Menuju konten utama

Kemenperin: 400.000 Siswa Vokasi Terserap ke Industri

Pada Maret 2019, pemerintah akan meluncurkan kembali program vokasi berkonsep link and match untuk Jawa Barat dengan target 2.685 SMK yang bisa menjalin kerja sama dengan industri.

Kemenperin: 400.000 Siswa Vokasi Terserap ke Industri
Seorang siswa menjelaskan kepada pengunjung tentang sistem kerja mesin penetas telur karya siswa SMA Negeri 1 Bantul, Jawa Tengah saat pameran Hari Inovasi 2018 di gedung Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (10/7/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Kementerian Perindustrian mengklaim telah memfasilitasi sekitar 400 ribu siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengikuti program pendidikan vokasi dengan konsep link and match.

Program yang digulirkan sejak 2017 ditujukan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) lulusan SMK serta mengurangi angka pengangguran.

"Sebab, mereka mendapatkan pembelajaran yang porsinya 70 persen praktik dan 30 persen teori," kata Koordinator Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Mujiyono di Jakarta, Sabtu (9/3/2019).

Mujiyono juga menyebutkan, hingga tahap kesembilan, Kemenperin telah melibatkan sebanyak 2.350 SMK dan 899 perusahaan dengan total perjanjian kerja sama mencapai 4.351 yang telah ditandatangani.

"Dalam perjanjian kerja sama tersebut, satu SMK dapat dibina oleh beberapa perusahaan sesuai kebutuhan dan kejuruan yang diinginkan. Setiap SMK rata-rata ada 200 siswa," imbuh dia.

Program pendidikan vokasi ini telah menjangkau wilayah Jawa, Sumatera, hingga Sulawesi. Pada Maret 2019, pemerintah akan meluncurkan kembali program tersebut untuk wilayah Jawa Barat dengan target 2.685 SMK yang bisa menjalin kerja sama dengan industri.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari lulusan SMK mengalami penurunan. Tahun 2017, TPT lulusan SMK sebesar 11,41 persen, berkurang menjadi 11,24 persen di 2018.

Oleh karena itu lah, menurut dia, dibutuhkan kerja keras melalui kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, seperti kementerian dan lembaga serta asosiasi industri.

"Untuk hasil drastisnya, mungkin dapat dilihat dua atau tiga tahun ke depan," imbuh Mujiyono.

Mujiyono mengemukakan, para lulusan siswa-siswi vokasi di seluruh unit pendidikan Kemenperin, hampir 90 persen terserap kerja di industri.

Sisanya, melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berwirausaha. Saat ini, Kemenperin telah memiliki sembilan SMK, 10 Politeknik dan dua Akademi Komunitas. Setiap tahun menghasilkan lebih dari 5.000 lulusan.

"Makanya, kami menjadi leading sector dalam kegiatan vokasi industri," ujar dia.

Dalam program pendidikan vokasi berkonsep link and match antara industri dan SMK, Kemenperin telah menyelaraskan 34 kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini.

Jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2018, sektor industri manufaktur menyerap tenaga kerja sebanyak 18,25 juta orang. Jumlah tersebut berkontribusi sebesar 14,72 persen terhadap total tenaga kerja nasional.

Dari 2015 ke 2018, terjadi kenaikan 17,4 persen terhadap penyerapan tenaga kerja industri dan di 2019 diperkirakan semakin bertambah seiring dengan realisasi investasi dari sejumlah industri.

"Berdasarkan perhitungan kami, dengan rata-rata pertumbuhan industri sebesar 5-6 persen per tahun, dibutuhkan lebih dari 500-600 ribu tenaga kerja industri baru per tahun," kata dia.

Baca juga artikel terkait SEKOLAH VOKASI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali