tirto.id - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, mengklaim iklim investasi di Indonesia pada tahun ini agak berat. Menurut Thomas, sejumlah faktor yang memengaruhi tak lain terkait gejolak nilai tukar mata uang rupiah di awal kuartal II 2018 hingga ancaman perang dagang di pasar global.
“Tentunya kami harus all out [untuk mengatasi]. Presiden juga telah menggelar sidang kabinet untuk membahas ini, bersama-sama mencari solusi supaya bisa mempertahankan laju investasi dan arus modal masuk di tengah ketidakpastian,” kata Thomas di kantornya, Jakarta pada Kamis (12/7/2018).
Lebih lanjut, Thomas memastikan bahwa pemerintah dan para pemangku kepentingan sudah berunding serta mengantisipasi dampak dari perang dagang. Salah satunya dengan memberikan insentif khusus bagi pabrik dan industri, baik di hulu maupun hilir.
Thomas menilai pemberian insentif yang merupakan inisiatif dengan Kementerian Perindustrian itu dapat berdampak optimal. Pasalnya 40 persen dari investasi nasional merupakan sektor industri. Pemberian insentif tersebut dinilai dapat menjadi daya tarik tersendiri mengingat persaingan antar negara untuk menarik investor asing saat perang dagang menjadi kian sengit.
“Kita harus berjuang secara all out dengan insentif yang paling agresif dan paling menarik perhatian investor. Karena negara pesaing pun melakukan hal yang sama,” ungkap Thomas.
Masih dalam kesempatan yang sama, Thomas menilai bahwa perang dagang yang terjadi jelas berdampak pada stabilitas nilai tukar mata uang rupiah. Sebagaimana telah berlangsung sejak awal perang dagang, mata uang negara-negara berkembang seperti Argentina, Turki, Filipina, dan tak terkecuali Indonesia mengalami tekanan terhadap dolar AS yang menguat.
“Namun pada dasarnya kalau impor ke Amerika Serikat maupun negara tujuan ekspor menjadi sulit, pasar modal akan langsung menyesuaikan. Mereka akan memurahkan negara-negara eksportir dan memahalkan negara-negara importir,” jelas Thomas.
“Itu reaksi pasar terhadap hambatan perdagangan dan dampaknya langsung ke masyarakat,” tambahnya.
Investasi sendiri memang merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Thomas menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo sedari awal menginginkan agar pertumbuhan ekonomi tidak bergantung pada konsumsi, melainkan pada investasi dan juga produksi.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yantina Debora