Menuju konten utama

Kemenkes Investigasi Kasus Antraks di Kulon Progo Yogyakarta

Kemenkes mengaku tengah melakukan investigasi persebaran antraks di Kulon Progo Yogyakarta. Kemenkes meyakinkan agar masyarakat tidak panik dalam kasus itu.

Kemenkes Investigasi Kasus Antraks di Kulon Progo Yogyakarta
petugas dinas perikanan kelautan dan peternakan menyuntikkan vaksin pada sapi ternak di desa ulapato a, kabupaten gorontalo, jumat (15/4). penyuntikan vaksin pada sapi di daerah tersebut agar sapi memiliki kekebalan tubuh terhadap virus antrax sebagai langkah penanggulangan penyebaran. antara foto/adiwinata solihin/pd/16

tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah melakukan investigasi terhadap kasus antraks yang terjadi di Kulon Progo, Yogyakarta.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan Kemenkes melalui

RSUP dr Sardjito Yogyakarta hingga saat ini masih melakukan serangkaian pemeriksaan lebih detail untuk memastikan adanya bakteri antraks pada pasien yang meninggal pada tanggal 6 Januari lalu dan perlu konfirmasi laboratorium Litbangkes.

Dia juga membantah kabar di media sosial yang menyebutkan terdapat 15 orang di Kulon Progo tengah yang tekerna antraks dirawat di RS Sardjito.

"Berita itu tidak benar. RSUP dr Sarjdito hanya merawat satu pasien diduga antraks. Masyarakat tidak perlu khawatir karena rumah sakit aman untuk berkunjung maupun berobat," katanya seperti dikutip Antara, Minggu (22/1/2017).

(kabar terkait kasus antraks di Kulon Progo dapat dibaca pada tautan berikut: 16 Warga Kulon Progo Yogyakarta Positif Antraks)

Menurutnya, Dinas Kesehatan Kulon Progo sebelumnya telah melakukan investigasi bersama dengan Dinas Peternakan, Field Epidemiology Training Program (FETP) Fakultas Kedokteran UGM, INA RESPOND Litbangkes, Balai Besar Veteriner Wates dan RSUP dr Sarjdito. Namun hasil investigasi tersebut akan diverifikasi oleh Kemenkes. Tim akan memastikan tidak ada kasus tambahan pada manusia. Hingga saat ini Dinas Kesehatan Kulon Progo masih dapat menangani kasus di wilayahnya.

Dia mengatakan yang dilakukan Dinkes setempat di antaranya adalah penemuan dan penanganan penderita, pemeriksaan laboratorium untuk kepastian diagnosis, pelacakan faktor risiko penularan, pembaruan pengetahuan di Puskesmas Girimulyo 2 dan melakukan pengobatan.

Selain itu, kata Oscar, dinas kesehatan setempat telah melakukan penanganan limbah medis (limbah B3B ke Medivest dan pengendalian faktor risiko), sosialisasi kepada camat, kepala desa dan kepala dusun serta pemberian suplemen kepada petugas di lapangan.

Oscar mengatakan masyarakat khususnya di wilayah Kulon Progo tidak perlu takut mengkonsumsi daging asalkan dagingnya sehat. Perlu bagi masyarakat untuk memastikan daging yang dibeli bersertifikat, masak daging dengan sempurna dengan suhu lebih dari 100 derajat celcius selama 5-10 menit serta selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Sementara itu Dekan Fakultas peternakan UGM, Prof. Dr. Ali Agus dalam kasus antraks ini menyarankan masyarakat untuk meningkatkan mitigasi perdagangan hewan. Terlebih saat di suatu wilayah terdapat hewan ternak yang dicurigai terinfeksi antraks. Hal tersebut dilakukan dengan melibatkan peran poskeswan untuk lalu lintas kesehatan hewan.

“Guna mencegah penyebaran bakteri antraks perlu dilakukan desinfeksi di daerah yang ada hewan terkena antraks. Sedangkan hewan-hewan di sekitarnya juga perlu diobati dan divaksin,” paparnya.

Ia menyarankan hewan mati yang terkena antraks sebaiknya segera dimusnahkan sesuai dengan prosedur. Di samping itu barang-barang yang tercemar atau pernah bersentuhan dengan hewan pun harus dimusnahkan.

“Sekali lagi masyarakat tidak perlu terlalu panik, harus tenang dan berfikir jernih serta segera melakukan mitigasi terhadap kasus antraks ini,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait PENYEBARAN ANTRAKS atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH