Menuju konten utama
Khotbah Jumat

Khutbah Jumat Singkat 2021: Makna Bersabar dalam Setiap Kondisi

Naskah khutbah Jumat terbaru 2021: makna dan eksistensi sabar seorang mukmin dalam menghadapi masalah dan ujian dalam kondisi apa pun.

Khutbah Jumat Singkat 2021: Makna Bersabar dalam Setiap Kondisi
Ilustrasi. tirto.id/Rangga

tirto.id - Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan-Nya kita meminta pertolongan dalam segala urusan dunia dan akhirat.

Salawat dan salam tercurah untuk Nabi Muhammad SAW, seorang utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma ba’du….

Hari ini, Jumat 26 November 2011, kita kembali dapat berkumpul dalam majelis yang insya Allah dirahmati Allah dalam ibadah salat dan khotbah Jumat pekan ini.

Naskah Khotbah Jumat Terbaru

Maasyiral muslimin rakhimakumullah,

Sebagai manusia yang hidup menjadi makhluk sosial tentulah kita pernah berbuat salah dan khilaf. Kalau bukan disakiti, disadari atau tidak, kita juga pernah menyakiti orang lain.

Islam mengajarkan agar yang menyakiti meminta maaf, dan yang disakiti supaya bersabar sekaligus memberi maaf.

Ini merupakan pedoman terbaik bagi kita sebagai makhluk sosial. Dalam sebuah nasehat yang disampaikan Imam al-Hasan ia menyebutkan,

“Wahai umat manusia, jangan sekali-kali menyakiti yang lain. Namun, bila kau disakiti maka bersabarlah,” (as-Shabru wa Tsawâb ’alaihi hal. 26).

Sebenarnya, kesabaran sangat erat kaitannya dengan kesadaran. Pada laman NU Online disebutkan, bila benar-benar menyadari tabiat kemanusiaan kita yang tak lepas dari salah dan lupa, juga hakikat penciptaan kita yang senantiasa bersujud kepada sang Maha Pengampun lagi Penyayang, maka tiada alasan untuk tidak bersabar.

Sabar menjadi sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam. Tersebab pentingnya kedudukan sabar ini, maka Allah SWT menjadikan sabar sebagai satu sebab dari berbagai sebab atau faktor mendapatkan pertolongan dan kebersamaan bersama Allah Taala.

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

"Yā ayyuhallażīna āmanusta'īnụ biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh, innallāha ma'aṣ-ṣābirīn"

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah: 153).

Baginda Rasulullah SAW juga bersabda:

“Sabar adalah sebagian dari iman.” (HR. Abû Na‘îm dan al-Khathîb).

Ajaran sabar begitu penting dalam Islam, sehingga porsinya separuh dari kesempurnaan kualitas dan tingkat keimanan kita.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Sabar adalah menahan diri dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci.

Kata sabar menjadi hal yang penting dalam menghadapi kehidupan kita sehari-hari. Di Al-Qur'an kata sabar sendiri mendapat pengulangan lebih dari 90 kali.

Kita diminta untuk bersabar kapan dan dimana saja. Karena hanya dengan sabar itulah, kita mampu menjalani keadaan apa pun yang sedang dihadapi, apalagi saat ini kita masih menghadapi kondisi pandemi Covid- 19.

Apabila kita tertimpa musibah, maka kita harus bersabar dan mengucapkan kalimat inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." Sesungguhnya kita itu milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada Allah SWT.

Ada tiga tingkatan sabar yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Seperti termaktub dalam kitab as-Shabru wa Tsawâb ‘alaihi, Syekh Ibnu Abid Dunya mencantumkan sebuah hadis riwayat Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصَّبْرُ ثَلَاثٌ: فَصَبْرٌ عَلَى الْمُصِيبَةِ، وَصَبْرٌ عَلَى الطَّاعَةِ، وَصَبْرٌ عَنِ الْمَعْصِيَةِ، فَمَنْ صَبَرَ عَلَى الْمُصِيبَةِ حَتَّى يَرُدَّهَا بِحُسْنِ عَزَائِهَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ثَلَاثَمِائَةِ دَرَجَةٍ بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ، وَمَنْ صَبَرَ عَلَى الطَّاعَةِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ سِتَّمِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُومِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ، وَمِنْ صَبَرَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ تِسْعَمِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُومِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ مَرَّتَيْنِ

Artinya: “Sabar ada tiga tingkatan; sabar atas musibah, sabar dalam menjalani ketaatan, dan sabar dari laku kemaksiatan. Siapa saja yang sabar menghadapi musibah, sampai ia mampu merestorasinya sebaik mungkin, Allah akan mengangkat 300 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sejauh antara langit dan bumi.

Dan, yang bersabar dalam menjalani ketaatan, Allah mengangkat 600 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sejauh antara lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy.

Sedangkan, bagi yang bersabar dari laku kemaksiatan, Allah mengangkat 900 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sekitar dua kali lipat antara lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy.”

Imam Ali bin Abi Thalib pernah memberi analogi keimanan dengan berkata yang maknanya:

“Ingatlah! Sabar mempertahankan keimanan layaknya kepala dalam satu tubuh. Bila dipenggal, habislah tubuh itu... Kemudian Sayyidina Ali mengangkat suaranya, dan menyampaikan, Ingatlah! Sungguh, tiada iman bagi yang tak memiliki kesabaran”. (as-Shabru wa Tsawâb ’alaihi hal. 24)

Jadi, walaupun sabar memiliki tingkatan, dari yang paling rendah sampai yang tertinggi, namun sejatinya bukan tentang tingkatan.

Tetapi soal misi mempertahankan keimanan. Terkait tingkatan sabar, itu hanya indikasi dari tingkat keimanan seseorang.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Oleh karena urgensi sabar itulah, Allah SWT menegaskan bahwa kita diperintahkan untuk saling berwasiat, saling memberikan nasihat agar berbuat sabar, bukan hanya agar berbuat yang benar.

Hal ini terdapat dalam firman Allah berikut:

وَالۡعَصۡرِۙ

Wal' asr

Demi masa,

اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ

Innal insaana lafii khusr

sungguh, manusia berada dalam kerugian,

اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ

Il lal laziina aamanu wa 'amilus saali haati wa tawa saw bil haqqi wa tawa saw bis sabr

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Syekh Ash-Shâwî dalam kitab tafsirnya Hâsyiyat al-Shâwî ‘alâ Tafsîr al-Jalâlain, ketika menjelaskan Surat al-’Ashr, menyatakan bahwa barangsiapa yang bisa memenuhi empat elemen ini: beriman, beramal saleh, berwasiat/nasihat kebenaran, dan berwasiat kesabaran, maka ia telah memenuhi hak Allah dan hak hamba-Nya, sehingga mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.

Kita pun telah maklum dengan ayat yang menegaskan bahwa dunia ini adalah arena ujian (dâr balâ’) berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, nyawa dan buah-buahan, dan sebagainya.

Allah pun memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, memberitahukan keadaan mereka ketika ditimpa musibah dan menetapkan balasan pahala dan rahmat bagi mereka.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الـخَوْفِ وَالْـجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَموَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ. اَلَّذِيْنَ إذَا أَصَابَتهُمْ مٌّصِيْبَةٌۗ قَالُوْا إنَّا لِلّٰهِ وَإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَۗ. أُولٰۧئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحمَةٌۗ وَأُولٰۧئِكَ هُمُ الْـمُهْتَدُوْنَ

“Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata ”Innaâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmah dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah: 155-157).

Atas dasar itulah, sabar merupakan sebab kelangsungan kokohnya cita-cita, langgengnya amal dan usaha sungguh-sungguh.

Tidaklah hilang dari seorang suatu kesempurnaan kecuali karena lemahnya kekuatannya dalam menanggung rasa sabar dan beban.

Dengan kunci kesabaran yang kokoh, gembok-gembok persoalan dapat diatasi. Sebaik-baik perbuatan adalah sabar dalam menghadapi kesulitan.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Ekistensi orang mukmin di antara manusia ini sungguh menakjubkan, karena karakteristik baiknya dalam menghadapi kondisi senang maupun kesulitan, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang artinya:

”Seorang mukmin itu bila mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur, karena bersyukur itu lebih baik baginya; dan bila ditimpa sesuatu kesulitan, maka ia bersabar, karena sabar itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim).

Dengan demikian, jelas ajaran kesabaran sangat penting diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai sendi dan dinamika kehidupan, terutama tentu ketika tertimpa musibah.

Bagi orang mukmin yang bisa menjalani dan menghadapi musibah dengan sabar, maka ia diberikan petunjuk, ampunan, dan rahmat dari Allah Taala.

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan lahir bagi ahli musibah (orang dan keluarga yang terkena musibah) dan semoga Allah menyelamatkan kita, bangsa Indonesia, dari penderitaan, musibah dan bencana. Aamiin yaa robbal 'alamiin.

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT TERBARU atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom