Menuju konten utama

Kenali 5 Gangguan Kejiwaan yang Menyebabkan Tidur Berlebih

Beberapa gangguan kejiwaan ternyata bisa mengakibatkan masalah tidur berlebih, salah satunya adalah gangguan kecemasan yang membuat sistem saraf terus-menerus waspada.

Kenali 5 Gangguan Kejiwaan yang Menyebabkan Tidur Berlebih
Ilustrasi tidur. FOTO/istockphoto

tirto.id - Memiliki masalah kejiwaan ternyata dapat memengaruhi banyak aspek kesehatan, termasuk pola tidur.

Ada pula gangguan jiwa yang justru membuat tidur berlebihan dan selalu merasa letih sepanjang waktu. Berikut ini daftar gangguan kejiwaan yang meyebabkan tidur berlebihan atau hipersomia.

1. Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan terdapat beberapa jenis seperti gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan sosial, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), fobia, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), atau gangguan panik.

Gangguan kecemasan membuat sistem saraf terus-menerus waspada, bertentangan langsung dengan jenis relaksasi yang diperlukan untuk tertidur.

Hal ini terjadi dan memengaruhi bahkan pada tingkat hormon. Kortisol, hormon stres tubuh, beroperasi berlawanan dengan melatonin, hormon yang bertanggung jawab untuk mendorong tidur.

Dengan lebih banyak tekanan dalam sistem kita, semakin sulit bagi otak kita untuk memproduksi melatonin dalam jumlah yang memadai.

Orang dengan gangguan kecemasan mungkin rentan terhadap masalah tidur seperti hipersomnia atau masalah psikis yang didefinisikan sebagai tidur berlebihan.

Beberapa orang mungkin menemukan diri mereka tidur berlebihan sebagai respons terhadap stres atau kelelahan akibat insomnia.

Insomnia dan hipersomnia sering terjadi bersamaan dalam banyak kasus gangguan kecemasan. Selain itu gangguan tidur itu akan dibubuhi dengan mimpi buruk.

2. Depresi

Insomnia memengaruhi 75 persen orang dengan depresi dan ini juga merupakan faktor risiko utama untuk bunuh diri.

Satu studi menemukan bahwa individu dengan insomnia 6 kali lebih mungkin untuk mengalami depresi berat, dan mereka yang mengalami depresi serta insomnia komorbiditas lebih cenderung untuk tetap depresi.

Individu yang depresi juga lebih cenderung menghabiskan waktu lebih lama untuk tertidur.

Dilansir Tuck, hipersomnia atau tidur berlebihan memengaruhi 40 persen orang dewasa muda dan 10 persen orang dewasa yang lebih tua dengan depresi.

Selain itu orang depresi mengalami obstructive sleep apnea (OSA). Orang dengan sleep apnea lebih dari 5 kali mungkin untuk mengalami depresi berat.

OSA adalah gangguan pernapasan terkait tidur di mana individu berhenti bernapas sejenak selama tidur, menurunkan kadar oksigen darahnya dan mengganggu tidurnya.

3. Attention-Deficit / Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD adalah gangguan neurobiologis yang umumnya didiagnosis pada masa kanak-kanak. Gangguan ini ditandai dengan gejala perilaku yang sebagian besar masuk dalam kategori kurang perhatian, impulsif, dan hiperaktif.

Gejala-gejala ADHD, bersama dengan obat yang digunakan untuk mengobatinya, menghasilkan gangguan tidur dan potensi gangguan tidur seperti insomnia.

Beberapa peneliti percaya ini mungkin karena ritme sirkadian tertunda (individu secara alami lelah di kemudian hari). Individu dengan ADHD juga sering terbangun di malam hari.

Selain itu orang dengan ADHD mengalami kantuk di siang hari yang berlebihan. Masalah ini adalah gejala umum dari banyak gangguan tidur. Individu sangat lelah pada siang hari, sejauh itu mengganggu kualitas hidup mereka.

Sebab masalah tidur individu dengan ADHD secara signifikan lebih cenderung lelah di siang hari, bahkan jika mereka mendapatkan jumlah tidur yang sama seperti rekan-rekan mereka tanpa ADHD.

4. Skizofrenia

Skizofrenia adalah penyakit mental yang mengganggu kemampuan kita untuk memproses kenyataan, mengelola emosi, dan berkomunikasi dengan orang lain. Ini disertai dengan gejala yang melemahkan, seperti halusinasi dan psikosis.

Masalah tidur terkait dengan skizofrenia adalah pola tidur yang tidak normal atau tidak teratur.

Individu dengan skizofrenia cenderung untuk tidak tidur dalam waktu lama. Berdasarkan penelitian, orang dengan skizofrenia memiliki pola tidur yang tidak teratur yang disebabkan oleh pelepasan melatonin yang tertunda dan ritme sirkadian yang bergeser.

Selain itu gangguan tidur yang dialami orang skizofrenia adalah volume tidur mereka tidak konsisten.

Selain tidur pada jam-jam yang tidak teratur, penderita skizofrenia umumnya cenderung tidak mendapatkan jumlah tidur yang teratur setiap hari.

Kadang-kadang mereka rentan terhadap insomnia, dan pada orang lain rentan terhadap hipersomnia.

Efek samping dari pengobatan mereka, atau gejala-gejala kelainan seperti halusinasi, dapat menyebabkan salah satu dari masalah tidur itu.

5.Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati, perilaku, dan berbagai perasaan yang cepat berubah.

Masalah tidur seseorang dengan pengalaman gangguan bipolar akan berubah tergantung pada apakah mereka dalam keadaan mania atau depresi.

Masalah tidur paling umum yang memengaruhi individu dengan gangguan bipolar yaitu insomnia dan hipersomnia yang lebih sering terjadi selama episode depresi.

Bagaimana menangani masalah ini?

Harvard Healh Publishingmelansir beberapa solusi yang bisa kita lakukan untuk mencegah beberapa gangguan ini seperti:

- Perubahan gaya hidup.

Mulailah gaya hidup sehat dengan mengatur waktu dan kurangi kafein serta alkohol.

- Aktivitas fisik.

Olahraga seperti aerobik yang teratur membantu orang tidur lebih cepat, menghabiskan lebih banyak waktu dalam tidur nyenyak, dan kurang sering terbangun di malam hari.

- Kebersihan tidur.

Kebersihan tidur yang baik adalah istilah yang sering digunakan untuk memasukkan tip-tip seperti mempertahankan jadwal tidur-bangun yang teratur, menggunakan kamar tidur hanya untuk tidur atau berhubungan seks, dan menjaga kamar gelap dan bebas dari gangguan seperti komputer atau televisi.

Beberapa ahli juga merekomendasikan pelatihan ulang tidur: tetap terjaga lebih lama untuk memastikan tidur lebih nyenyak.

- Teknik relaksasi.

Meditasi, latihan pernapasan dalam, dan relaksasi otot progresif seperti secara bergantian menegangkan dan melepaskan otot dapat mengatasi kecemasan dan pikiran balap.

- Terapi perilaku kognitif.

Teknik perilaku kognitif membantu mereka dengan gangguan kejiwaan untuk mengubah harapan negatif dan mencoba membangun lebih banyak kepercayaan bahwa mereka dapat tidur nyenyak.

Baca juga artikel terkait GANGGUAN KEJIWAAN atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari