Menuju konten utama

Benarkah Kasus Positif COVID-19 DKI Turun karena PSBB?

Anies dan Doni klaim tren kasus menurun sejak diberlakukan PSBB. Kenyataannya angka kasus masih bergerak sangat fluktuatif.

Benarkah Kasus Positif COVID-19 DKI Turun karena PSBB?
Petugas meminta penumpang mobil berpindah ke kursi bagian belakang saat pemeriksaan kepatuhan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Jl. Proklamasi , Jakarta, Kamis (16/4/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan kasus baru positif COVID-19 di DKI Jakarta "mengalami perlambatan" sepanjang penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB). DKI adalah provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan restriksi ini pada 10 April. Pada 24 April, PSBB DKI diperpanjang hingga 22 Mei.

"Khusus DKI, perkembangan yang terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat," kata Doni usai rapat penanganan COVID-19 bersama Presiden Joko Widodo dan jajaran kabinet, Senin (27/4/2020) lalu.

Pria yang juga menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini berharap tren penurunan pasien positif terus berlanjut. "Mudah-mudahan langkah tegas yang dilakukan Gugus Tugas Provinsi DKI dapat memberikan efek yang positif, semakin berkurangnya kasus di Jakarta."

Namun benarkah kasus positif COVID-19 di DKI menurun?

Kendati fluktuatif, pasien positif di DKI terus bertambah setiap hari, sejak PSBB diterapkan hingga Senin 27 April.

  1. 10 April: Pada hari pertama PSBB, pasien positif bertambah 91
  2. 11 April: Pasien positif bertambah 93
  3. 12 April: Bertambah drastis ke angka 179
  4. 13 April: Bertambah 160
  5. 14 April: Pertambahan menurun ke angka 107
  6. 15 April: Pertambahan kembali turun, 98 pasien
  7. 16 April: Pertambahan terbanyak sejak muncul kasus COVID-19 di Jakarta, bahkan dua kali lipat dari hari sebelumnya, yakni 223
  8. 17 April: Pertambahan melambat ke angka 153
  9. 18 April: Pertambahannya turun hingga setengah dibanding hari sebelumnya, yakni 79
  10. 19 April: Bertambah 131
  11. 20 April: Bertambah 79
  12. 21 April: Kembali bertambah dua kali lipat dari hari sebelumnya, yakni 167
  13. 22 April: Pertambahan menurun sebanyak 120
  14. 23 April: Pertambahan terus melandai sebanyak 107
  15. 24 April: Pertambahan menurun ke angka 99
  16. 25 April: Pertambahan kembali menurun ke angka 76
  17. 26 April: Pertambahan menurun lagi, yakni 65
  18. 27 April: Pertambahan pasien 86, meningkat lagi

Grafik kasus baru mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup signifikan pada sejumlah hari, sehingga belum dapat disimpulkan apakah sejak 10 April kurva mengalami penurunan, peningkatan, atau stabil.

Pola serupa terlihat pada penambahan kasus positif harian secara nasional--yang masih naik turun signifkan.

Pertanyakan Jumlah Testing

Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan tinggi dan rendahnya penambahan pasien positif baru tergantung pada jumlah orang yang diperiksa. Jika jumlah yang diperiksa lebih sedikit dari hari sebelumnya, kemungkinan angka kasus positif tentu saja juga menurun.

Maka, yang pertama mesti dicek adalah berapa orang yang diperiksa. Masalahnya, menurutnya selama ini "testing yang dilakukan tidak konsisten." "Misalnya hari ini tes 100 orang, ternyata 50 positif. Terus besoknya tes 50 orang, lalu yang positif 40," kata Pandu kepada reporter Tirto, Selasa (28/4/2020).

Pemprov DKI tidak melampirkan data harian orang yang sudah dites swab--tes paling presisi untuk mengecek apakah seseorang terinfeksi atau tidak. Tirto hanya dapat menghimpun data rapid test atau tes cepat. Seseorang yang terindikasi positif pada tes cepat akan dites kembali dengan metode swab.

Pada 21 April, Pemprov DKI melakukan rapid test kepada 62.100 orang. Sehari setelahnya warga yang dites mencapai 63.545 orang, atau bertambah 1.446. Selanjutnya, pada 23 April, 69.355 warga dites atau bertambah 5.809. Pada 24 April, total yang dites mencapai 70.828, atau bertambah 1.473.

Lalu pada 25 April, jumlah total warga yang dites mencapai 71.970, atau bertambah 1.142. Sehari kemudian, jumlah warga yang sudah di-rapid test sebanyak 72.414, atau pertambahan hanya 444, menurun dari hari sebelumnya. Terakhir, pada 27 April, sebanyak 72.618 orang yang dites, atau hanya bertambah 204, menurun dua kali lipat dari hari sebelumnya.

Artinya, jumlah warga yang diperiksa naik dan turun atau tidak tetap, bahkan cenderung menurun secara signifikan.

Menurut Pandu, juga dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, tren kasus positif COVID-19 di DKI fluktuatif, bukan turun atau datar, lantaran banyaknya antrean hasil tes karena kapasitas laboratorium uji yang terbatas. Ketika ada 100 orang yang dites, sementara laboratorium hanya dapat menampung 30, maka sangat mungkin penambahan pasien meningkat di hari berikutnya.

"Maka sesuaikan warga yang dites dengan kapasitas laboratorium. Terus tingkatkan peralatan tes agar lebih akurat," katanya.

Selain itu, meski telah PSBB, pria yang juga tergabung dalam komunitas Kawal COVID-19 ini melihat masih banyak orang yang nekat keluar, mudik, hingga tawuran. Hal itu membuat penyebaran virus Corona tetap terjadi. Oleh karenanya ia meminta Pemprov DKI "mengawasi sejumlah titik lebih ketat lagi."

Pada akhirnya ia menilai pengumuman penurunan kasus positif COVID-19 di DKI hanya agar warga memperoleh kabar baik.

"Bagian dari psikologi massa, jadi jangan senang dulu. Boleh saja senang, tapi tetap di rumah," pungkasnya.

PSBB Selesai jika Tren Menurun

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan jika tren penambahan kasus pasien COVID-19 terus menurun dalam waktu dekat, kemungkinan penerapan PSBB akan segera selesai. Hal ini ia sampaikan ketika bertemu dengan ratusan perwakilan perusahaan multinasional dan asosiasi bisnis secara virtual.

"Ketika nanti pasien dalam pengawasan (PDP) terus menurun, tingkat kematian juga turun, kita akan menuju kembali ke normal. Kita berharap hal ini segera terjadi," katanya, Selasa (28/4/2020) lalu.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri