Menuju konten utama

Kisah Louboutin dan Sepatu Bersol Merah

Sepatu Louboutin menjadi favorit banyak selebritas.

Kisah Louboutin dan Sepatu Bersol Merah
Christian Louboutin, desainer sepatu. Foto/Wikipedia

tirto.id - Christian Louboutin ialah desainer sepatu yang blak-blakan bicara bahwa dirinya membenci kenyamanan. Ia tidak suka menciptakan sepatu ergonomis yang membuat sang pengguna betah mengenakan sepatu berjam-jam tanpa keluhan. Sepatu karyanya memang bisa membuat kaki lecet dan pegal, apalagi ketika pertama kali digunakan. Dasar sepatu tidak empuk, bagian pinggir terasa kaku dan keras, dan sepatu seolah tercipta untuk mereka yang punya telapak kaki ramping. Mengenakan sepatu karyanya ibarat memakai korset pelangsing.

Tujuannya membuat sepatu juga serupa dengan alasan terciptanya korset: membuat postur tubuh terlihat lebih baik. Ia punya persepsi tersendiri tentang sepatu. Louboutin beranggapan: ketika memilih sepatu, para wanita tidak fokus ke bentuk, melainkan fokus pada bagaimana postur tubuh atau keseluruhan penampilan ketika mengenakan sepatu. Di benaknya, postur wanita akan tampak lebih baik ketika menggunakan sepatu hak. Maka dia makin yakin untuk jadi desainer sepatu hak.

Pria berdarah Mesir yang lahir di Paris ini terobsesi menggambar sepatu wanita berjenis stiletto atau platform dengan hak 10-15 centimeter. Ia sempat berkata pada majalah W bahwa kegemarannya menggambar sepatu hak muncul saat ia berusia 12 tahun. Waktu itu Louboutin terpana melihat sebuah simbol larangan penggunaan sepatu hak di dalam museum karena berisiko merusak lantai ruangan. Dari sana ia mulai rutin menggambar. Salah satu gambar awalnya ialah sepatu dengan dua hak.

Kesan eksentrik itu terbawa hingga ia dewasa. Ketika telah menjadi desainer, kesan tersebut salah satunya nampak pada sol merah sepatu. Dalam sebuah artikel panjang, The New Yorker mengisahkan bahwa pada tahun 1993, Louboutin membuat desain sepatu yang terinspirasi dari lukisan Andy Warhol.

Setelah purwarupa sepatu jadi, ia merasa sepatu tersebut belum cukup terlihat menonjol. Ia memikirkan bagian yang harus dibetulkan sambil memandang sekeliling ruang kerjanya. Di dalam ruangan itu ia melihat seorang wanita tengah mengecat kuku dengan kuteks warna merah. Pria yang pernah diberhentikan tiga kali dari sekolah ini lantas punya ide untuk mengecat bagian bawah sepatu dengan kuteks tersebut. Ia puas dengan hasilnya. Sejak saat itu Louboutin memproduksi semua sepatu dengan sol merah, sesuatu yang kelak jadi ciri khas karyanya

Sepatu dengan sol merah nampak berbeda dan menjadi tren di kalangan wanita. Merah, bagi Louboutin adalah warna yang menggoda. Produk itu sempat jadi ikon dalam film populer Sex and The City. Louboutin pun jadi salah satu lini sepatu yang laris di kalangan selebritas.

Victoria Beckham menggemari sepatu tersebut dan bahkan memakainya saat tengah mengandung. Pertama ketika ia berkunjung ke Disneyland dan saat menghadiri pernikahan Kate Middleton. Buat Victoria, yang penting adalah ia tetap tampil memesona di depan paparazzi dan ia menggantungkan tampilan kasual elegan itu pada sepatu Louboutin. Jennifer Lopez memilih Louboutin untuk mendesain khusus sepatu untuk konser tunggalnya. Yang tercipta ialah ankle boots berhak dengan detail renda, motif leopard, dan manik-manik metal atau stud. Kate Moss dengan gaya tomboinya melangkah dengan sepatu hak yang berujung runcing.

Di dalam negeri, selebritas seperti Syahrini dan Krisdayanti sempat ramai diberitakan ketika tampil menggunakan sepatu Louboutin dengan harga di atas Rp50 juta. Sesungguhnya hal itu bukan sesuatu yang mengherankan. Sepatu Louboutin memang berkisar antara Rp9 juta sampai lebih dari Rp50 juta. Harga itu bisa jadi lebih tinggi bila sepatu dibuat lewat metode pemesanan khusus.

Louboutin mulai membuka layanan pemesanan khusus sekitar 12 tahun lalu. Pada W, dia bilang sempat tidak yakin bisa mendapatkan klien. Nyatanya: sutradara film, penyanyi, juga aktris tersohor datang padanya untuk dibuatkan desain sepatu yang tidak dijual di pasaran. Dia pun lega. Bukan hanya karena mendapat pesanan, melainkan juga bisa membuat ragam desain sepatu dengan berbagai referensi atau ide baru yang datang dari para klien.

Infografik Christian Louboutin

Bebas dalam mendesain adalah momen yang ia nikmati, itu adalah momen ketika merasa punya tantangan baru dalam berkarya. Seperti ketika ia membuat beberapa sepatu untuk kebutuhan pameran, misalkan. Pada 2012, Donna Loveday, kurator Design Museum London, mengajak Louboutin untuk menggelar ekshibisi di museum tersebut.

“Kami ingin orang mengetahui hal apa yang menginspirasi Christian dalam berkarya,” katanya pada The Guardian .

Dalam ekshibisi tersebut, Christian meminta agar ruang pamer dibuat layaknya tata ruang pertunjukan kabaret. Lengkap dengan miniatur komidi putar. “Saya percaya semua wanita ingin menjadi penampil dalam kabaret,” tutur Louboutin. Pameran tersebut menampilkan sekitar 200 sepatu dengan detail bulu, stud, spikes, dan manik-manik yang berkilau.

Hiasan-hiasan itu nyaris selalu tampil dalam tiap karya Louboutin. Terutama bila ia mendapat pesanan khusus seperti ketika diminta berkolaborasi dengan Star Wars. Christian diminta untuk mendesain empat sepatu yang mencerminkan karakter perempuan-perempuan dalam Star Wars. Sepatu itu nantinya akan dilelang.

Kini ketika namanya terus melambung dengan berbagai tawaran kolaborasi dan permintaan khusus, Louboutin masih punya satu ganjalan. Upayanya untuk mematenkan merek dagang desain sol sepatu merah belum berhasil. Orang-orang di luar sana masih bebas mendesain dan memproduksi sepatu dengan warna serupa dengan Louboutin. Ini membuatnya geram dan merasa tersaingi. Tetapi apa mau dikata, keputusan hakim sudah berkata demikian.

Baca juga artikel terkait SEPATU atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono