tirto.id - Penyakit hipertensi ternyata tak hanya terjadi pada orang dewasa, sebab anak-anak juga bisa berisiko mengalami masalah kesehatan ini.
Bagi sejumlah anak, penyakit ini disebabkan karena masalah ginjal dan jantung. Akan tetapi, ada juga anak-anak yang terkena tekanan darah tinggi akibat pola makan yang sembarangan, obesitas, dan kurang olahraga.
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah mendorong dinding pembuluh darah terlalu keras.
Oleh sebab itu, jantung orang yang mengalami hipertensi akan memompa darah dengan lebih kencang, dan pembuluh arteri di bawah tekanan yang lebih besar karena membawa darah ke seluruh tubuh.
Dikutip dari CDC, ditemukan bahwa 1 dari 7 orang di usia 12 hingga 17 tahun yang mengalami hipertensi selama 2013 hingga 2016.
Sementara itu, penelitian yang diikuti CDC menunjukkan bahwa selama 2013-2016 kasus hipertensi pada anak menurun, meski risiko masih tetap tinggi.
Kids Health menuliskan bahwa penyebab spesifik tekanan darah yang tinggi belum ditemukan.
Namun beberapa di antaranya disebabkan oleh penyakit ginjal, masalah paru-paru, masalah jantung, obesitas, dan lain-lain.
Sementara itu, penelitian yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics AAP Publications menyebutkan bahwa risiko hipertensi pada anak akan lebih tinggi bila anak mengalami kondisi kronis lain, berikut di antaranya:
· Obesitas
Risiko hipertensi semakin meninggi dari 3,8 persen menjadi 24,8 persen pada anak-anak yang mengalami berat badan berlebih dan obesitas.
Peninjauan sistematis terhadap 63 studi Body Mass Index (BMI) dan 61 studi lemak tubuh menunjukkan bahwa ada hubungan di antara kondisi tersebut dengan risiko hipertensi pada anak.
Lebih lanjut, penelitian juga menunjukkan bahwa obesitas pada anak juga memengaruhi pada kondisi hipertensi di masa yang akan datang apabila tidak ditindak lanjuti.
· Anak dengan sleep-disordered breathing
Sleep-disordered breathing merupakan gangguan bernapas pada saat tidur, seperti ngorok, sleep-apnea atau tidur dengan mulut menganga, dan fragmentasi tidur.
Sementara itu, penelitian juga menunjukkan bahwa anak yang tidur kurang dari 7 jam akan mendapatkan risiko lebih hipertensi.
· Penyakit ginjal kronis
Beberapa kondisi atas penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan meningkatnya risiko tekanan darah tinggi pada anak. Lebih lanjut, anak yang mengidap hipertensi dan tidak ditangani akan menyebabkan kondisi hipertensi yang lebih parah di masa depan.
· Anak yang lahir prematur
Kelahiran yang tidak normal seperti prematur atau memiliki berat badan di bawah standar, dapat menjadi faktor risiko untuk hipertensi dan penyakit lain di saat dewasa.
Akan tetapi, hanya anak yang lahir dengan berat badan di bawah normal yang telah diasosiasikan dengan tekanan darah tinggi di usia pediatrik.
Sementara itu, anak yang lahir secara prematur akan mengalami pola tekanan darah yang tidak normal di masa kanak-kanak.
Bagaimana Cara Mencegah Hipertensi pada Anak?
Guna mengatasi tekanan darah tinggi agar tidak menimbulkan risiko kesehatan lain, ada baiknya bagi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter. Sementara itu, Anda dapat melakukan upaya berikut ini melansir CDC dan Kids Health:
1. Memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi
Perhatikan makanan dan minuman yang konsumsi anak. Biasakan anak untuk memakan makanan dengan kalori rendah seperti buah dan sayuran dari pada makanan yang mengandung gula dan lemak yang tinggi.
Selain itu, siapkan makanan dengan kandungan garam yang rendah. Semakin banyak konsumsi garam, maka semakin tinggi pula tekanan darah Anda.
Jangan lupa pula untuk meminum air sesuai dengan rekomendasi yaitu 8 gelas dalam sehari, dan kurangi minuman berasa.
2. Olahraga
Olahraga selama 30-60 menit dalam sehari, setidaknya 3 kali dalam satu minggu, dapat membantu mengontrol tekanan darah Anda. Ajak anak Anda untuk ikut berolahraga dan beraktivitas fisik lainnya.
Sementara itu, jangan libatkan anak dengan kasus hipertensi yang parah untuk melakukan olahraga angkat beban, atau latihan kekuatan. Anak dapat melakukan jenis olahraga tersebut jika tekanan darahnya sudah normal dan dokter memperbolehkannya.
3. Pantau berat badan anak
Sadari pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk peningkatan berat badannya. Hitung apakah berat badannya proporsional atau tidak untuk mengetahui risiko hipertensi.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari