tirto.id - Virus Corona COVID-19 atau SARS-CoV-2 merupakan virus yang baru muncul pada akhir tahun lalu. Sejauh ini, penelitian terus dilakukan oleh para ahli untuk mengetahui perkembangan dari virus tersebut dan mencoba untuk mengatasinya. Salah satunya adalah pemantauan gejala dari infeksi virus tersebut.
Hingga saat ini, gejala infeksi COVID-19 yang paling umum adalah demam, batuk, hingga sesak napas. Namun, ada orang memiliki virus corona tetapi tidak mengalami gejala dan bisa menularkannya. Seiring dengan bertambahnya kasus positif COVID-19 ini, temuan akan gejala-gejala lain pun terungkap.
Dilansir Live Science, dokter telah menggambarkan gejala langka yang mungkin dialami oeh pasien positif COVID-19 termasuk kehilangan indera penciuman. Apabila seseorang yang berpotensi terinfeksi virus ini mengalami gejala tersebut, dapat menandakan harus dilakukannya pengujian.
"Apa yang disebut anosmia, yang pada dasarnya berarti hilangnya penciuman, tampaknya merupakan gejala yang berkembang pada sejumlah pasien," kata Kepala Koresponden Medis CNN Dr. Sanjay Gupta, dikutip dari CNN Health.
Kehilangan kemampuan untuk mencium bau ini bisa dikaitkan dengan hilangnya nafsu makan, dan perlu diwaspadai.
"Anosmia, khususnya, telah terlihat pada pasien yang akhirnya dites positif untuk virus korona tanpa gejala lain," menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
Sebuah analisis terbaru terhadap kasus-kasus ringan di Korea Selatan menemukan gejala utama pada 30% pasien adalah hilangnya penciuman. Di Jerman, lebih dari dua dari tiga kasus yang dikonfirmasi menderita anosmia.
Sementara itu menurut sebuah laporan dalam Journal of American Medical Association, sebanyak 98 persen pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami demam. Sementara itu, 76 persen dan 82 persen mengalami batuk kering, dan 11- 44 persen melaporkan kelelahan di badannya.
Lebih lanjut, penyakit ini tampaknya menjadi lebih parah dengan bertambahnya usia, dengan rentang usia 30 hingga 79 tahun mendominasi kasus yang terdeteksi di Wuhan, Cina, tempat wabah dimulai.
Sementara anak-anak nampak kurang berisiko menderita gejala infeksi virus ini. Namun, penelitian terbaru terhadap 2.000 anak yang dikonfirmasi atau diduga menderita Covid-19 menemukan bahwa 6 persen dari mereka mengembangkan penyakit parah atau kritis. Studi ini dirinci dalam edisi 16 Maret jurnal Pediatrics.
Dalam kasus Covid-19 yang lebih serius, pasien mengalami pneumonia. Pneumonia merupakan kondisi penyakit di mana paru-paru mereka mulai penuh dengan kantong nanah atau cairan. Hal ini menyebabkan sesak napas yang intens dan batuk yang menyakitkan.
Sementara itu, CNN Health menuliskan 10 gejala utama yang dapat mengindikasikan Anda terinfeksi virus Covid-19 sebagai berikut:
1. Napas pendek
2. Demam
3. Batuk kering
4. Nyeri sendi
5. Penurunan kewaspadaan atau kesadaran
6. Masalah pencernaan
7. Konjungtivis
8. Kehilangan sementara indra penciuman
9. Kelelahan
10. Sakit kepala
Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Gejala Corona?
Dilansir The Guardian, tidak disarankan bagi Anda untuk langsung memeriksakan diri jika mendapati adanya gejala yang dirasakan setelah melakukan kontak atau perjalanan ke wilayah terjangkit Covid-19.
Di Inggris, NHS menyarankan untuk tinggal dulu di rumah setidaknya 7 hari ketika mendapati adanya gejala tersebut. Sementara itu jika Anda tinggal bersama orang lain, mereka juga harus tinggal di rumah selama setidaknya 14 hari untuk menghindari penyebaran infeksi di luar rumah.
Hal ini berlaku untuk semua orang, terlepas dari apakah mereka telah bepergian ke luar negeri atau tidak.
Lebih lanjut, jika gejala bertambah parah atau bertahan lebih dari tujuh hari maka Anda harus menghubungi fasilitas kesehatan tempat rujukan Covid-19.
Banyak negara memberlakukan larangan perjalanan dan kondisi terkunci untuk mencoba menghentikan penyebaran virus. Ikuti terus perkembangan informasi dari pemerintah pusat untuk mengatasi pandemi global Covid-19 tersebut.
"Pada saat ini, pedoman saat ini - dan ini mungkin berubah - adalah bahwa jika Anda memiliki gejala yang mirip dengan flu dan flu dan ini adalah gejala ringan hingga gejala sedang, tetaplah di rumah dan cobalah untuk mengatasinya dengan istirahat, hidrasi dan penggunaan obat penurun demam,” kata Harri dari AMA, dikutip dari CNN Health.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi pasien yang berusia di atas 60 tahun. Pasalnya, mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang semakin melemah seiring bertambahnya usia. Begitu pula bagi para wanita yang sedang hamil.
Tidak jelas apakah wanita hamil memiliki kemungkinan lebih besar terkena penyakit koronavirus, tetapi CDC mengatakan bahwa wanita mengalami perubahan dalam tubuh mereka selama kehamilan yang dapat meningkatkan risiko beberapa infeksi.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dipna Videlia Putsanra