tirto.id - Pemerintah Indonesia telah memesan vaksin Covid-19 sebanyak 50 juta yang diproduksi oleh AztraZeneca, Inggris. Pembayaran uang muka untuk pengadaan vaksin itu dianggarkan sebesar Rp3,7 triliun untuk tahun 2020.
“Sekarang sedang berangkat Menkes, Menlu dan Menteri BUMN untuk mempersiapkan 50 juta yang dipesan dan dibayar,” kata Ketua Tim Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) Airlangga Hartarto dalam jumpa pers daring di Jakarta, Senin (13/10/2020), seperti dikutip Antara News.
Dalam sisa tahun ini, akan tersedia vaksin sebanyak 30 juta yang berasal dari empat perusahaan Cansino, Sinovac, Sinopharm dan AztraZeneca. Pengadaan vaksin lainnya juga akan dipasok oleh Bio Farma.
Pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 99 tahun 2020 terkait pengadaan vaksin COVID-19 yang diperkirakan sebanyak 160 juta vaksin yang kegiatan vaksinasinya dilakukan bertahap hingga 2022.
“Pengadaan vaksin kita harus secure (amankan) karena 215 (negara) ini mengejar vaksin sehingga kira-kira secure untuk 160 juta dosis untuk dua kali,” katanya.
Dengan kebutuhan vaksinasi sebanyak dua kali dosis, maka total kebutuhan vaksin COVID-19 mencapai 320 juta dosis.
Adapun skala prioritas penerima vaksinasi COVID-19 adalah medis dan paramedis, pelayan kesehatan termasuk TNI, Polri dan aparat hukum sekitar 3,5 juta.
Kemudian, tokoh masyarakat, tokoh agama hingga perangkat daerah sebanyak lima juta orang, tenaga pendidik mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), TK, SD, SMP hingga dosen perguruan tinggi swasta dan negeri sebanyak 4,3 juta.
Selanjutnya, aparat pemerintah pusat dan daerah serta legislatif sebanyak 2,3 juta orang, dan penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan sebanyak 96 juta orang dengan jumlah semuanya mencapai 102 juta orang.
Selain itu, lanjut dia, sasaran penerima vaksinasi adalah masyarakat usia 19-59 tahun sehingga total keseluruhan mencapai 160 juta orang.
Apa Itu Vaksin Covid-19 AstraZeneca?
Dikutip BBC.com, AstraZeneca merupakan perusahaan obat asal Inggris yang mulai memproduksi vaksin potensial untuk virus corona sejak Juni 2020.
"Kami mulai membuat vaksin ini sekarang - dan kami harus menyiapkannya untuk digunakan pada saat kami mendapatkan hasilnya," kata pimpinan AstraZeneca, Pascal Soriot pada Juni 2020.
AstraZeneca mengatakan akan mampu memasok dua miliar dosis vaksin. Soriot mengatakan produksi sudah dimulai sejak saat itu karena, "kami ingin secepat mungkin".
Dia mengatakan AstraZeneca tidak akan mencari keuntungan dari produksi vaksin tersebut selama pandemi.
Jika berhasil, perusahaan akan mampu memproduksi dua miliar dosis setelah menandatangani dua kontrak baru pada Kamis, salah satunya dengan miliarder Bill Gates.
AstraZeneca, yang mengembangkan vaksin dengan para ilmuwan di Universitas Oxford, telah setuju untuk memasok setengah dari dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Salah satu kemitraan baru adalah dengan Serum Institute of India (SII), produsen vaksin terbesar di dunia berdasarkan volume. Yang lainnya adalah kesepakatan $ 750 juta (£ 595 juta) dengan dua organisasi kesehatan yang didukung oleh Bill dan Melinda Gates.
Kedua badan amal, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan aliansi vaksin GAVI akan membantu menemukan fasilitas produksi untuk memproduksi dan mendistribusikan 300 juta dosis vaksin. Pengiriman diharapkan dimulai akhir tahun ini.
Pada Jumat (9/10/2020), Kementerian Kesehatan Australia juga mendaftarkan vaksin AstraZeneca dalam The Therapeutic Goods Administraion (TGA) atau badan yang mengurus daftar barang yang akan masuk ke Australia.
Pemberian penetapan sementara berarti TGA telah membuat keputusan AstraZeneca memenuhi syarat untuk mengajukan pendaftaran sementara vaksin di Australian Register of Therapeutic Goods (ARTG).
Editor: Agung DH