Menuju konten utama

Kemenkes: Monkeypox di Indonesia Bukan Disebabkan oleh Hewan

Virus monkeypox yang ada di Indonesia sebagian besar bukanlah zoonotik atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.

Kemenkes: Monkeypox di Indonesia Bukan Disebabkan oleh Hewan
Ilustrasi Monkeypox. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi mengkonfirmasi jumlah pasien monkeypox (cacar monyet) di Indonesia saat ini adalah tiga orang. Virus monkeypox yang ada di Indonesia sebagian besar bukanlah zoonotik atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, melainkan dari manusia ke manusia melalui hubungan seksual.

"Sampai saat ini kasus monkeypox ditemukan pada kelompok populasi kunci," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tirto, Jumat (20/10/2023).

Mereka yang masuk kelompok populasi kunci dan rawan terjangkit monkeypox adalah LSL (lelaki seks lelaki), transgender, WPS (wanita pekerja seksual), biseksual dan Penasun (pengguna napza suntik).

Kemungkinan dan dampak penularan pada masyarakat umum adalah kecil hingga sedang. Sementara pada kelompok populasi kunci risikonya sangat tinggi.

Pernyataan Kemenkes tersebut sesuai dengan temuan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang mengatakan sekitar 83,2 persen (28.446 dari 34.180 kasus yang diamati) terjadi pada kelompok laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL), sebanyak 7,4 persen kasus teridentifikasi sebagai laki-laki biseksual. Sekitar 52,7 persen kasus memiliki status HIV positif. Sebanyak 82,5 persen kasus tertular melalui hubungan seksual.

Meskipun potensi penularan melalui hewan cukup rendah, Kementerian Kesehatan tetap mewaspadai penularan dari manusia ke hewan atau sebaliknya.

Upaya yang dilakukan oleh Kemenkes yakni berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak kapal, personel dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, binatang pembawa penyakit di pelabuhan hingga lingkungan.

"Kami meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk melalui unit teknis, KKP," jelas Nadia.

"Selain itu kami juga melakukan pemeriksaan kontak, mengupayakan vaksinasi, edukasi perilaku berisiko pada populasi kunci," lanjutnya.

Sebelumnya, Kemenkes merilis surat edaran Nomor: HK.02.02/C/4408/2023 tentang peningkatan kewaspadaan terhadap Monkeypox di Indonesia. Dalam surat edaran, Kemenkes menjelaskan penyakit itu dapat bersifat ringam dengan gejala yang berlangsung sekitar 2-4 minggu. Namun, monkeypox dapat berkembang menjadi berat hingga kematian.

Monkeypox pernah ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) oleh WHO pada 23 Juli 2022. Jumlah kumulatif pasien monkeypox di dari 115 negara sejak 1 Januari 2022 hingga 26 September 2023 adalah 90.618 kasus dengan 157 kematian.

Dua regional dengan kasus monkeypox terbanyak pada September 2023 adalah Pasifik Barat (51,9 persen) dan Asia Tenggara (18,1 persen). Indonesia pernah melaporkan kasus monkeypox pertama pada tanggal 20 Agustus 2022. Pada 13 Oktober 2023, Indonesia kembali melaporkan 1 kasus mpox tanpa ada riwayat perjalanan dari negara terjangkit (transmisi lokal).

Penyelidikan terkait wabah ini masih terus dilakukan untuk mengetahui gambaran epidemiologi kasus yang dilaporkan. Pada tanggal 17 Oktober 2023, Indonesia telah melakukan penilaian risiko monkeypox yang melibatkan multisektor.

Baca juga artikel terkait CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Iftinavia Pradinantia

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Iftinavia Pradinantia
Penulis: Iftinavia Pradinantia
Editor: Anggun P Situmorang