tirto.id - Kondisi perang Sudan terkini masih diwarnai sejumlah serangan udara dan tembakan anti-pesawat di ibukota Khartoum, Omdurman, dan Bahri. Konflik yang berujung perang antara pihak militer melawan pasukan paramiliter RSF itu memperpanjang masa gencatan senjata selama 72 jam berikutnya sejak Jumat, 28 April 2023.
Perang antara 2 kubu di Sudan sempat mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam tempo waktu 72 jam yang berlaku Selasa-Kamis, 25-27 April 2023. Pihak militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan lantas memberikan opsi memperpanjang masa gencatan senjata selama 72 jam berikutnya pada Rabu, (26/4).
Hal ini lantas diamini oleh kubu lawan, pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang didukung Mohamed Hamdan Dagalo. Kamis, (27/4), mereka menyanggupi masa perpanjangan gencatan senjata untuk 72 jam berikutnya yang berlaku mulai Jumat, (28/4).
Mengutip Reuters, kesepakatan tersebut lantas disambut positif oleh sejumlah pihak seperti PBB, Uni Afrika, IGAD ( Intergovernmental Authority on Development), hingga 4 komisi negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Arab Saudi dan UEA.
"Kami menyambut baik kesiapan mereka untuk terlibat dalam dialog demi penghentian permusuhan yang bertahan lama dan memastikan akses kemanusiaan tanpa hambatan," ujar pernyataan bersama.
Meskipun kedua faksi di Sudan menyepakati proses perdamaian sementara, namun pertempuran masih terjadi di beberapa kota, seperti ibukota Khartoum hingga sejumlah wilayah lainnya.
Update Kondisi Perang Sudan Terkini di Hari ke-14
Diberitakan Al-Jazeera, Kamis (27/4), tentara militer dan pasukan paramiliter RSF masih terlibat pertempuran di ibukota Khartoum, di tengah usaha gencatan senjata yang sedang dijalani kedua belah pihak.
Pertempuran lain juga terjadi di Omdurman, kota yang berbatasan langsung dengan Khartoum. Pihak militer menyerang pasukan tambahan RSF yang didatangkan dari wilayah lain. Akibatnya, sejumlah tembakan senjata berat dan serangan udara tidak terelakkan di antara kedua faksi yang sedang berkonflik itu.
Menurut AP News, pertempuran lainnya juga terjadi di wilayah barat Darfur, yang menjadi salah satu arena pertempuran sengit antara pihak militer dengan paramiliter FSF. Bahkan, di Genena, permusuhan juga turut melibatkan milisi suku, satu sisi atas nama orang Arab dan sisi lain sebagai orang Afrika Timur atau Afrika Tengah.
Sejauh ini, perang di Sudan sudah menewaskan sedikitnya 512 orang dan 4.200 lainnya terluka menurut keterangan Kementerian Kesehatan setempat. Data lain dari The Doctors' Syndicate menunjukkan korban sipil akibat perang berjumlah 303 warga meninggal dan 1.848 lainnya luka-luka.
Selain itu, The Sudan Doctors Union menyebutkan saat ini 60 dari 86 rumah sakit yang berada di wilayah konflik sudah berhenti beroperasi. PBB menyampaikan, 20 ribu warga Sudan telah melarikan diri ke Chad. 4 ribu lainnya menuju Sudan Selatan, 3.500 berpindah ke Ethiopia dan 3 ribu lari ke Republik Afrika Tengah.
Apa Penyebab Konflik dan Perang Sudan?
Perang Sudan terjadi akibat pertikaian antara pihak militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dengan pasukan paramiliter RSF yang dikendalikan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, atau dikenal dengan nama Hemedti.
The Guardian menuliskan, militer Sudan seluruhnya patuh dan setia terhadap Abdel Fattah al-Burhan. Sementara RSF merupakan kumpulan para milisi setempat yang terdiri dari loyalis Mohamed Hamdan Dagalo (Hemedti). Ia juga mantan panglima perang.
Al-Burhan dan Hemedti sebenarnya sempat bersatu saat proses penggulingan pemimpin diktator Sudan, Omar al-Bashir, yang terjadi pada tahun 2019 silam. Adapun RSF atau Janjaweed aslinya merupakan bentukan Omar al-Bashir yang digunakan untuk menumpas pemberontakan di Darfur selama lebih dari 20 tahun.
Al-Bashir menjadikan RSF sebagai pasukan paramiliter semi-terorganisir dan memberikan pangkat militer kepada para pemimpinnya. Ia juga mengerahkan pasukan ini ke Darfur Selatan, Yaman hingga Libya.
Pasca-lengsernya Omar al-Bashir, upaya transisi menuju pemerintahan sipil yang lebih demokratis kemudian dijalankan. Alih-alih bersatu, militer Sudan yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan justru terlibat konflik dengan pasukan paramiliter RSF yang dipimpin Hemedti, akibat tidak terjadi kata sepakat terkait pembagian kekuasaan.
Sejak Sabtu, 15 April 2023, militer Sudan dengan paramiliter RSF itu mulai terlibat pertempuran hingga pecah perang saudara. Konflik dalam negeri selama 2 pekan terakhir ini telah menelan korban jiwa hingga ratusan orang dan memaksa ribuan warga lainnya mengungsi ke sejumlah negara yang berbatasan langsung dengan Sudan.
Penulis: Beni Jo
Editor: Alexander Haryanto