tirto.id - Kinerja wasit kembali menjadi sorotan dalam gelaran Liga 1 musim 2019. Dari pekan ketiga yang digelar akhir Mei hingga pekan keenam akhir Juni, sejumlah klub sudah mengutarakan ketidakpuasan mereka terhadap beberapa keputusan sang pemimpin pertandingan.
PSIS Semarang, misalnya. Klub asal Jawa Tengah ini bahkan melaporkan Moch Adung, wasit yang memimpin pertandingan Persebaya vs PSIS Semarang pada 30 Mei 2019, ke PSSI. Mereka menilai Adung tak jeli dalam mengambil keputusan.
"Kinerjanya sangat buruk di pertandingan kali ini dan banyak merugikan kami," tutur Setyo Agung Nugroho, manajer PSIS, setelah pertandingan.
Dalam pertandingan itu, PSIS menyebut ada dua kesalahan yang dilakukan Adung. Pertama, Adung tidak memberikan penalti saat Septian David Maulana, gelandang PSIS, dengan jelas dilanggar Misbakus Solihin, gelandang Persebaya, di dalam kotak penalti Persebaya. Kedua, Adung juga hanya memberikan kartu kuning saat Elisa Basna, pemain Persebaya, secara sengaja menginjak perut Fredyan Wahyu, bek PSIS, pada menit-menit akhir pertandingan.
Tak hanya Adung, kinerja buruk wasit Liga 1 musim 2019 ini diduga dilakukan wasit lainnya. Pada pekan keenam, tiga klub merasa dirugikan wasit: PSIS, Persib, Persebaya.
PSIS kembali merasa dirugikan karena kepemimpinan Annas Aprilliandi dan salah satu asistennya yang menganulir penalti, kala PSIS menghadapi Barito Putra, Ahad (30/6/2019). Pada hari yang sama, Persib Bandung juga mengeluhkan hal yang sama saat kalah 1-2 dari Bhayangkara FC.
Kala itu, Persib merasa mereka seharusnya mendapatkan penalti saat Ezechiel N’Douassel dijatuhkan Jajang Mulyana di dalam kotak penalti Bhayangkara. Namun Rully Ruslin Tambuntina, wasit yang memimpin jalannya laga, tak menggubris pelanggaran tersebut. Para pemain Persib pun protes, dan bahkan manajer Umuh Muchtar geram hingga pertandingan berakhir.
"Tadi semua melihat [insiden terjatuhnya N’Douassel], ini mafia wasit wasit berjalan. Sampai saat ini [mafia wasit] belum tersentuh lagi," kata Umuh Muchtar, dilansir dari BolaSport.com.
Sehari berselang, Senin (1/7/2019), giliran Persebaya yang mengeluhkan kinerja wasit saat menghadapi Persela Lamongan. Damian Lizio, pemain asing Persebaya, diganjar kartu kuning kedua pada menit-menit akhir pertandingan.
Kartu kuning itu diberikan Wasit Yudi Nurcahya--wasit yang sempat diganti menjelang laga Kalteng Putra vs Persita dalam laga perebutan tempat ketiga Liga 2 2018 dan disebut seorang perangkat pertandingan yang ikut terlibat dalam kasus pengaturan skor dan menjadi whistle blower di kasus ini--lantaran Lizio dianggap protes berlebihan setelah dilanggar secara brutal pemain belakang Persela. Namun, saat Djadjang Nurdjaman, pelatih Persebaya, meminta penjelasan kepada Lizio, pemain asal Bolivia itu mengaku tidak berkata apa pun kepada wasit.
Karena merasa jengkel, Damian seolah membenarkan pernyataan Umuh. Ia kemudian menuliskan kekesalannya di unggahan Instagramnya. "That corruption in football must end."
Evaluasi Jalan di Tempat
Soal kinerja buruk para pengadil lapangan hijau ini, PSSI sebenarnya tak tinggal diam saja. Pada 27 Mei 2019, berdasarkan laporan dari situs resmi PSSI, otoritas tertinggi sepakbola Indonesia itu mengklaim sudah memanggil tujuh wasit yang memimpin pertandingan pada pekan pertama dan kedua Liga 1 2019. Menurut mereka, pemanggilan ini merupakan wujud evaluasi berkala yang rencananya digelar setiap pekan.
Dalam mengevaluasi ini, PSSI akan bekerja sama dengan Komite Wasit. Selain itu, PSSI akan menggunakan laporan teknis dari penilaian wasit (referee assesor) sebagai salah satu bahan evaluasi.
"PSSI berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas perangkat pertandingan di semua kompetisi. Selain itu, pada tahun ini kami juga akan mendirikan badan wasit independen. Untuk itu kami tidak akan menolerir setiap pelanggaran permainan apabila terbukti melakukan kesalahan," ujar Ratu Tisha, Sekjen PSSI, mengenai pemanggilan tujuh wasit tersebut.
Namun setelah evaluasi, kinerja wasit ternyata belum memberikan perubahan yang siginifikan. Sejumlah klub justru semakin gencar memprotes terutama pada pekan keenam. Tisha pun mengklaim PSSI akan kembali mengevaluasi wasit pada 10 Juni 2019, dan akan kembali memanggil beberapa wasit yang memimpin jalannya pertandingan dari pekan pertama hingga pekan ketiga Liga 1 musim 2019.
Ironisnya, pada hari yang dijanjikan Tisha untuk evaluasi itu, publik sepakbola Indonesia justru menerima kabar buruk dari PSSI. Saat evaluasi wasit masih menghasilkan tanda tanya besar, Purwanto, salah satu anggota Komite Wasit, justru mengundurkan diri padahal ia bertugas mengevaluasi kinerja wasit.
Purwanto--yang semasa masih menjadi wasit terkenal tegas dan adil--saat itu memang tidak mau menjelaskan alasannya mundur. Namun, dilansir Jawa Pos, salah satu sumber internal PSSI mengatakan alasan Purwanto mundur berkaitan dengan visi dan misi yang berseberangan dengan PSSI.
"Orangnya itu jujur, sekarang coba pikir sendiri, orang sebaik itu memilih mundur. Berarti ada yang tidak beres, kan?" kata sumber tersebut.
Klarifikasi PSSI
Pelaksana Tugas Kepala Departemen Wasit PSSI Efraim Ferndinand mengakui pihaknya mendapat banyak protes dari klub soal kepemimpinan wasit pada pekan keenam Liga 1 2019. Namun, ia berdalih, penilaian terhadap kinerja wasit tak bisa dilakukan hanya karena satu kasus.
Ia mencontohkan Wasit Annas Aprilliandi yang menganulir penalti PSIS, akan dipanggil dalam waktu dekat tapi Annas tidak akan hanya dinilai dari satu kesalahan belaka.
"Beberapa pekan lalu bagaimana? Tidak ada protes, kan?” kata Efrain kepada Jawa Pos.
Sementara itu, Gatot Widakdo, humas PSSI, menjelaskan evaluasi terhadap kinerja wasit masih berjalan hingga kiwari. Nantinya, wasit yang benar-benar terbukti berkinerja buruk dalam memimpin pertandingan akan mendapatkan sanksi dari tegas dari PSSI. Namun, keputusan tersebut tidak akan disampaikan ke publik.
"Hanya secara internal saja. Yang jelas, PSSI akan memberikan sanksi," kata Gatot saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (2/7/19).
Dan soal kinerja buruk wasit, Gatot pun berdalih: "Kebanyakan kesalahan itu terjadi karena human error, bukan karena hal-hal lainnya."
Editor: Renalto Setiawan