tirto.id - Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin turut menyoroti fenomena dampak cara guru mendidik murid yang berujung pada protes orang tua, dan bahkan berujung pada laporan ke polisi.
Mengenai hal ini, Khoirudin mengingatkan bahwa pendidikan bukan sekadar pengajaran materi sesuai kurikulum, melainkan juga membentuk kepribadian murid.
"Guru berkewajiban mendidik kepribadian murid-muridnya. Jangan sampai anak salah tidak ditegur atau dibiarkan, ini bukan seorang pendidik. [Jika hal itu terjadi] Dia tidak merasa memiliki terhadap siswanya," kata Khoirudin di Gedung DPRD DKI Jakarta pada Selasa (12/11/2024).
Meskipun demikian, Khoirudin menegaskan harus ada batasan dalam cara guru memberi teguran kepada murid. Misalnya, tidak boleh memakai kekerasan atau kontak fisik.
"Kontak fisik tidak boleh, sehingga ketika kontak fisik [terjadi], melanggar norma aturan," ujar Khoirudin.
"Jadi jangan takut jadi ibu guru, pak guru, tapi tidak boleh salah juga melampaui batas kewenangan," lanjut dia.
Dia menambahkan, guru bertugas sebagai pendidik, baik untuk mendidik jiwa maupun kepribadian muridnya. Namun, aktivitas mendidik tidak bisa bergantung pada teknologi. Sebab itu, ia mesti lahir dari seorang guru yang memiliki idealisme dalam mengajar.
"Melatih bukan hanya mengajar, kalau pelajaran bisa kita dapatkan dari banyak sumber belajar. Di internet juga banyak, bahkan sekarang ada Chat GPT. Gampang, nanya apa saja bisa, nanya rumus bisa, nanya jawaban bisa," terang politikus PKS yang pernah berprofesi sebagai guru tersebut.
Khoirudin menerangkan bahwa setiap guru hanya memiliki satu alat pendidikan, yaitu kewibawaan. Hal ini penting untuk dijaga oleh setiap guru.
"Kalau guru tidak wibawa, pecat jadi guru. Karena dia tidak layak jadi guru, karena dia harus wibawa. Kalau gak wibawa, gak usah mendidik," tegas dia.
Khoirudin berpendapat salah satu sebab banyaknya anak didik tidak patuh dan tertib saat ini adalah minimnya kewibawaan guru. Berbeda saat anak di rumah, menurut dia, orang tua memiliki dua alat dalam mendidik, yaitu kewibawaan dan kekuasaan.
"Orang tua gunakan kekuasaannya untuk mendidik anak. Kalau guru gak punya kekuasaan. Jadi guru gak boleh kontak fisik nampar siswa. Melakukan kekerasan gak boleh, karena ia tidak punya alat kekuasaan," kata dia.
Khoirudin menyebutkan, dalam hal mendidik anak, Rasulullah pun mengajarkan agar para orang tua tidak memanjakan anaknya. Menurut dia, orang tua yang tidak menggunakan 'kekuasaan' dan cenderung memanjakan dalam mendidik anak adalah salah besar.
"Suruh anakmu sholat usia 7 tahun, 10 tahun tidak sholat pukullah, itu kan menggunakan kekuasaan. Jadi ada dua alat, kewibawaan dan kekuasaan," ujarnya.
(INFO KINI)
Penulis: Tim Media Servis