Menuju konten utama

Kicauan Demokrat ke Prabowo-Sandi Upaya Muluskan AHY Jadi Menteri?

Kritik Demokrat untuk Prabowo-Sandi bisa dimaknai sebagai sinyal untuk merapat ke Jokowi dan upaya menyiapkan "karpet merah" untuk AHY jadi menteri.

Kicauan Demokrat ke Prabowo-Sandi Upaya Muluskan AHY Jadi Menteri?
AHY kenakan batik kuning emas temui Jokowi di Istana Bogor. Antaranews/Hanni Sofia

tirto.id - Partai Demokrat kembali memanaskan situasi politik dengan menyudutkan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dalam sindirannya, Demokrat berupaya menyediakan “karpet merah” untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi menteri di kabinet Jokowi.

Dalam twitnya, Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat, Andi Arief meyakini bahwa AHY akan bersaing dalam bursa pemilihan umum presiden 2024. Dia juga menyinggung soal pembentukan kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin mendatang.

Rahasia kabinet 2019 di tangan Presiden terpilih. Apakah memilih the winner take all (gerindra, Demokrat, PAN, PKS) oposisi, atau unity government (mengajak semua/sebagian dari oposisi). Prinsip pileg dan pilpres berbarengan selesai, design politik dengan sendirinya dinamis," tulis akun @AndiArief__ pada Jumat (7/6/2019).

Sedangkan Ketua DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menegaskan pihaknya tidak akan mengemis kepada Jokowi-Ma'ruf Amin agar masuk ke dalam kabinet.

Menurut dia, jika tidak diajak, maka Demokrat akan mengkaji kembali posisi politiknya. Bukan tidak mungkin Demokrat akan memilih netral seperti pada 2014 lalu. Mereka menolak masuk dalam pemerintahan.

"Partai Demokrat itu punya harga lah. Partai Demokrat akan menjaga eksistensinya tanpa menjadi murahan,” kata Ferdinand saat dihubungi reporter Tirto, Sabtu (8/6/2019).

Ferdinand mengatakan, Demokrat tidak perlu mengkritik Prabowo-Sandiaga ataupun Badan Pemenangan Nasional (BPN) untuk memuluskan jalan AHY menuju kabinet. Sebab, kata dia, hubungan AHY dengan Jokowi sudah baik sejak awal.

“Bisa saja Pak Jokowi langsung meminta AHY menjadi menterinya,” kata dia menambahkan.

Namun, Ferdinand tidak memungkiri bahwa AHY saat ini menjadi ujung tombak Demokrat. Pertemuan dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri saat hari idulfitri juga berusaha mengeratkan hubungan kedua partai ini.

“Apakah ini memperlancar? Ya harapan kami begitu,” kata dia. “Kerja sama politik sangat dibutuhkan."

Usaha itu ternyata direspons baik. Politikus PDI-P Eva Kusuma Sundari menilai ada kemungkinan Demokrat bakal bergabung ke koalisi mereka.

“Politik, kan, sangat dinamis dan penuh kejutan. Ini akan menjadi prospek politik yang akan cerah kalau ada shared values yang disepakati, misalnya, kolaborasi, persatuan, non-violence," kata Eva.

Namun, PDI-P dan partai koalisi pengusung Jokowi-Ma;ruf belum membahas apakah AHY akan dijadikan menteri dan masuk dalam kabinet. Sebab, pembahasan soal kabinet baru akan dilakukan dalam waktu dekat ini.

Karpet Merah untuk AHY

Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai, Demokrat memang sedang membuat karpet merah untuk AHY supaya bisa menjadi menteri di kabinet Jokowi. Hal ini, kata dia, dapat memuluskan upaya AHY maju sebagai calon pemimpin negara pada Pilpres 2024.

Apalagi, pos menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf ke depan diprediksi akan banyak berubah dan beberapa partai pengusung pun telah mengambil ancang-ancang. PPP, misalnya, meminta tambahan menteri dibanding periode sebelumnya. PKB bahkan mengajukan 20 nama calon menteri.

“Tidak ada kata lain untuk mulus di [Pilpres] 2024 harus masuk sebagai menteri," kata Ujang saat dihubungi reporter Tirto, Sabtu (8/5/2019). “Wajar jika Demokrat menyerang, karena tidak ada untungnya juga dia di 02.”

Ujang menilai bergabungnya Demokrat memang lebih masuk akal daripada PAN. Sebab, jika Zulkifli Hasan melobi kursi Ketua MPR atau DPR, maka tentunya hal itu sangat sulit terealisasi. Pertama, Ketua DPR sudah diambil PDI-P. Kedua, Ketua MPR tentu tak akan begitu saja diserahkan pada partai di luar koalisi Jokowi-Ma'ruf.

Namun, kata Ujang, situasi bisa saja berbeda apabila ada lagi revisi UU MD3 ke depan. Akan tetapi, saat ini merangkul Demokrat memang skema yang paling mudah dan berdampak lebih kurang sama dengan merangkul PAN. Sebab, perolehan suara nasional Demokrat bahkan lebih besar dari PAN.

“PAN tidak realistis kalau meminta Ketua MPR. Pasti akan ditolak oleh koalisikoalisi,” kata Ujang. “Dua-duanya mungkin akan dirangkul, tapi Demokrat lebih mudah masuk karena hanya [dipertimbangkan sebagai] menteri saja.”

Kicauan Demokrat memang membuat Gerindra gerah. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono bahkan mempersilakan Demokrat untuk keluar dari koalisi. Namun, Demokrat memilih bertahan pengumuman resmi KPU pada 22 Mei 2019.

Namun, setelah isu Demokrat tidak lagi mendukung Prabowo-Sandiaga semakin menguat, politikus Partai Gerindra lainnya, Andre Rosiade justru ikut mempersilakan Demokrat pergi dari koalisi.

Andre bahkan sudah memberi lampu hijau jika memang AHY diangkat sebagai menteri kabinet Jokowi-Ma'ruf yang baru.

Udah lah bang @AndiArief__ enggak usah Caper ngurusin 02 melulu. Kalo Demokrat mau gabung ke 01 atau pun @AgusYudhoyono mau jadi Menteri nya pak @jokowi. Sikahkan monggo. Kami enggak ada urusan mau menyampuri atau pun mau menyalahkan @AgusYudhoyono. Please deh jgn Caper melulu," kata Andre melalui akun @andre_rosiade di Twitter, Jumat (7/6/2019).

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abdul Aziz