tirto.id - Pemerintah mulai fokus mengurangi impor untuk menguatkan cadangan devisa negara di tengah pelemahan nilai tukar rupiah. Cadangan devisa Indonesia akhir Juni 2018 sebesar 119,8 miliar dolar AS. Angka ini lebih rendah dibandingkan akhir Mei 2018 sebesar 122,9 miliar dolar AS.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan salah satu cara yang dapat menekan impor adalah dengan membangun pabrik bahan baku di dalam negeri. Sehingga, cadangan devisa dapat dihemat dan menaikkan komponen dalam negeri (Tingkat Komponen Dalam Negeri/TKDN).
"Itu kan mesti industri substitusi impor. Substitusi impor kan yang selama ini bahan baku di impor ya dibuat industri di dalam negeri," ujar Airlangga di Kompleks Gelora Bung Karno Jakarta pada Minggu (5/8/2018).
Salah satu pabrik bahan baku yang akan dibangun adalah pabrik baterai lithium di Halmahera Utara, Maluku Utara. Komitmen investasi datang dari Cina dan Perancis.
"Pabrik yang akan dibangun terkait pabrik nikel base yang ada di Halmahera. Jadi, itu akan mengambil nikel menjadi nikel murni. Nah itu akan diekstraksi kobalt untuk batrerai juga," ucapnya.
Pada Selasa (31/7/2018), Manteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pada tahap awal investasi yang akan digelontorkan untuk pembangunan pabrik lithium ini sebesar 5 miliar dolar AS. Tahap kedua, investor akan menanamkan modalnya sebesar 5 miliar dolar AS lagi.
Investasi tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan mobil listrik di Indonesia. Menurut Luhut, pengembangan mobil listrik masih terkendala oleh pasokan baterai yang masih harus diimpor. Padahal, bahan baku baterai lithium berupa nikel dan kobalt melimpah di dalam negeri.
Lebih lanjut, Airlangga mengatakan, dengan menggencarkan memanfaatkan bahan baku industri yang diproduksi dari dalam negeri (TKDN), maka dapat menghemat cadangan devisa 2 miliar dolar AS.
Selain membangun pabrik bahan baku yang dibutuhkan untuk industri manufaktur, cara untuk menekan impor adalah dengan menerapkan penggunaan Biodiesel 20 persen (B20) yang mewajibkan bahan bakar minyak jenis solar dicampur 20 persen komponen biodiesel berbahan dasar minyak nabati (kelapa sawit).
"Kalau kita bicara industri, kan non-migas surplus, jadi yang negatif adalah di migas. Oleh karena itu, solusinya memanfaatkan akses kapasitas di kelapa sawit antara lain adalah implementasi biodiesel itu," ujar Airlangga.
Dengan kebijakan B20 untuk diterapkan di seluruh sektor baik yang menggunakan skema Public Service Obligation (PSO) atau non-PSO, maka devisa dapat dihemat sepanjang tahun sebesar 5,9 miliar dolar AS.
"Kemudian di sektor jasa, salah satunya kementerian perindustrian mendorong maintenance repair overhaul untuk industri pesawat," ujar Airlangga.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Dipna Videlia Putsanra