tirto.id - "Saya menyembah Nancy. Itu jauh lebih dari sekadar cinta. Bagi saya dia adalah seorang dewi. Tidak ada yang pernah menyukai cara yang kami lakukan, Nancy adalah hidupku. Aku tinggal untuknya. Sekarang aku harus mati untuknya,”
Itulah ungkapan cinta seorang punk rock, Sid Vicious kepada kekasihnya Nancy Spungen saat masih bersama-sama menjalani kehidupan yang brutal. Bersama Nancy, Sid kemudian terjerumus ke dalam heroin dan menjadi pecandu akut.
Sang manajer, Malcolm McLaren dan beberapa personil Sex Pistol lainnya khawatir akan kedekatan itu, kecanduan heroin membuat Sid tak bisa dikontrol dan selalu berbuat onar dalam beberapa kali penampilan mereka. Hal ini sekaligus menjadi pemicu keretakan grupnya.
Setelah diguncang isu keretakan, band asal Inggris itu resmi bubar pada Januari 1978, tepat di saat konser mereka di Winter Ballroom. Setelah hengkang dari bandnya, Sid memilih bersolo karir dan Nancy berperan sebagai manajer. Mereka pindah ke New York dan tinggal di Chelsea Hotel, tempat ini juga pernah dihuni oleh musisi legenda lainnya seperti Bob Dylan, Janis Joplin, Leonard Cohen dan Jimi Hendrix.
Dalam karier solonya, Sid tampil bersama musisi lainnya seperti Mick Jones dari The Clash, Glen Matlock (mantan bassis Sex Pistols), Rat Scabie dari The Damned, Arthur Kane dari New York Dolls, dan masih banyak lagi.
Hubungan sepasang kekasih ini semakin kelam. Heroin telah membuat keduanya depresi. Ketika Sid terbangun dari efek mabuknya, ia menemukan mayat kekasihnya terbujur kaku di kamar hotel tempat tinggalnya. Tubuh Nancy bersimbah darah akibat tikaman pisau di perutnya.
Sid kemudian diinterograsi oleh pihak kepolisian. Menurut pengakuannya, di malam sebelumnya mereka memang terlibat pertengkaran, tapi Sid bersikeras bahwa ia tidak menikam Nancy. Ia tak mampu mengingat detail kejadian itu. Menurutnya Nancy hanya terjatuh dan tewas tertusuk pisau.
Meskipun demikian, Sid tetap ditahan dengan tuduhan pembunuhan berencana, namun beberapa hari kemudian, ia dibebaskan dengan uang jaminan.
Mengenai kabar pembunuhan itu, mantan manajernya, Malcolm McLaren menyatakan, Sid tidak mungkin melakukan tindakan keji itu.
"Sid tidak membunuh Nancy. Dia adalah cinta pertama dalam hidupnya." ungkap McLaren kepada The Guardian.
Sepuluh hari setelah kematian Nancy, depresinya semakin parah, Sid mencoba bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya dengan pecahan lampu. Ia akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Bellevue.
Tak lama setelah keluar dari rumah sakit, ia kembali berulah dan berkelahi dengan menyerang Todd Smith dengan pecahan botol di konser Skafish. Akibatnya, Sid kembali ditahan dan dikirim ke penjara Rikers Island selama 55 hari. Ia dibebaskan dengan uang jaminan.
Tak lama berselang, Sid menyusul Nancy. Ia tewas setelah overdosis heroin dalam sebuah pesta di rumah Michelle Robinson, New York pada 2 Februari 1979. Ia menghembuskan nafas terakhirnya saat menginjak usia yang ke 21.
Sebelum dikremasi, ibunya, Anne menemukan pesan di saku jaketnya.
"Kami memiliki fakta kematian dan aku harus menepatinya. Tolong kuburkan aku di samping kekasihku. Kuburkan aku dengan mengenakan jaket kulit, jins, dan sepatu bot. Selamat tinggal." begitu pesan itu tertulis seperti yang dikutip dari dangerousminds.net.
Meskipun demikian, permintaan Sid tak terkabulkan, ia tidak bisa dimakamkan bersama Nancy karena Sid bukan keturunan Yahudi. Akhirnya, ibu Sid dan Jerr Only dari Misfits menebarkan abu Sid di makam Nancy.
Kisah cinta ini mengilhami sutradara Alex Cox untuk membuat film berjudul “Sid and Nancy” yang dirilis pada 1986. Sosok Sid diperankan oleh Gary Oldman, sedangkan Nancy diperankan oleh Chloe Webb. Film ini kembali dirilis di bioskop pada 5 Agustus 2016 dengan beberapa perubahan.
Selain Sid dan Nancy, kisah cinta yang tak kalah menarik lainnya adalah kisah John Lennon dan Yoko Ono. Kecintaan Lennon pada kekasihnya itu kerap dituangkan ke dalam lagu seperti Dear Yoko, Oh Yoko!, The Ballad of John and Yoko dan I'm Losing You.
Hubungan cinta antara Inggris dan Jepang ini juga kerap menuai sensasi. Para penggemar The Beatles bahkan sempat menuding Yoko yang menjadi aktor di balik bubarnya band legendaris itu.
Namun, hal itu dibantah oleh sang vokalis, Paul McCartney. Ia bahkan mengatakan Yoko lah yang membuat Lennon mampu meraih sukses pasca bubarnya The Beatles. Berkat Yoko, Lennon mampu membuat lagu-lagu cerdas seperti “Imagine”.
"Saya pikir dia tidak akan mungkin melakukannya tanpa Yoko. Jadi saya pikir, Anda tidak bisa menyalahkan dia untuk apa pun," kata Paul kepada The Guardian.
Lennon dan Yoko menikah pada 20 Maret 1969 di Gibraltar, tepat disaat Perang Vietnam tengah berkecamuk. Guna mengambil sikap atas itu, keduanya memilih merayakan bulan madu dengan cara yang tak biasa. Di kamar Hotel Hilton, Amsterdam, mereka memajang poster-poster bertuliskan "Hair Peace. Bed Peace." guna mendorong perdamaian.
Bulan madu yang dikenal dengan "Bed-In" for peace itu berlangsung selama seminggu, mereka juga mengundang seluruh pers masuk ke kamar hotel dan membiarkan mereka mengambil adegan itu dari pukul 09.00 hingga pukul 21.00.
Aksi itu kembali digelar di Montreal, bersama musisi-musisi lainnya mereka merekam "Give Peace a Chance", lagu yang kemudian menjadi salah satu anthem pergerakan untuk perdamaian. Acara ini mendapat reaksi beragam dari pers Amerika. Bulan Desember 1969, John dan Yoko pun kembali menyebarkan pesan perdamaian "WAR IS OVER Jika Anda Ingin - Selamat Natal Dari John dan Yoko".
Sayangnya, kisah cinta keduanya harus berakhir secara tragis. Desember, tiga puluh enam tahun lalu, seorang yang terobsesi dengan The Beatles bernama Mark David Chapman melepaskan tembakan sebanyak lima kali ke arah Lennon. Ia tersungkur dan meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Roosevelt Manhattan.
Kisah cinta ini juga diangkat menjadi sebuah film berjudul John and Yoko: A Love Story. Sosok John Lennon diperankan oleh Mark McGan, sementara Yoko Ono diperankan oleh Kim Miyori. Film itu dirilis pada tahun 1985, dengan alur cerita yang dimulai dari sebelum mereka bertemu tahun 1966 hingga peristiwa pembunuhan Lennon pada tahun 1980. Film ini dibuat atas kerjasama Yoko Ono.
Lennon memang mencintai Yoko, begitu pula Yoko mencintai Lennon.
“Tidak ada alasan di bumi mengapa saya harus sendirian tanpa Yoko. Tidak ada yang lebih penting daripada hubungan kami, tidak ada. Dan kita menggali kebersamaan sepanjang waktu.” John Lennon.
“Suami saya John Lennon adalah orang yang sangat istimewa. Seorang pria yang rendah hati, ia membawa cahaya ke seluruh dunia dengan kata-kata dan musiknya.” Yoko Ono.
Cinta memang buta. Itu berlaku untuk semua, tak terkecuali para musisi rock yang terlihat garang dan gagah. Hidup mereka ternyata bisa merana tanpa cinta sejatinya.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti