tirto.id - Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang dimulai pada 2 hingga 15 Oktober 2021, melibatkan atlet dan ofisial dari seluruh penjuru Indonesia. Karena digelar di tengah situasi pandemi, maka upaya memastikan keamanan dan kesehatan dalam pesta olahraga ini menjadi tantangan tersendiri.
Pemerintah beserta segenap elemen yang terlibat, berusaha meminimalisir risiko transmisi COVID-19 melalui berbagai strategi, di antaranya penegakan protokol kesehatan (Prokes) ketat.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali menyatakan hingga kini pelaksanaan PON XX Papua berjalan dengan baik. Pertandingan dapat berlangsung lancar, sementara Prokes tetap terjaga sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Pengawasan bersama dari berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), juga terus dilakukan.
“Ini adalah kerja sama semua pemangku kepentingan, semua turun bergotong royong tanpa harus melihat fungsi. Pengawasan juga terus dilakukan berkeliling, bahkan oleh Bapak Kepala BNPB. Bapak Menkes juga menengok langsung pelaksanaan Prokes di lapangan,” tegas Menpora dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN Selasa (5/10/2021).
Terdapat beberapa prinsip perlindungan kesehatan yang ditetapkan dalam PON XX Papua berdasarkan pengalaman dalam Olimpiade Tokyo. Seperti sistem bubble to bubble di samping memastikan semua yang datang telah melakukan vaksinasi. Selain itu, penerapan tes COVID-19 secara reguler, minimal tes antigen, kepada para atlet.
“Terpenting, semua yang terlibat sudah tervaksin. Termasuk masyarakat sekitar, seperti ditargetkan oleh Bapak Presiden agar 60-70% sudah tervaksin,” jelas Menpora.
Hal ini, menurutnya, guna memaksimalkan perlindungan kesehatan bagi masyarakat setempat yang sangat antusias dalam menyambut kemeriahan PON XX.
“PON ini adalah kegiatan yang sangat ditunggu masyarakat Papua, sehingga kita berikan perlindungan kepada mereka. Prokes ditetapkan dan dipantau panitia agar semua aman dan nyaman,” papar Menteri Zainudin.
PON XX Papua memang menghadapi tantangan tersendiri karena dilaksanakan pada masa pandemi. Menpora menegaskan, “Kita tidak tahu kapan pandemi selesai, jadi yang bisa kita lakukan adalah mulai berkegiatan tapi dengan Prokes ketat dan terus melakukan edukasi pada masyarakat.”
Ia menambahkan bahwa kegiatan olahraga secara umum, bukan hanya PON, juga harus bisa menyesuaikan diri dengan pandemi, karena itulah kehidupan baru kita dan kita akan terbiasa.
Lebih lanjut tentang proteksi kesehatan dalam PON XX Papua, Ketua Panitia Pengawas dan Pengarah PON XX Papua, Mayjen TNI (Purn) Dr. Suwarno menjelaskan alur khusus yang ditetapkan kepada setiap pihak yang terlibat dalam perhelatan dimaksud.
Sebelum diberangkatkan, atlet sudah harus divaksin, menjalani tes PCR dan isolasi di provinsi masing-masing.
Setelah tiba di lokasi, kembali melakukan tes antigen dan diakomodasikan berdasar cabang olahraganya. Kegiatan mereka hanya dari tempat akomodasi ke tempat pertandingan, tanpa peluang mengunjungi tempat lain di luar agenda yang ditetapkan, sesuai prinsip sistem bubble.
“Di tempat akomodasi, bila bergejala langsung di tes antigen, bisa berlanjut PCR. Kalau positif, diisolasi dan dilakukan tracing untuk sekitarnya. Atlet yang akan bertanding dengan body contact useperti wushu atau gulat, dilakukan tes antigen sebelum bertanding,” papar Suwarno.
Sebelum pulang, atlet akan kembali menjalani tes PCR untuk memastikan kondisi kesehatan sekaligus persyaratan penerbangan. Kemudian, setibanya di provinsi masing-masing, Suwanto mengharapkan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) provinsi dapat memberikan kesempatan isolasi agar betul-betul dapat dipastikan atlet tersebut dalam keadaan sehat.
Kesuksesan PON XX Papua memang membutuhkan kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, daerah, penyelenggara, partisipan, berbagai lembaga, TNI Polri yang memiliki fungsi ganda sebagai penjaga keamanan dan membantu pengawasan Prokes di lapangan, serta tentu saja kerja sama masyarakat, dalam hal ini khususnya masyarakat setempat.
“Saat ini Maluku Papua berada di PPKM Level 2,” ujar Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Nasional Brigjen TNI (Purn) Alexander Ginting pada kesempatan yang sama. Kepada masyarakat setempat, sebagai persiapan dan upaya perlindungan kesehatan, pihaknya mendorong sosialisasi 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan pelaksanaan 3T (testing, tracing, treatment), serta vaksinasi setidaknya satu kali.
“Kita sosialisasikan juga bahwa kalau bergejala, jangan keluar rumah atau ke lokasi, periksa dulu ke dokter agar tidak terjadi transmisi. Kemudian gerakan maskerisasi, didorong supaya menjadi budaya atau etos kerja setempat khususnya terkait pelaksanaan PON XX,” tambahnya.
Sejauh ini, menurutnya penerapan pedoman dari pemerintah serta aturan teknis lainnya telah berjalan dengan baik. Termasuk aturan kapasitas, larangan tenda ‘nonton bareng’ di lokasi, tidak ada kerumunan, tes COVID-19, juga kerja sama dengan tim Satuan Tugas COVID-19.
“Kita jaga bersama agar PON XX dan daerah tersebut tidak menjadi episenter,” tandas Alexander.
Pentingnya upaya saling menjaga juga disadari oleh Atlet Wushu Peraih Medali Emas PON XX Papua 2021, Edgar Xavier Marvelo. “Dulu kita hanya fokus pertandingan, tapi sekarang karena dalam masa pandemi, kita juga memiliki prioritas kesehatan,” tuturnya.
“Upaya meminimalisir penularan telah dimaksimalkan oleh semua pihak. Semoga dengan persiapan yang matang dan pelaksanaan yang baik ini, maka tidak terjadi klaster PON,” harap Edgar.
Kepada para calon atlet, Edgar berpesan agar tetap berlatih dan jangan menyerah karena pandemi.
“Tetap hati-hati dan waspada. Dengan kita patuh aturan pemerintah seperti Prokes dan vaksinasi, semoga pandemi segera berakhir dan kegiatan bisa normal kembali.”
Kesuksesan PON XX Papua diharapkan dapat menjadi awal kebangkitan berbagai kegiatan masyarakat di masa pandemi, dengan mengedepankan perlindungan kesehatan. Hal ini dikarenakan pandemi bukan halangan untuk tetap bekerja keras dan berprestasi.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis