Menuju konten utama

Konsorsium COVID-19 Bikin Serum & Anti-Serum Imunisasi Pasif Pasien

Konsorsium COVID-19 Kemristek akan mengembangkan serum dan anti-serum untuk imunisasi pasif kepada pasien positif COVID-19 agar mempercepat proses penyembuhan.

Konsorsium COVID-19 Bikin Serum & Anti-Serum Imunisasi Pasif Pasien
Ilustrasi Pasien Corona. foto/istockphoto.

tirto.id - Konsorsium COVID-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan mengembangkan serum dan anti-serum untuk imunisasi pasif kepada pasien positif COVID-19 agar mempercepat proses penyembuhan pasien.

"Ada dua rencana Konsorsium COVID-19 ini yang bertujuan memberikan imunisasi pasif pada pasien," kata Peneliti Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Mukh Syaifudin kepada ANTARA, Jakarta, Rabu (29/4/2020).

​Dua rencana terkait imunisasi pasif itu adalah memberikan serum atau plasma konvaselen dari pasien COVID-19 yang sudah sembuh yang mengandung antibodi, dan anti-serum IgY yang diproduksi di ayam. Dua produk ini akan disterilisasi dengan iradiasi gamma.

IgY hanya ada di unggas seperti ayam yaitu imunoglobulin Y yang sama fungsinya dengan imunoglobulin G (IgG) di mamalia.

"Rencana anti serum IgY ini merupakan kelanjutan dari program vaksin terdahulu yakni di flu burung atau SARS," ujar Syaifudin.

Batan memiliki ide untuk uji coba iradiasi IgY komersial yang ada di pasaran.

Saat ini serum atau plasma konvalesen yang mengandung anti bodi atau imunoglobulin G (IgG) dari pasien (manusia) yang sembuh dari Covid-19 sedang dibuat oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk mengobati pasien-pasien positif COVID-19 di rumah sakit-rumah sakit rujukan di Indonesia.

Untuk penelitian dan pengembangan anti-serum IgY diprakarsai oleh Prof. Kamaludin dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan tim.

Syaifudin menuturkan tim penelitian dan pengembangan anti serum IgY sepakat segera bertindak, tapi kegiatan bergantung pada proses awal yang meliputi pengkulturan COVID-19 di Lembaga Eijkman, perolehan ayam yang diperlukan hingga sekitar 2.500 ekor di IPB, penyuntikan virus di ayam. Lalu perlu tidaknya booster atau penyuntikan kedua dilakukan.

Kemudian perolehan telurnya, ekstraksi dan pemurnian IgY dari kuning telur dan kegiatan terkait lain dilakukan di PT Biofarma.

Selanjutnya, ditentukan faktor-faktor yang berpengaruh seperti bioburden atau kandungan mikroorganisme di dalam produk, dosis radiasi, suhu saat radiasi, kemudian diuji keutuhan atau karakteristik antigennya pasca iradiasi dengan teknik SDS-PAGE atau spektrofotometer.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara
Editor: Maya Saputri