tirto.id - Di masa ini, membaca atau mengirim email, menulis sebuah artikel, atau melakukan berbagai pekerjaan lainnya dengan mudah bisa dilakukan dengan ponsel pintar atau gajet lain. Di dekade 90an, satu-satunya alat yang memiliki kemampuan “pintar” tersebut hanyalah kotak besar bernama komputer.
Dengan semakin mengguritanya ponsel pintar, lambat laun komputer, baik dalam bentuk desktop maupun laptop mulai ditinggalkan penggunanya. Tentu saja, ada juga orang-orang yang sulit meninggalkan komputer.
Diwartakan The Verge, beberapa orang yang masih kesusahan meninggalkan komputer adalah terutama mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar yang didukung oleh tim IT yang cukup kolot. Orang-orang tersebut tidak leluasa meninggalkan komputer karena tim IT hanya menyiapkan mereka opsi desktop atau laptop semata, bukan prangkat seperti iPad atau yang sejenisnya.
Selain itu, beberapa orang yang mengaku “berpikiran terbuka” juga enggan berpindah dari komputer ke perangkat-perangkat canggih masa kini. Mereka mengklaim bahwa komputer, baik desktop maupun laptop memiliki kemampuan kostumisasi. Kemampuan kostumisasi, tidak dimiliki oleh perangkat-perangkat mobile masa kini.
Secara umum, bisnis komputer, baik desktop maupun laptop memang mengalami kelesuan. Data yang dipacak di Statista menunjukkan, di tahun 2010 terdapat 157 juta unit desktop dan terdapat 201 juta unit laptop yang dikapalkan. Sedangkan di tahun 2015, terdapat 113,6 juta unit desktop dan 163,1 juta unit laptop yang dikapalkan. Menurut perkiraan, di tahun 2020 akan terdapat 94,6 juta unit desktop dan 154,5 juta unit laptop yang akan dikapalkan. Artinya, terjadi penurunan yang cukup signifikan dari dua perangkat yang di masa lalu mengalami kejayaan tersebut.
Dikutip Time, Linn Huang, seorang analis IDC mengungkapkan bahwa, “total ketersediaan pasar bagi pengapalan komputer personal ke rumah (pelanggan) mengalami pengecilan dan pengecilan.”
Ini berbanding terbalik dengan pengapalan perangkat tablet. Data di Statista menunjukkan, di tahun 2010 terdapat 19 juta unit tablet yang dikapalkan. Sedangkan di tahun 2015, terdapat 208 juta unit tablet yang dikapalkan. Tulisan The Verge bahkan dengan tegas mengungkapkan bahwa “ponsel [pintar] dan tablet adalah komputer personal baru.”
Tapi, benarkan ponsel pintar dan tablet adalah generasi selanjutnya dari apa yang dahulu kita kenal dengan desktop dan laptop?
Perangkat iPad Pro adalah salah satu perangkat yang serius untuk menjadi generasi selanjutnya dari komputer personal. Sebagaimana diwartakan laman 9to5mac, Apple meluncurkan sebuah iklan yang berusaha menanggapi cuitan atau twit pengguna komputer yang membanding-bandingkan kemampuan komputer dengan iPad. Iklan iPad Pro tersebut dibuat guna menargetkan pengguna komputer yang skeptis terhadap tablet, dalam hal ini iPad, mampu menggantikan komputer.
Bahkan, Tim Cook, CEO Apple mengungkapkan, “saya pikir jika kita melihat pada personal komputer, mengapa kita membeli personal komputer lagi? Ya, iPad Pro adalah pengganti laptop atau desktop untuk banyak, banyak orang. Mereka akan memulai menggunakannya dan berkesimpulan bahwa mereka tidak membutuhkan lagi yang lainnya ([aptop dan desktop] selain telepon pintar.”
Jika kita melihat data Statista, ucapan Tim Cook mungkin ada benarnya. Penjualan iPad Pro terbilang masih bagus. Di kuartal-3 2015, setengah juta iPad pro diproduksi untuk menangani permintaan pasar. Sedangkan di kuartal-4 2015, produksi iPad Pro ditingkatkan hingga 3 juta unit.
Namun, sesungguhnya perusahaan-perusahaan teknologi dunia masih belum menyerah terhadap penjualan komputer yang kini relatif lesu. Microsoft tahun lalu meluncurkan Surface Studio, dan Apple masih menjual iMac. Baik Surface Studio maupun iMac merupakan komputer tipe desktop. Selain itu, Microsoft juga masih melakukan pembaruan bagi perangkap laptop mereka yakni Surface Book dan Apple masih meluncurkan tipe baru laptop mereka, Macbook Pro.
Perlu diingat, meskipun masih berupa dekstop atau laptop, jika kita telaah lebih jauh, perangkat-perangkat yang dibikin Microsoft atau Apple memiliki perbedaan. Mereka sedang mencoba mendefinisi ulang desktop maupun laptop bagi para penggunanya.
Sufrace Desktop bikinan Microsoft memang merupakan komputer desktop, tapi desktop tersebut mengusung teknologi masa kini yang yang berbeda daripada dekstop lainnya. Surface Studio membenamkan kemampuan layar sentuh yang diklaim sangat cocok digunakan para seniman digital.
Surface Book, perangkat laptop bikinan Microsoft juga bukanlah laptop yang umum ditemukan. Perangkat tersebut lebih merupakan perangkat hybrid karena kemampuannya bisa diubah-ubah, menjadi laptop konvensional atau menjadi tablet masa kini.
Hal senada juga terdapat dalam lini Macbook Pro yang baru-baru ini diperkenalkan Apple. Macbook Pro diketahui memiliki fitur touchbar, suatu segmen layar sentuh yang bisa digunakan untuk beragam kemampuan. Meskipun terkesan sepele, tapi fitur tersebut menandakan bahwa Apple sedang mencari-cari bentuk seperti apa laptop masa depan.
Selain Microsoft dan Apple, bentuk komputer personal terutama laptop masa depan juga coba diterawang Google, melalui suatu perangkat yang mereka namai Chromebook. Chromebook adalah sebuah perangkat laptop yang mencoba menjebatani kemampuan laptop dengan kemampuan ponsel pintar. Google sedang bekerja keras untuk membuat Chromebook bisa menjalankan aplikasi-aplikasi Android.
Statista mencatat Chromebook dari Google terbilang cukup sukses. Di tahun 2015 terdapat 6 juta Chromebook yang dikapalkan di wilayah Amerika Utara. Sementara di tahun 2016, 6,1 juta Chromebook dikapalkan di wilayah Amerika Utara.
Selain itu, secara umum, beberapa laptop kini lebih mirip smartphone. Salah satu indikasinya, sebagaimana dikutip dari The Verge adalah laptop-laptop tersebut kini banyak yang menggunakan prosesor berbasis ARM bukan Intel. Dengan kenyataan demikian, bukanlah hal yang aneh jika di kemudian hari, laptop-laptop yang dijual di pasaran akan mampu menjalankan aplikasi-aplikasi yang khusus dibuat untuk perangkat Android atau bahkan iOS.
Nampaknya, kita memang tinggal menunggu beberapa saat saja bentuk baru dari komputer personal yang telah jadul itu.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani