Menuju konten utama
Ramadhan 2021

Khutbah Jumat Bulan Ramadhan: Apa Saja Keistimewaan Ramadan?

Khutbah Jumat bulan Ramadhan 2021, khutbah jumat Ramadhan singkat, contoh naskah khutbah Jumat bulan Ramadhan.

Khutbah Jumat Bulan Ramadhan: Apa Saja Keistimewaan Ramadan?
Ilustrasi Ramadhan. foto/istockphoto

tirto.id - Jumat pertama Ramadhan 1442 Hijriah jatuh pada 16 April 2021 atau bertepatan dengan hari ini.

Bagi laki-laki muslim yang mukallaf, sehat, dan bermukim, ibadah wajib shalat zuhur digantikan dengan salat Jumat.

Saat melaksanakan salat Jumat, salah satu syarat sahnya adalah khutbah Jumat.

Tujuan khutbah Jumat itu sendiri, menurut Ahmad Zarkasih dalam Rukun dan Syarat Sah Khutbah Jumat berdasarkan Madzhab al-Syafi'iyah (2020: 11), adalah sebagai nasihat sekaligus peringatan untuk menaati perintah Allah SWT serta menjauhi larangannya.

Karena ibadah puasa masih dijalankan pada pekan pertama bulan Ramadan, maka tak ada salahya jika khutbah Jumat bulan Ramadhan kali ini membahas tentang keistimewaan dan dan keutamaan Ramadan.

Khutbah Jumat Bulan Ramadhan 2021

Berikut adalah contoh naskah khutbah Jumat bulan Ramadhan 2021 pada pekan pertama:

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, bulan mulia bernama bulan Ramadan telah tiba dan kita sudah masuk di pekan pertama dalam menjalankan ibadah puasa.

Tentu saja bulan ini membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Alasannya, karena saat bulan Ramadan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya.

Bulan suci Ramadan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan. Satu di antara banyak keutamaan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an.

Ramadan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan.

Allah SWT berfirman yang artinya:

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185).

Di ayat lain Allah SWT berfirman yang artinya:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatulqadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr:1-3).

Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadan. Itulah sebabnya bulan Ramadan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulan Al-Quran).

Sebagaimana dikutip dari NU Online, ketika Nabi Muhammad SAW menjelaskan kemuliaan Ramadan, maka beliau bersabda:

رَمَضَانُ شَهْرُ اللهِ وَفَضْلُهُ عَلَى سَائِرِ الشُهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ

Ramadhana syahrullaahi wa fadhluhu 'ala saa-irin syuhuuri kafadhlilaahi 'ala khalqihi.

Artinya: “Ramadhan adalah bulan Allah. Keutamaannya dibanding bulan-bulan lain adalah bagaikan keutamaan Allah dibanding dengan makhluk-Nya” (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, Daru-l Kutubi-l Ilmiyyah, h. 186).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِمًا كَانَ لَهُ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى مَذْقَةِ لَبَنٍ أَوْ تَمْرَةٍ أَوْ شَرْبَةٍ مِنْ مَاءٍ، وَمَنْ أَشْبَعَ صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِي شَرْبَةً لَا يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ (رواه البيهقي وابن خزيمة وغيرهما)

Maknanya: “Wahai umat manusia, telah ada di hadapan kalian bulan agung yang penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah jadikan berpuasa di dalamnya sebagai kewajiban dan menghidupkan malam-malamnya sebagai kesunnahan. Bulan yang merupakan bulan kesabaran, dan pahala kesabaran adalah surga. Bulan santunan, yang jika orang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa di bulan itu maka itu menjadi ampunan Allah terhadap dosa-dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka dan dia mendapat pahala yang menyerupai pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa berkurang pahalanya sedikit pun.”

Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki sesuatu untuk diberikan sebagai makanan berbuka bagi orang yang berpuasa?

Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa meskipun berupa satu buah kurma, seteguk air atau sedikit susu yang dicampur dengan air. Dan barang siapa memberikan minuman kepada orang yang berpuasa, maka Allah memberikannya minum dari telagaku satu tegukan yang setelahnya dia tidak akan merasakan haus hingga dia masuk surga. Bulan Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari api neraka” (HR al-Baihaqi, Ibnu Khuzaimah, dan lainnya).

Juga disebutkan dalam hadits riwayat al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman bahwa Allah ta’ala memerdekakan dalam setiap hari dari bulan Ramadan saat berbuka puasa satu juta orang dari neraka, dan di hari terakhir bulan Ramadan Allah memerdekakan sebanyak yang Ia merdekakan dari awal hingga akhir bulan Ramadan.

Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dimerdekakan dari api neraka di bulan penuh berkah ini.

Allah ta’ala telah memuliakan kita dengan menjadikan di antara dua belas bulan dalam setahun terdapat bulan yang paling mulia, bulan yang berlimpah kebaikan.

Alangkah merugi orang yang diberi kesempatan mendapati bulan Ramadan, akan tetapi melewatkannya begitu saja tanpa mengisinya dengan berbagai kebaikan.

Betapa merugi orang yang mendapati Ramadan, akan tetapi dia tidak mendapatkan pengampunan dosa dan pembebasan dari api neraka.

Membahas Ramadan juga tidak bisa lepas dari membahas salah satu rukun Islam, yaitu puasa, yang diwajibkan pada seluruh orang beriman yang telah memenuhi syarat wajibnya.

Puasa merupakan ibadah yang sangat mulia sebab pahala yang diperoleh langsung diberikan oleh Allah tanpa perlu ditanyakan jumlah lipat-gandanya. Allah berfirman dalam hadits qudsi:

“Setiap kebaikan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya kepada orang-orang yang telah menahan syahwat, makan, dan minum karena-Ku. Puasa adalah perisai. Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika berjumpa dengan Rabb-nya pada hari kiamat” (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, h. 185).

Dalam lain waktu, Nabi Muhammad SAW menjelaskan keutamaan puasa Ramadan:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan iman dan ihtisab, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Khashaisu Ummati-l Muhammadiyyah, Hai’atu-sh Shofwati-l Malikiyyah, h. 192).

Berkaca pada hadits tersebut, agar kita bisa memperoleh keutamaan-keutamaan yang telah dijelaskan, maka setidaknya ada dua syarat yang harus dilakukan:

1. Puasa dalam keadaan iman. Iman yang dimaksud adalah membenarkan semua balasan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah.

2. Puasa dalam keadaan ihtisab, yaitu mengharap ridha Allah. Bukan puasa karena takut menjadi bahan penggunjingan orang lain.

Oleh karena itu, seyogianya kita dalam menjalani puasa Ramadan mengetahui kemuliaan ibadah ini, menjaga lisan dari bohong, ghibah, fitnah, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat, menjaga hati dari sifat hasad, dan tidak memusuhi sesama.

Jika kita tidak menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, maka dikhawatirkan kita masuk dalam golongan orang yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ

Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus" (Imam al-Ghazali, Bidayatu-l Hidayah, bab Adabu-sh Shiyam).

Sungguh, Ramadan adalah bulan yang penuh pelajaran. Ramadan adalah bulan terjadinya perang Badar dan Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah).

Ramadan adalah bulan keimanan yang mengubah tolok ukur kemuliaan pada saat itu, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya bahwa kemuliaan menurut Allah di akhirat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang beriman.

Pada akhirnya betapa banyak hati dan jiwa manusia menerima secara penuh agama yang haq ini. Aqidah Islam-lah yang menyatukan antara Abu Bakr dari suku Quraisy, Bilal dari Habasyah, dan Shuhaib yang berasal dari Romawi.

Aqidah Islam telah mengubah para sahabat menjadi pribadi-pribadi yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dunia tidak menjadi tujuan terbesar dan puncak motivasi mereka.

Mereka pun memimpin perjalanan dakwah dengan sebaik-baiknya sehingga Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Aqidah Islam telah mengubah mereka menjadi pribadi-pribadi yang memiliki jiwa yang baik dan tekad-tekad yang kuat yang tidak pernah melemah.

Hadirin rahimakumullah, demikian pula di bulan yang agung dan penuh berkah ini, hendaknya masing masing dari kita tertuju pandangannya kepada sosok-sosok yang luar biasa itu dan meneladani perjuangan mereka.

Marilah kita raih keutamaan-keutamaan bulan ini. Kita memohon kepada Allah ta’ala agar Ramadan berakhir dan dosa-dosa kita telah diampuni oleh-Nya.

Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan bahwa ketika bulan Ramadan tiba dibukalah pintu-pintu rahmat dan pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu para pembesar setan.

Setiap waktu berbuka, Allah memerdekakan banyak orang dari api neraka dan ini terjadi di setiap malamnya.

Mudah-mudahan Allah menjadikan kita semuanya termasuk orang-orang yang dimerdekakan dari api neraka di bulan yang mulia ini.

Mudah-mudahan kita senantiasa diberi kekuatan untuk melakukan puasa dan berbagai ibadah yang lain di bulan yang mulia ini.

Hadirin yang dirahmati Allah, demikian khutbah Jumat pada hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT RAMADHAN 2021 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya