Menuju konten utama

Kenapa Kita Masih Ragu Terhadap PSSI? Karena Wasit Masih Bermasalah

Liga 1 2019 sudah berlangsung selama sembilan pekan. Selama waktu itu, sejumlah klub sudah layangkan protes terkait kinerja buruk wasit.

Kenapa Kita Masih Ragu Terhadap PSSI? Karena Wasit Masih Bermasalah
Wasit Aprisman Aranda (kiri) memberikan kartu kuning kepada pesepak bola Persib Bandung Ezechiel Ndouasel (tengah) didampingi penjaga gawang Madura United M Ridho (kanan) saat pertandingan Sepak Bola Liga 1 2019 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (23/6/2019). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc.

tirto.id - Robert Rene Alberts merasa kecewa usai Persib menahan imbang Persija, 1-1, dalam laga big match Liga 1 2019 yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Rabu (10/7/2019). Meski berhasil mencuri angka di Jakarta, pelatih Persib itu menyayangkan dua keputusan kontroversial Fariq Hitaba, wasit yang memimpin pertandingan tersebut.

Pertama, Fariq menganulir gol Ezechiel N’Douassel, penyerang Maung Bandung, pada paruh kedua laga karena dianggap melakukan pelanggaran sebelum mencetak gol. Kedua, Fariq malah mengesahkan gol Mario Simic, padahal berdasarkan video rekaman pertandingan, sundulan penyerang Persija pada menit ke-75 itu sebenarnya belum 100% melewati garis gawang.

Namun untuk dua keputusan kontroversial Fariq itu, Alberts memilih pasrah dan tak protes. "Soal mengapa gol itu dianulir, itu pertanyaan bagus. Tapi saya tidak bisa menjawab alasannya," kata Alberts setelah pertandingan.

Kepada para jurnalis yang masih penasaran soal tanggapannya atas gol Simic, Alberts berkata "sejak lima tahun saya berada di sini, selalu ada pertanyaan yang sama, dan saya akan selalu menjawab: saya tidak tahu. Karena kenyataannya memang seperti itu."

Ahad (14/7/2019), giliran Bali United yang kecewa dengan kepemimpinan wasit. Mereka tak puas dengan kinerja Iwan Sukoco, pengadil laga Bali United vs Barito Putra di Martapura, Kalimantan Selatan.

Dalam laga yang dimenangkan Barito Putera 1-0 tersebut, Bali United merasa "dikerjai" Iwan. Alasannya, Iwan menganulir "dual gol bersih" Bali United yang dicetak Melvin Platje dan William Pachecho. Sebaliknya, Iwan justru mengesahkan gol Rafel Silva, penyerang Barito, yang jelas-jelas berada dalam posisi offside.

Berbeda dengan Persib, Bali United melayangkan protes resmi ke Komdis PSSI dan PT Liga Indonesia Baru. Mereka mempertanyakan penugasan Iwan, yang sebelumnya memang acap dibebastugaskan PSSI dan "dimusuhi" para pelatih karena memang acap bikin kesalahan.

"Kejelian wasit harus diperhatikan lagi. Keputusan seperti ini sering dilakukan oleh wasit ini (Iwan Sukoco)," kata Yabes Tanuri, CEO Bali United, seperti dilansir Bolasport.com

PSSI tak menggubris protes Bali United. Rabu (17/7/2019) sore, Iwan Sukoco malah kembali ditugaskan memimpin pertandingan antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang. Dan melalui Efraim Ferdinand, Plt Kepala Departemen Wasit PSSI, PSSI memberikan alasan yang menarik soal penugasan ini.

"PSSI tidak mengevaluasi wasit berdasarkan protes dari klub. PSSI melakukan evaluasi berdasarkan program pengembangan performa setiap perangkat pertandingan. Jadi, ada atau tidak ada protes dari klub... evaluasi performa wasit pasti dilakukan PSSI," klaim Efraim kepada reporter Tirto, Rabu malam.

Antisipasi Gagal (atau sekadar Wacana)

Sebelum kasus yang menimpa Persib dan Bali United muncul, kinerja wasit Liga 1 2019 memang kembali disorot. Saat liga baru berjalan enam pekan, beberapa klub sudah melayangkan protes resmi ke Komdis PSSI. Bahkan, ada juga klub yang menduga mafia pengaturan skor yang melibatkan wasit memang belum tumpas.

Dasar protes tersebut bermacam-macam: mengesahkan gol kontroversial, menganulir gol bersih, pelanggaran krusial yang tak digubris, hingga sanksi kartu yang tak tepat sasaran.

Yang menarik, PSSI sebetulnya sudah berupaya mengantisipasi protes semacam itu jauh hari sebelum Liga 1 2019 bergulir. Mereka setidaknya punya tiga cara: memilih wasit yang benar-benar berkualitas, mengevaluasi wasit, dan bikin Badan Independen Wasit.

Cara pertama, untuk memperoleh wasit yang berkualitas, PSSI menerapkan seleksi ketat. Dari ratusan wasit yang ada di bawah naungan PSSI, disaring menjadi 50 wasit, lantas kembali diperas menjadi 25 wasit yang dianggap paling baik untuk memimpin liga. Menurut Erfaim Ferdinand, 25 wasit yang dipilih itu juga sudah "sesuai standar PSSI."

Cara kedua, PSSI tetap mengawasi kinerja wasit melalui evaluasi yang rencananya dilakukan setiap pekan. Dalam evaluasi tersebut, PSSI akan bekerja sama dengan Komite Wasit. Selain itu, sebagai bahan evaluasi, PSSI akan melakukan penilaian berdasarkan laporan teknis dari referee assesor.

Sejauh ini, PSSI mengklaim sudah dua kali menggelar evaluasi. Pertama, menurut situs resmi PSSI, dilakukan pada 27 Mei 2019, dan memanggil tujuh wasit yang bertugas di pekan pertama dan kedua Liga 1 2019. Kedua, dilakukan pada 10 Juni 2019, dan memanggil beberapa wasit yang bertugas dari pekan pertama hingga ketiga.

Baik cara pertama maupun kedua, tampaknya masih tak sesuai harapan. Bahkan jika benar-benar sudah dilakukan evaluasi, letak kesalahan wasit pun tak juga ketahuan. Ini lantaran menurut Humas PSSI, Gatot Widakdo kepada reporter Tirto, Rabu kemarin, "evaluasi wasit bersifat internal, tidak akan dibeberkan ke publik."

Lantas bagaimana dengan rencana pembentukan Badan Independen Wasit?

Badan Independen Wasit Menguap?

Jauh hari sebelum Liga 1 2019 bergulir, tepatnya pada 4 Mei 2019, PSSI meyakini pembentukan Badan Independen Wasit ialah salah satu solusi utama untuk memperbaiki kinerja wasit. Menurut Sekjen PSSI Ratu Tisha, badan independen itu nantinya berada di dalam PSSI dan berfungsi meningkatkan performa dan manajemen wasit pada level liga profesional.

Untuk membentuk badan tersebut, melalui PGMOL (Professional Game Match Officials Limited) dan JFA (Japan Fotball Assosiation), PSSI bekerja sama dengan FA, otoritas tertinggi sepakbola Inggris. Dari sana badan wasit itu pun rencananya dipimpin Direktur Teknik Persawitan dari FA.

"Nantinya tugas dan fungsi badan ini seperti melakukan penilaian performa, pengawasan, serta edukasi terhadap wasit. Lalu, teknis dan prosedur penugasan wasit, manajemen database, dan kepatuhan sistem regulasi dan sistem audit," kata Tisha, dilansir dari situs resmi PSSI.

Terobosan yang ingin dilakukan PSSI ini langsung memantik banyak perhatian. Namun, daripada mendukung, banyak pengamat olahraga yang justru skeptis. Budiarto Shambazy, misalnya. Karena nihilnya referensi, ia menilai PSSI bakal sulit mewujudkan rencananya itu.

"Di negara-negara lain, kan, relatif belum ada, ya, badan independen seperti ini. Kebanyakan langsung menunjuk wasit dari pengelola kompetisi, susah juga (berpatokan) dari mana," kata Budiarto Shambazy.

Seperti dugaan Shambazy, PSSI pun mengakui pembentukan badan independen tersebut tidak akan mudah untuk diwujudkan. Sekitar dua hari setelah pengumuman resmi dari PSSI, Dirk Soplanit, Direktur PT LIB sekaligus Exco PSSI, mengatakan badan independen tersebut kemungkinan baru bisa diberdayakan pada pertengahan musim Liga 1 2019.

"Masih kami matangkan. Mungkin pertengahan musim nanti, semoga badan independen sudah bekerja," kata Soplanit kepada reporter Tirto, Senin (6/5/2019).

Dua bulan lewat setelah Solpanit berkata demikian, rencana pembentukan badan independen tersebut seperti menguap ke angkasa. Bahkan, ada indikasi pembentukan Badan Independen cuma sebatas wacana. Plt Ketua Umum PSSI Iwan Budianto dan Sekjen PSSI Ratu Tisha urung merespons pesan singkat dan telepon dari reporter Tirto yang hendak mengklarifikasi perkembangan pembentukan badan tersebut.

Sementara itu, seperti penjelasan Soplanit, Gatot Widakdo berkata pembentukan badan independen itu masih dalam pematangan. Lalu, seandainya badan independen tersebut masih dalam proses pematangan, kapan badan itu akan dibentuk? Widakdo hanya menjawab "Ya, semoga bisa secepatnya."

Baca juga artikel terkait LIGA 1 2019 atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Mufti Sholih