Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Kisah Teladan Nabi Hud AS: Berakhlak Mulia dan Hindari Kesombongan

Nabi Hud, kisah Nabi Hud singkat, mukjizat Nabi Hud, dan kisah teladan Nabi Hud AS.

Kisah Teladan Nabi Hud AS: Berakhlak Mulia dan Hindari Kesombongan
Ilustrasi Nabi. tirto.id/Fuad

tirto.id - Nabi Hud As merupakan salah satu di antara 25 nabi. Ia berada pada urutan keempat setelah Nabi Adam As, Nabi Idris As, serta Nabi Nuh as.

Keberadaan Nabi Hud pun tidak terlepas secara langsung dari nabi sebelumnya, yakni Nabi Nuh. Lantaran beliau merupakan cucu Nabi Nuh As dari hasil keturunan Sam bin Nuh.

Jika melihat kisah Nabi Hud semasa hidup, beberapa hal yang bisa menjadi teladan bagi umat manusia saat ini adalah mempunyai akhlak yang mulia serta menghindarkan diri dari sifat sombong.

Berdasarkan kitab suci Al-Quran, Nabi Hud As yang wajib diimani tersebut dapat diketahui melalui surah Al-Fajr ayat 6-8 dengan firman Allah SWT sebagai berikut:

اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ ۖ ا ِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ

Artinya:"Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad?. (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain".

Sebagai penjelasan, Nabi Hud As hidup di antara kaum A'ad yang tinggal di daerah dengan nama Al-Ahqaf. Atau sebuah tempat yang kini berada di utara Hadramaut, Yaman.

Ketika itu kaum A'ad sebenarnya hidup dengan penuh kemakmuran. Mereka memiliki keunggulan dalam beberapa bidang. Seperti peradaban yang bagus, air melimpah, harta dan ternak yang banyak, serta tanah yang subur.

Kendati demikian, kaum ini justru mengingkari terhadap adanya Allah SWT. Mereka menyembah berhala. Dua diantaranya bahkan diberi nama dengan sebutan Shamud dan Alhattar.

Berhala tersebut dianggap sebagai pemberi kebahagiaan oleh kaum A'ad. Selain itu, juga bisa menjadi alat untuk menolak segala kejahatan dan musibah.

Kemudian, Allah SWT mengutus Nabi Hud As untuk memberikan dakwah. Bukannya diterima, ajaran yang disampaikan sang Nabi agar kaum A'ad kembali menyembah Allah malah ditolak mentah-mentah.

Dikutip dari artikel dengan judul "Mengaca dari Kaum Sombong yang Ingin Saingi Tuhan" karya Muhammad Faizin via laman NU Online, mereka justru menantang Nabi Hud untuk membuktikan ucapannya.

Kaum A'ad ingin adanya azab dari Sang Maha Pencipta sebagai bukti. Artinya, mereka sudah mulai menunjukkan perilaku kesombongan dengan mengingkari adanya Allah SWT.

Melalui surah QS Al Haqqah ayat 6-8, dapat diketahui kisah berikutnya. Dalam firman-Nya, disebutkan bahwa:

"Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus.

"Maka kamu liat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka,".

Demikian kisah berakhirnya kaum ‘Aad. Akibat perilaku sombong dengan menantang Nabi Hud dan tidak mengakui kebenaran-Nya, Allah SWT akhirnya menurunkan azab berupa angin samun yang mampu membinasakan makhluk yang tidak beriman.

Sementara Nabi Hud As beserta sahabatnya dilaporkan berhasil lolos karena mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.

Usai situasi memungkinkan, mereka meninggalkan Al-Ahqaf dan menuju Hadramaut hingga menghabiskan usianya di tempat tersebut.

Dalam hasil skripsi yang ditulis oleh Agwin Albert Kurniawan melalui judul "Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kisah Nabi Hud Menurut Tafsir Fi Zhilalil Qur'an Karya Sayyid Quthb", beberapa poin yang bisa dipetik hikmahnya dari kisah nabi tersebut adalah mengenai akhlak kepada Allah SWT.

Yaitu dengan cara beriman, beribadah, serta larangan untuk mempersekutukan-Nya. Pesan lainnya yakni beriman kepada rasul sebagai utusan dari Allah SWT.

Hal itu bisa dilakukan melalui cara menaatinya, larangan menentang peringatan serta memfitnah para rasul.

Baca juga artikel terkait AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dhita Koesno