Menuju konten utama

Kemenperin: Target Pertumbuhan Industri Agro 7,10 Persen di 2019

Kemenperin optimis realisasi pertumbuhan industri agro di tahun 2019 akan lebih besar dari target 7,10 persen.

Kemenperin: Target Pertumbuhan Industri Agro 7,10 Persen di 2019
Buruh kerja memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

tirto.id - Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan sektor industri agro sebesar 7,10 persen pada tahun 2019. Target ini lebih tinggi ketimbang capaian tahun lalu yang berada di angka 6,93 persen.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono optimis kinerja sektor industri agro bakal terdongkrak karena akan ada lonjakan dari permintaan domestik.

Terutama, kata dia, untuk produk makan dan minuman pada momentum pemilihan umum (pemilu) tahun ini. Apalagi, pada kuartal III/2018, industri agro mencatatkan pertumbuhan di angka 7,23 persen secara tahunan.

"Kami optimistis, realisasi pertumbuhan industri agro di tahun 2019 akan lebih besar dari target 7,10 persen,"ujarnya lewat keterangan tertulis yang diterima Tirto, Senin (7/1/2019).

Selama ini, industri agro menjadi sektor andalan dalam memacu kinerja industri pengolahan nonmigas, yang juga turut menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Pertumbuhan itu, papar Sigit, didukung oleh masing-masing subsektor seperti industri makanan dan minuman, industri hasil tembakau, industri pengolahan kayu, bambu dan rotan, industri kertas dan berbahan kertas, serta industri furnitur.

Pada semester I/2018, industri agro menyumbang hingga 49,11 persen dari total produk domestik bruto (PDB) sektor nonmigas. Sementara kontribusi ekspor dari industri agro pada periode yang sama mencapai 23,26 miliar dolar AS atau 26,43 persen terhadap total ekspor nasional.

Bahkan, investasi di industri agro juga menjadi motor penggerak pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia. Pada semester I-2018, penanaman modal dalam negeri (PMDN) di industri agro mencapai Rp24,32 triliun, sedangkan penanaman modal asing (PMA) menembus angka 1,1 miliar dolar Amerika.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memaparkan, kinerja positif perdagangan Indonesia berasal dari dari beberapa subsektor industri agro. Beberapa di antaranya, kata dia, adalah industri pengolahan crude palm oil (CPO), kakao, dan gula.

Di industri pengolahan sawit, program implementasi B-20 mendorong pertumbuhan pasar domestik produk hilir sebesar 6,5 persen serta ekspor produk pangan dan biofuel kelapa sawit tumbuh hingga 7,4 persen.

"Saat ini, rasio ekspor produk hilir di industri CPO sebesar 80 persen dibandingkan produk hulu. Investasi mencapai 1,2 miliar dolar Amerika dengan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang dan 32.000 tenaga kerja tidak langsung," paparnya.

Pada 2019, pasokan biodiesel ditargetkan sebesar 6,1 juta ton yang didukung dengan pabrik biodiesel nasional berkapasitas terpasang mencapai 12,75 juta kilo liter.

Sementara industri pengolahan kakao, menurut Airlangga, telah mengalami peningkatan utilitas menjadi 61 persen pada tahun 2018 dibanding tahun 2017 sekitar 59 persen.

Selanjutnya, industri pengolahan kakao menikmati surplus hingga 770 juta dolar Amerika dengan peningkatan ekspor cocoa butter sebesar 19 persen dan cocoa powder 18 persen pada Januari-September 2018.

Baca juga artikel terkait AGROBISNIS atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno