan hanya pengaruh dari daging kambingnya sendiri, tetapi dari berbagai makanan lain, karena otomatis mengandung garam sehingga rasa lebih asin. Tingginya kadar natrium dalam garam menyebabkan retensi air dalam tubuh, sehingga volume pembuluh darah jadi penuh (terisi cairan)," papar Amanda sebagaimana dilansir Antara.
Ia menjelaskan bahwa bahan makanan dalam masakan seperti garam (yang kadarnya tinggi) bisa menjadi penyebab stroke yang kadang tak orang sadari.
"Akibatnya, tekanan darah meningkat. Bila pada dasarnya orang-orang tersebut sudah mempunyai penyakit dasar di mana pembuluh darahnya tidak elastis, karena berbagai faktor misalnya ada sumbatan dan lainnya, akan sulit dikompensasi oleh tubuh," sambung dia.
Pembuluh darah yang elastis penting untuk menyesuaikan perubahan dari jumlah cairan atau tekanan darah dalam intravaskuler. Banyaknya plak dalam pembuluh darah, faktor penuaan menjadi faktor yang mengurangi elastisitas pembuluh darah.
"Dalam beberapa kasus, seperti penuaan, banyak plak, banyak timbunan dan lainnya, bisa menyebabkan elastisitas pembuluh darah akan berkurang, jadi dia keras (sulit elastis), sedangkan karena kadar garam tinggi yang menyebabkan penumpukan cairan terpaksa masuk ke dalam pembuluh darah, tidak terakomodasi, sehingga menjadi pecah. Lalu, timbulah gejala stroke, kalau di koroner, serangan jantung akut. Atau di ginjal," tandas Amanda.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani