tirto.id - Jamuda (17), salah satu penumpang KM Sinar Bangun yang selamat tampak trauma saat diminta menceritakan ulang peristiwa nahas itu. Warga Nagori Sibunga-bunga, Kecamatan Jorlang Hataran itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
Mimik wajahnya memperlihatkan ketakutan, namun ia kembali tenang saat kerabatnya mengelus-elus punggunggnya. "Kami berenam pergi berlibur ke Samosir, dan saya sendiri yang selamat," kata Jamuda kepada Antara, Rabu (20/6/2018).
Jamuda menjelaskan, saat itu ia bersama lima rekannya berada di posisi paling atas kapal. Kapal itu terdiri dari tiga tingkat.
Ia bersama ratusan penumpang lainnya mengarungi perairan Danau Toba dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir, menuju Pelabuhan Tiga Ras, Kabupaten Simalungun.
Saat itu, kata dia, cuaca sedang hujan dan angin kencang. Situasi itu juga membuat kapal oleng dan terbalik. Namun, sebelum kapal mulai oleng, Jamuda melompat dari kapal dan berenang menjauhi titik tenggelamnya kapal tersebut.
"Kira-kira 10 menit, aku lihat kapal feri, aku berenang mengejar dan ditolong naik," kata Jamuda.
Kisah yang sama juga diutarakan korban bernama Heri Nainggolan (23). Menurut warga Panei Tonga, Kecamatan Pane, di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara itu, dirinya bisa selamat karena mendapat pertolongan dari kuasa Tuhan.
Dalam insiden itu, Heri Nainggolan mengalami luka dan sempat dirawat di Puskesmas Sipintu Angin berjarak kira-kira lima kilometer dari posko utama tim Gabungan SAR di Pelabuhan Tiga Ras.
Meskipun dirinya berhasil selamat, namun Heri masih belum menemukan iparnya, Roi Spenser Sirait yang menjadi seperjalanannya.
Heri mengaku kesal dengan ulah kru Kapal Motor Sinar Bangun yang tidak membatasi jumlah penumpang yang ingin menyeberang dari Pelabuhan Simanindo ke Tiga Ras.
Diperkirakan, jumlah penumpang kapal tersebut mencapai 200-an orang dan sekitar 70-an unit sepeda motor milik para penumpang.
Selain itu, kapal tersebut juga tidak menyediakan jaket pelampung yang memadai dan tidak diberikan kepada penumpang, padahal cuaca sedang tidak baik.
Untuk itu, para korban yang selamat meminta Pemerintah, operator, pemilik kapal, dan pihak pelabuhan untuk mengantisipasi agar masalah serupa tidak terulang lagi.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto