tirto.id - Kepala Kepolisian Resor Kota Pontianak, Kombes (Pol) Tubagus Ade H menetapkan SB, Kepala Sekolah MAN Ngabang sebagai tersangka penjualan kunci jawaban ujian nasional (UN) tingkat SMA/sederajat tahun 2016.
"Meskipun dari hasil pemeriksaan tersangka SB menolak terlibat, tetapi dari pengakuan tiga tersangka lainnya SM, YS dan F dan berdasarkan transfer uang ke rekening SB dari ketiga tersangka tersebut, maka buktinya sudah kuat," katanya di Pontianak, (8/4/2016).
Ia menjelaskan, peran SB sebagai otak dari penjualan kunci jawaban UN tersebut cukup kuat, karena dia berperan sebagai panitia penyelenggara dan juga berkas soal UN yang ditemukan di ruang kerjanya.
Tubagus mengungkap, menurut keterangan saksi, bukan kali ini saja SB menjual kunci jawaban UN, selain itu belakangan juga diketahui jika SB tidak sendirian dalam menjalankan aksinya.
"Aksi penjualan kunci jawaban UN ini sudah lama dilakukan tersangka SB dan rekannya, dan baru kali ini terendus dan ditangkap," kata Tubagus.
Dari hasil penyelidikan diketahui jika tingkat keakuratan kunci jawaban tersebut cukup tinggi, sekitar 80-85 persen.
Sebelumnya, di Pare-pare Sulawesi Selatan, Ketua Ikatan Guru Indonesia, Ramli Rahim mengungkapkan jika siswa di salah satu SMA Negeri di daerahnya, diwajibkan membeli kunci jawaban pada salah satu oknum.
"Berdasarkan informasi yang sudah A1 kunci jawaban beredar luas," ungkap Ramli pada Minggu (3/4/2016).
Berdasarkan informasi yang dia terima, satu kunci jawaban dihargai Rp300 ribu dengan syarat minimal 80 persen siswa harus membeli kunci jawaban tersebut.
"Hal inilah yang membuat siswa malas belajar karena sudah punya kunci jawaban,," katanya.
Menurut dia kunci jawaban untuk Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) akan diberikan 30 menit sebelum pelaksanaan UN
"Metodenya software UN CBT atau berbasis komputer akan di hack alias di bobol ahli komputer sehingga akan muncul pasword berdasarkan pesan pendek yang diterima peserta ujian yang sudah terlanjur membeli," bebernya.
Kendati demikian, pihaknya menduga adanya persekongkolan dengan tenaga pendidik yang pura-pura tidak mengetahui adanya kunci jawaban yang diperjualbelikan oknum tertentu.
“Informasi ini pun disebutkan bahwa guru hanya mengajar pengayaan dengan seadanya saja, karena mereka berpikir biar bagaimana pun kunci jawaban sudah dimiliki siswanya," ungkapnya
Menanggapi hal itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengakui jika memang ada pihak yang menjual kunci jawaban.
"Saya katakan kepada siswa jangan percaya dengan jawaban yang tidak jelas itu," katanya pada Kamis (7/4/2016).
Menurut dia, tingkat kebenarannya cukup kecil, hanya sekitar 20 persen saja, sehingga dirinya mengimbau agar peserta ujian harus percaya pada jawaban sendiri.