Menuju konten utama

Kilau Emas Perlahan Memudar setelah Muncul Kabar Baik soal Vaksin

Kabar baik soal vaksin membuat harga emas kembali turun. Orang-orang kembali menanamkan duit di tempat berisiko.

Kilau Emas Perlahan Memudar setelah Muncul Kabar Baik soal Vaksin
Karyawan menunjukkan kepingan emas di Toko Mas International, Pasar Mayestik, Jakarta, Selasa (3/11/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/hp.

tirto.id - Harga emas merosot. Mengutip situs Logammulia, per Selasa kemarin (10/11/2020), harga emas Antam anjlok Rp34 ribu ke level Rp972 ribu per gram, setelah bertengger cukup lama di atas Rp 1 juta per gram selama masa pandemi. Di saat bersamaan, harga pembelian kembali atau buyback merosot cukup dalam sebesar Rp42 ribu menjadi Rp857 ribu per gram.

Harga emas di tempat lain pun demikian. Mengutip data perdagangan Reuters, harga emas di bursa spot emas XAU turun 4,2 persen menjadi 1.870.51 dolar AS per ounce Senin 9 November pukul 9:45 pagi EDT (1445 GMT), sementara emas berjangka AS GCv1 turun 3,8 persen menjadi 1.876,70 dolar AS.

Beberapa bulan lalu, kekhawatiran akan terjadinya krisis ekonomi membuat masyarakat berlomba-lomba mencari instrumen investasi yang aman. Emas jadi salah satu pilihannya. Itu yang membuat harganya merangkak.

Faktor kedua adalah gejolak ekonomi global yang dipicu memanasnya hubungan Amerika Serikat dan Cina. Hal ini dikhawatirkan memicu gangguan dalam rantai perdagangan global yang pada akhirnya mengganggu perekonomian dunia termasuk Indonesia.

Penurunan harga emas, yang selama pandemi dianggap safe haven, dipicu pengumuman terbaru penelitian vaksin Corona di Amerika Serikat. Produsen obat AS Pfizer (PFE.N) dan mitranya dari Jerman BioNTech (BNTX.O) mengatakan uji coba skala besar mereka menunjukkan vaksin lebih dari 90 persen efektif mencegah COVID-19.

"[Senin] malam harga emas langsung turun habis ada pengumuman mengenai vaksin. Kondisi itu langsung mendorong orang untuk keluar dari aset aman masuk ke aset berisiko. Mereka menarik investasi dari logam mulia ke sektor lain," analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra menjelaskan fenomena ini kepada reporter Tirto, Selasa (11/11/2020).

Vaksin merupakan solusi utama terhadap masalah pandemi. Kabar positif tentang vaksin membuat orang-orang mengira situasi akan segera stabil.

"Jadi mereka ancang-ancang mendahului dan mengantisipasi kapan vaksin ini akan keluar. Mereka mengambil langkah cepat dengan mengambil aset yang lebih berisiko. Bisa ke emerging market, bisa ke obligasi indeks saham," katanya.

Harga saham dan nilai tukar mata uang memang menguat. Mengutip Reuters, S&P 500 dan Dow menguat tajam tetapi ditutup sedikit dari rekor mereka pada hari Senin. Di hari yang sama, Dow Jones Industrial Average. DJI naik 834,57 poin, atau 2,95 persen, menjadi 29.157,97--persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 5 Juni. Lalu S&P 500 .SPX naik 41,06 poin atau setara 1,17 persen, menjadi 3.550,5. Kemudian Nasdaq Composite. IXIC turun 181,45 poin, atau 1,53 persen, menjadi 11.713,78.

Dengan kenaikan 14 persen, indeks energi S&P. SPNY memimpin kenaikan di antara 11 sektor utama S&P 500 dan mencatat persentase kenaikan harian terbesar sejak Maret. Harga minyak mentah AS bahkan ikut naik lebih dari 8 persen.

Ariston memprediksi harga emas di dalam negeri bakal terus turun menjauhi Rp1 juta per gram, bahkan hingga menyentuh level Rp800 ribu terutama jika vaksin sudah mulai didistribusikan.

Ke depan emas memang akan naik lagi, tapi tidak bakal menyentuh level kemarin. "Januari Februari akan naik lagi, tapi memang harganya enggak akan naik banget, hanya akan stabil karena fungsinya untuk mengamankan nilai," katanya.

Atas dasar itu semua ia menyarankan masyarakat yang sudah memiliki cadangan emas untuk melepas atau menjualnya sebagian untuk menikmati hasil penguatan harga yang cukup tinggi sebelumnya. Sementara bagi yang baru mau masuk, ia menyarankan "wait and see dulu."

Meski vaksin jadi kabar baik bagi banyak orang, termasuk pasar, analis sekaligus Managing Director Samuel Holding Harry Su mengatakan respons pasar terhadap kabar vaksin ini "terlalu overeuphoria." Ia mengingatkan pelaku pasar agar tetap berhati-hati karena masih ada risiko dan ketidakpastian di dalam klaim awal vaksin Pfizer sudah efektif teruji.

Seorang epidemilog menjelaskan bagaimana vaksin Pfizer mungkin akan sulit didistribusikan langsung. Vaksin ini harus disimpan dalam suhu minus 70 derajat Celcius atau lebih rendah. Tak banyak negara yang mampu menyediakan fasilitas kesehatan ini.

Belum lagi, vaksin ini masih tahap penelitian awal sehingga perlu dipastikan lagi efek sampingnya.

Baca juga artikel terkait HARGA EMAS atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino