tirto.id - Direktur Operasional Lion Air, Daniel Putut mengatakan, pihaknya masih menemui kendala terkait kelayakan udara dalam pembangunan Bandara khusus penerbangan berbiaya murah (Low Cost Carrier/LCC) di Lebak, Banten.
Kendala tersebut yakni terkait air traffic system. Sementara itu, kelayakan lainnya seperti struktur tanah dan jalanan, sudah beres.
"Saat ini kami sedang fokus pada pembahasan mengenai air traffic system yang akan dibangun di ruang udara. Hasil pertemuan sebelumnya, dari infrastruktur tanah maupun jalanan sudah enggak ada masalah, sehingga masalahnya di udara," ujar Daniel di Kompleks DPR RI Jakarta pada Selasa (24/7/2018).
Daniel mengatakan, Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Agus Santoso sudah menugaskan kepada Direktur Navigasi Penerbangan, AirNav Indonesia, dan para stakeholders, untuk intens melakukan pertemuan-pertemuan.
"Dua hari ini kami sedang melaksanakan FGD (Forum Grup Discussion) untuk menemukan solusi bagaimana mengatur tata ruang udara yang akan dipakai di bandara kami," ucapnya.
Menurutnya, bukan hal yang mustahil untuk menyiasati masalah kelayakan udara dalam membangun konsep LCC itu.
Kondisi udara Bandara Lebak, kata dia, serupa dengan Bandara Curug Budiarto, Soekarno-Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma, Bandara Atang Senjaya, serta lapangan udara Rumpin.
"Bukannya tidak bisa, tapi lebih bisa diatur tata-ruang udaranya, sehingga bisa mengatur keperluan-keperluan seperti di Curug, Soekarno-Hatta yang air traffic-nya memang padat, kemudian di Halim, ada juga Atang Senjaya, dan Rumpin yang terkait dengan kegiatan militer di situ," ungkapnya.
Bandara dengan konsep LCC ini, disebutkannya akan dibangun di terminal 2. "Di Terminal 1 pun kami sudah menjalankan operasional dengan konsep LCC. Kalau Terminal 2 mau dijadikan terminal LCC, kami sudah lebih dari siap. Internasional kami pun konsepnya LCC, yang ada di Terminal 2," terangnya.
Konsep LCC ini akan dibangun di Terminal 2 Lebak, Banten, karena cukup terhubung dengan antar moda transportasi umum, serta dekat dengan stasiun kereta api Maja, dengan jarak tempuh sekitar 7 kilometer (Km).
"Itu wacana yang dilemparkan. Kami nanti bersama Dirut AP II akan duduk bersama-sama untuk membahas ini karena belum sempat ketemu. Kalau dari yang kami dengar, rencananya di Terminal 2. Padahal, di Terminal 1 pun kami sudah menjalankan operasional dengan konsep LCC," ujarnya.
Ia berharap, dengan adanya Bandara LCC, dapat menarik 90 hingga 100 juta penumpang dengan tujuan destinasi domestik maupun internasional. Sehingga, dapat berkontribusi mensukseskan target pemerintah dalam sektor pariwisata, yaitu 20 juta wisatawan asing pada 2020.
Perkiraan take off-landing 86 per jam. "Kalau dibuat LCC, tapi pergerakannya cuma 72 sampai 76 (take off-landing) per jam, ya sama saja. Sampai kemarin terakhir 86, kami doakan bisa sampai 86," sebutnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yandri Daniel Damaledo