tirto.id - Pemerintah Indonesia tetap akan menaruh perhatian khusus terhadap pemerintahan baru di Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump. Sebab, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, retorika politik yang diutarakan Presiden AS terpilih Donald Trump akan mempengaruhi perekonomian dunia yang sekaligus berdampak pada perekonomian Indonesia.
"Retorika politik dari presiden terpilih berpotensi mempengaruhi perekonomian dunia terutama kebijakan perdagangan internasional," kata Sri Mulyani dalam jumpa pers di Jakarta, seperti dikutip Antara, Kamis (10/11/2016).
Sri Mulyani mengungkapkan retorika politik Trump tersebut berkaitan dengan kebijakan proteksionisme yang akan mempengaruhi hubungan dagang antara AS dengan Cina. Situasi itu secara tidak langsung berpengaruh ke Indonesia, yang mitra dagang utamanya adalah Cina.
"Suka tidak suka,AS adalah pangsa pasar terbesar ekonomi dunia. Perdagangan dan investasi AS dengan Cina bisa mempengaruhi keseluruhan dunia, termasuk Indonesia. Ini kami pantau pengaruh langsung dan tidak langsungnya," katanya.
Perkembangan terkini, kata Sri Mulyani, juga bisa membuat The Fed (Bank Sentral AS) kembali mempertimbangkan ulang untuk menyesuaikan suku bunga acuan, yang pada proyeksi awal sebelum pemilihan presiden AS, dilakukan sekali pada Desember 2016.
"Kami akan pantau dan membuat policy agar Indonesia tidak rawan dalam situasi perkembangan pasar di AS yang berimbas kepada pasar di Asia maupun Eropa," ujar Sri Mulyani.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo juga mengatakan pihaknya akan menjaga stabilitas ekonomi makro dan memastikan ketersediaan likuiditas dalam menyikapi perkembangan global terbaru usai pemilihan Presiden AS.
Untuk itu, Agus ikut memantau janji politik Trump yang ingin memangkas pajak serta menerapkan kebijakan proteksionisme, karena kondisi itu tidak realistis dengan situasi perekonomian di masa modern dan berpotensi menimbulkan kegaduhan.
"Terdapat pemotongan pajak baik korporasi maupun individu dan penambahan infrastruktur yang bisa membuat defisit semakin besar. Kalau ada proteksionisme, maka mungkin ada negosiasi NAFTA dan TPP tidak diteruskan, sehingga negara berkembang akan mendapatkan tekanan," katanya.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH