tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi jumlah subsidi gas LPG bakal turun seiring tren penurunan kemiskinan
Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan prediksi itu berkaitan dengan adanya perkembangan angka kemiskinan yang terus menurun setiap tahunnya.
Menurut Djoko, LPG yang disubsidi pemerintah bagi masyarakat tidak mampu berukuran 3 Kg. Dengan penurunan kemiskinan, ia mengatakan konsumsi LPG seharusnya juga menurun lantaran beralih ke bahan bakar memasak lainnya.
Djoko juga menyebutkan ada sejumlah pilihan bahan bakar seperti jaringan gas (jargas) yang disediakan pemerintah dan kompor listrik.
"Ibu Ani [Sri Mulyani] memaparkan dari tahun ke tahun tingkat kemiskinan menurun. Orang miskin kan ada datanya. Kalau masyarakat miskin turun, logikanya subsidinya harusnya turun kan. Udah gak pakai LPG lagi," ucap Djoko kepada wartawan di sela Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII Kamis (21/6/2019) malam.
Berdasar data BPS per September 2018, angka kemiskinan turun menjadi 9,82 persen dari sebelumnya 9,66 persen pada Maret 2018.
Dengan demikian, jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 25,67 juta orang dari yang sebelumnya 25,95 juta orang.
Djoko juga mengatakan, mengenai pengurangan konsumsi, ia mengatakan hal ini bergantung pada masyarakat.
Bila telah terjadi pengurangan angka kemiskinan, menurutnya, penggunaan LPG tidak dipermasalahkan.
Hanya saja, masyarakat perlu mengingat, subsidinya juga tentu tidak lagi berjalan seperti dulu.
"Kita tuh mengurangi subsidi uangnya. Kalau orang miskin turun berarti besaran subsidi turun. Kalau volume [konsumsi] bergantung masyarakat," ucap Djoko.
Selain itu, penurunan ini diyakini juga berkaitan dengan adanya penerapan mekanisme subsidi tertutup bagi gas LPG 3 Kg.
Ketika ditanya realisasi penurunan subsidi, Djoko tak banyak berkomentar. Ia hanya memastikan penurunan diprediksi bertahap.
"Insyaallah [tahun depan] penerapannya bertahap," kata Djoko.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali