Menuju konten utama

Cerita Rio Waida Menjelang Olimpiade Paris 2024

Rio Waida (24) adalah atlet selancar ombak Indonesia pertama yang mengikuti dua olimpiade berturut-turut. Olimpiade Tokyo 2020 dan Olimpiade Paris 2024.

Cerita Rio Waida Menjelang Olimpiade Paris 2024
Dirut Utama PT Samudera Indonesia, Bani Maulana Mulia (kiri) berselancar bersama atlet selancar ombak Rio Waida di Pantai Legian, Bali, Sabtu (13/7/2024). (FOTO/Dokumentasi Samudera Indonesia)

tirto.id - 15 jam sebelum ngobrol santai bersama Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk, Bani Maulana Mulia, dan bertemu awak media, Rio Waida mengunggah video Muhammad Ali di story Instagramnya. Peselancar Indonesia paling populer saat ini tersebut memberi keterangan, “If I met him, he will change my life”.

Di kawasan Pantai Legian, Bali, Rio menyatakan bahwa konten tersebut sengaja diunggah bukan sebagai angan-angan untuk beralih profesi menjadi petinju. Tetapi, sebentuk motivasi agar dirinya lebih percaya diri lagi.

“Di video itu, Muhammad Ali terlihat pede sekali mengatakan ‘I am the best’, I am the great’, sedangkan saya tidak berani bilang begitu. Jika saya bertemu Ali, mungkin hidup saya berubah. Saya menjadi pribadi berbeda, lebih berani, lebih percaya diri,” papar Rio kepada Tirto.id, Sabtu (13/7/2024)

Sekalipun sederet prestasi sudah ia kantongi—paling kentara: menjadi utusan Indonesia untuk cabang olahraga selancar ombak di Olimpiade Tokyo 2020 dan Olimpiade Paris 2024—Rio Waida mengaku masih pemalu dan cenderung introvert. Jika tidak latihan, Rio lebih sering menghabiskan waktu di rumah, lari, atau motoran sendirian ke pantai.

Pengakuan bahwa atlet 24 tahun ini pemalu terbukti ketika diminta mengucapkan kata pengantar sebelum obrolan santai dengan Bani Maulana dan awak media dimulai. “Apa, ya? Terima kasih karena teman-teman sudah datang ke sini. Paling itu aja sih,” ungkap Rio, kikuk, diiringi senyum.

Rio Waida lahir di Saitama, Jepang, 25 Januari 2000. Ibunya berasal dari Negeri Sakura sedangkan ayahnya orang Indonesia tulen. Hingga umur 5 tahun, Rio tinggal di negara sang bunda. Setelahnya, barulah keluarga Rio hijrah ke Indonesia, menetap di Bali.

Perkenalan Rio dengan papan selancar bermula sejak ia masih balita. “Saya pertama kali main surfing umur 4 tahun, diajarin ibu.” Rio menekankan bahwa ibunya bukanlah peselancar profesional. “Hanya senang main surfing saja. Saya dan adik mengenal surfing dari ibu.”

Adik Rio, Ryuki Waida, juga punya prestasi tak kalah mentereng di bidang surfing. Di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, Ryuki menyumbang emas buat provinsi Bali.

Sabtu pagi pekan lalu, Ryuki mendatangi abangnya di Kanoa Beach Restaurant, Legian, mengantarkan papan surfing, kemudian melengos pergi. “Saya ada janji,” kata Ryuki, saat diminta bergabung dalam riungan.

Jelang Olimpiade Paris 2024, pelatih Rio, Tina Chronopoulou, menyebut sang atlet mesti meningkatkan massa ototnya. Pantai Teahupoo, bakal venue selancar ombak olimpiade kali ini, punya karakter ganas dengan ketinggian ombak bisa mencapai belasan meter.

Lantaran itulah Rio rutin latihan fisik minimal 1,5 jam sehari, ditambah latihan surfing sehari 6 jam, tergantung kondisi ombak.

“Sekarang, kondisi ombak di Bali agak surut, kurang bagus buat latihan,” kata Rio. Biar begitu, Rio menatap olimpiade dengan sarat optimisme. “Saya sudah tes ombak, sudah tes papan, dan sudah bekerja keras dengan coach, (belajar) strategi dan cara baca ombak, jadi saya lebih confidence untuk olimpiade," kata Rio.

Turnamen olimpiade selancar ombak akan dilangsungkan pada 27 Juli-8 Agustus. Pantai Teahupoo, berjarak 15.705 kilometer dari Paris, bukanlah venue asing bagi Rio Waida.

Dalam ajang Liga Surfing Dunia (World Surfing League, WSL) akhir Mei lalu, Rio masuk 16 besar dengan total 14,04 poin dari torehan dua ombak 7,17, dan 6,87. Kejuaraan tersebut digelar di Pantai Teahupoo, Tahiti, Polinesia Perancis.

"Masuk quarter lebih dari ekspektasi saya, jadi saya sangat senang, tentu saya lebih confidence,” kata Rio.

Di olimpiade, Rio akan bersaing di Heat 8 bersama peselancar Jepang Reo Inaba dan peselancar Italia Leonardo Fioravanti. Akhir Juni kemarin, Rio mengalahkan Fioravanti di ajang WSL Rio Pro di Saquarema, Rio de Janeiro, Brasil. Kemenangan tersebut menjadi modal berharga bagi Rio untuk berkompetisi di Olimpiade Paris 2024.

“Fioravanti punya banyak pengalaman. Saya lebih pede karena sudah mengalahkan dia. Sebelumnya, saya belum pernah mengalahkan Fioravanti. Sebelum di Brasil saya masih ragu-ragu, lalu mengalahkan dia di babak pertama dan babak eliminasi,” ujar Rio.

Dukungan Keluarga dan Sponsor

Performa apik Rio di WSL hingga melenggang ke Olimpiade Paris 2024 tak lepas dari sokongan banyak pihak, terutama keluarga dan pelatih, juga sponsor seperti Samudera Indonesia. Manajer Rio, Fridoun Chee, menyebut tanpa sokongan sponsor Rio Waida bakal kewalahan.

“Sekali stop, biaya Rio ada di kisaran 13 ribu hingga 20 ribu USD, untuk penerbangan, coach, dan lain-lain. Dalam setahun, ada 20 stop,” ungkap Fridoun, Sabtu (13/7/2024).

Fridoun menambahkan, Samudera Indonesia menanggung pengeluaran Rio dan kerjasama keduanya berlangsung sejak Maret 2022.

“Samudera tidak hanya support Rio. Enam orang kontingen Indonesia yang berangkat ke Puerto Rico untuk mengikuti kualifikasi terakhir Olimpiade Paris, sebelum Rio dinyatakan lolos, juga mendapat dukungan dari Samudera Indonesia,” lanjut Fridoun.

Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk, Bani Maulana Mulia, menyebut dirinya tertarik menjalin kerja sama dengan Rio Waida sejak menyaksikan sang atlet memimpin kontingen Indonesia di pembukaan Olimpiade Tokyo 2020.

Kala itu, Rio berjalan di depan, memakai udeng dan pakaian khas Bali, membawa bendera Merah Putih. “Wah, keren juga nih anak. Terus olahraganya juga surfing, yang sebetulnya Indonesia banget,” kata Bani, Sabtu (13/7/2024).

Di mata Bani, negara maritim sebesar Indonesia sudah seharusnya punya atlet top di cabang surfing. Sayangnya, ombak di Indonesia belum bisa divaluasi, padahal secara bisnis sangatlah menjanjikan.

Pada saat bersamaan, pantai-pantai di Indonesia, surga bagi para peselancar dunia, lebih sering dinikmati orang asing alih-alih orang Indonesia sendiri. Dalam konteks demikian, Bani menilai Rio sebagai sosok yang inspiratif.

Rio Waida

Dirut Utama PT Samudera Indonesia Tbk Bani Maulana Mulia (kiri bawah) dan peselancar Rio Waida (tengah bawah) berfoto bersama dengan sejumlah awak media sebelum latihan surfing di Pantai Legian, Bali, Sabtu (13/7/2024). (FOTO/Tim dokumentasi Samudera Indonesia)

“Rio ini menginspirasi. Kedisiplinannya jauh dari spotlight, dan timing-nya juga oke. Di industri kami, timing adalah hal yang sangat penting. Rio juga merupakan simbol sportivitas dan membanggakan Indonesia,” sambung Bani.

Bani berharap dukungan yang diberikan Samudera Indonesia kepada Rio memantik perusahaan dalam negeri lainnya melakukan hal serupa. “Semoga dukungan ini membuat perusahaan lain turut mendukung para atlet membawa nama Indonesia mendunia.”

Komitmen Samudera Indonesia untuk menjadikan surfing sebagai olahraga yang dikenal khalayak tak terbatas pada Rio dan segelintir atlet. “Rip Curl Cup Padang-Padang”, event olahraga kelas dunia yang sudah berlangsung 21 tahun, belakangan juga mendapat dukungan perusahaan logistik dan pelayaran tersebut.

“Ini tahun ketiga Samudera Indonesia mendukung Rip Curl Cup Padang Padang. Selain itu, Samudera juga mendukung GromSearch, kompetisi surfing untuk anak-anak, yang biasanya menjadi ajang pencarian bibit-bibit muda penerus surfing,” ungkap Marketing Communications Manager Rip Curl Indonesia, Geby Amanda Putri, kepada Tirto.id, Kamis (18/7/2024).

Di luar perkara surfing, Geby menerangkan bahwa tahun lalu pihaknya bekerjasama dengan Samudera Peduli menyelenggarakan Samudera Eco Festival. Kegiatan utamanya berupa festival musik dengan pendekatan aktivasi lingkungan.

“Jadi ada bersih-bersih pantai secara masal, ada booth-booth produk ramah lingkungan (eco product), komunitas peduli lingkungan (community eco), serta talkshow eco,” pungkas Geby.

Potret Anak Rumahan sebagai Bakal Legenda

Sebagai peselancar profesional, karier Rio Waida tak bisa lepas dari dukungan orang tua, terutama sang ibu. Dulu, tiap kali ada peselancar dunia mampir di Bali, ibunda Rio selalu mengusahakan agar Rio dapat ketemu mereka, para idola yang biasa Rio tonton aksinya via DVD.

Berkat sang ibu dan sponsor–Rio sudah di-endorse Quicksilver sejak umur 10 tahun–sederet nama beken di skena surfing tercatat pernah satu frame dengan Rio belia.

Sebut saja atlet kawakan macam Mick Fanning (Australia), Jordy Smith (Afrika Selatan), Kelly Slater (Amerika), Jeremy Flores (Prancis), Aritz Aranburu (Spanyol), Tiago Pires (Portugal), hingga yang sepantaran Rio macam Jack Robinson (Australia). Seperti Rio Waida, nama terakhir tercatat sebagai “olympian” di gelaran Olimpiade Paris 2024.

Waktu bergulir dan sekarang Rio bukan kanak-kanak lagi. Nama Rio Waida bertengger di urutan ke-10 peselancar terbaik dunia. Sejumlah wisatawan yang kebetulan melihat Rio main surfing bersama Bani Maulana di kawasan Legian, tak segan menghampirinya buat minta foto bersama.

Tak peduli mereka wisatawan dalam negeri atau mancanegara, sudah berumur maupun masih kanak-kanak, semuanya Rio layani, sebagaimana para idolanya melayani permintaan berfoto Rio belasan tahun lalu.

Rio Waida

Rio Waida meladeni permintaan foto bersama sejumlah wisatawan cilik di Pantai Legian, Sabtu (13/7/2024). (FOTO/Dokumentasi Samudera Indonesia)

“Anak-anak sekarang lebih keren dibanding saat saya kecil dulu. Mereka sangat berpotensi, tugasnya tinggal fokus dan sering-sering ikut kompetisi,” ujar Rio, menanggapi regenerasi dan ekosistem surfing di Bali saat ini.

Ditanya apa motivasinya agar lebih mantap menghadapi kejuaraan terdekat, Rio, yang mengaku masih sering takut melihat ombak besar, memberi jawaban terus terang.

“Motivasi terbesar jelas keluarga dan sponsor. Jika saya tidak surfing, saya gak tau harus ngapain. Saya tidak bisa bekerja di media menjadi wartawan, juga tidak bisa menjadi orang kantoran.”

Sedangkan saat dimintai keterangan soal tanggapan sang ibu, mengingat anak yang dulu diajarinya berdiri di atas gelombang sekarang sedang melangkah menjadi legenda hidup selancar Indonesia, Rio ketawa lebar.

“Tetap seperti dulu. Lampu kamar tidak dimatikan, marah. Piring belum dicuci, parkir motor tidak betul, dia marah. Pokoknya di rumah ibu masih suka marahin saya. Saya menghormatinya sebagai orang tua, dan tidak bisa melebihinya di dalam rumah.”

Baca juga artikel terkait RIO WAIDA atau tulisan lainnya dari Zulkifli Songyanan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Zulkifli Songyanan
Editor: Zulkifli Songyanan

Artikel Terkait