Menuju konten utama

Tren Sepatu Balet Hadir Lagi untuk Dua Hal: Gaya dan Kenyamanan

Feminin dan nyaman jadi alasan tren sepatu balet ini kembali hadir, seperti tak lekang pada zaman.

Tren Sepatu Balet Hadir Lagi untuk Dua Hal: Gaya dan Kenyamanan
Header Diajeng Ballet Shoes. tirto.id/Quita

tirto.id - Sepatu jadi salah satu aksesoris yang penting untuk mendukung keseluruhan penampilan.

Sepasang sepatu bahkan bisa menjadi fashion statement, menambah kepercayaan diri, dan meningkatkan status sosial seorang.

Tidak berlebih bila kemudian lahir ungkapan, "good shoes will take you to good places"-sepasang sepatu yang bagus akan membawamu ke tempat yang bagus pula.

Dan seperti halnya fesyen item lainnya, sepatu juga terus mengalami perputaran tren.

Kini siklus mode kembali membawa ballet flat shoes atau sepatu balet sebagai alas kaki yang paling diminati tahun ini.

Seperti namanya, ballet flat shoes terinspirasi oleh sepatu yang kenakan balerina saat menari balet.

Header Diajeng Ballet Shoes

Penari Balet Valentine. FOTO/iStockphoto

Ballet flat shoes dengan potongan yang cukup sederhana itu kemudian disulap menjadi sepatu dengan beberapa penyesuaian untuk pemakainya, mulai dari pilihan warna dan material yang lebih beragam atau berbagai siluet yang menjadikan sepatu menjadi lebih menarik, termasuk penambahan sedikit hak sepatu untuk memberikan kesan feminin.

Seiring berkembangnya tren, sepatu balet dengan versi baru pun kemudian terus bermunculan. Musim ini misalnya, sepatu balet tanpa sol tampil dengan hiasan kristal, satin, atau jaring yang lentur.

Lalu sentuhan utilitarian juga ikut ditambahkan dalam sepatu, termasuk penggunaan tali di punggung kaki yang populer di tahun 90-an dan beberapa yang melingkar di pergelangan kaki.

Miu Miu, Tory Burch, Khaite dan Sandy Liang disebut sebagai beberapa desainer yang mempelopori versi upgrade sepatu balet yang mereka ditampilkan dalam peragaan busana selama beberapa musim terakhir.

Sejak kemunculan di berbagai tampilan peragaan busana itu, sepatu ini kembali mencuri perhatian dan segera jadi alas kaki paling trendi musim ini, mendominasi rak sepatu dan wishlist kaum hawa.

Termasuk para fashionista dan selebriti yang dengan segera mengadaptasi tren itu dalam penampilan mereka di berbagai kesempatan. Contohnya saja Hailey Bieber yang tampil menyempurnakan tren sepatu balerina dengan paduan tas dan kaca mata hitam, kemeja polo, rok mini, serta kaus kaki putih.

Lalu Taylor Swift yang tampil dengan sepatu balerina di atas panggung selama tur Eras yang sedang berlangsung.

Megan Markle juga tampak tidak kalah untuk memasukkan sepatu balerina dalam outfit yang ia kenakan di hari keempat Invictus Games 2023. Pilihannya jatuh pada sepatu balerina klasik Channel dua warna yang dipadukan dengan blazer dan celana pendek.

Nama-nama besar di atas mungkin saja tertarik untuk mengulang kembali kejayaan ballet flat shoes yang sebenarnya tidak pernah lekang oleh waktu. Namun, komen-komen negatif terkait kembalinya tren sepatu ini juga tidak sedikit.

Komen negatif banyak datang dari generasi sekarang yang mengatakan bahwa mereka akan berpegang teguh untuk tidak tergoda menggunakan sepatu datar ini karena berbagai alasan. Termasuk karena mereka berpikir, sepatu ini hanya cocok untuk perempuan dengan kaki seorang balerina.

Header Diajeng Ballet Shoes

Sepatu datar. FOTO/iStockphoto

Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa sepatu ini memberikan kenyamanan sekaligus fungsi yang serba guna bagi pemakaiannya.

Sepasang sepatu balerina ini, cukup fleksibel dipakai untuk berbagai kesempatan dan dipadu-padankan dengan beragam gaya, mulai dari tampilan formal, jalan-jalan santai atau ngopi dengan kolega.

Tidak heran lagi kalau begitu banyak merek yang ramai-ramai menawarkan sepatu balet sebagai salah satu item fesyen yang tak lekang waktu ini dalam koleksi mereka.

Hanya saja perjalanan sepatu balet sebagai salah satu item fesyen tidak secepat yang dibayangkan.

Meski awalnya memang diperuntukkan bagi penari balet, pengaruh sepatu balet terhadap dunia fesyen mulai muncul pada tahun 1930-an dan 1940-an.

"Balet telah lama berhubungan dengan mode. Kemunculan perancang busana dan kebangkitan perempuan dalam desain fesyen seperti Chanel, Schiaparelli, dan Dior kemudian membantu memosisikan citra balerina sebagai aspirasi dalam kreasi mereka," kata Patricia Mears, kurator pameran 'Ballerina: Fashion's Modern Muse'.

Pada periode waktu itu pula, meletus Perang Dunia Kedua. Momen bersejarah ini disebut pula sebagai momen pemantik yang menempatkan sepatu balet menuju kepopulerannya.

"Saat itu tidak semua orang bisa memakai sepatu karena dijatah. Ini masuk akal karena kami akan berperang dan sepatu akan lebih sulit didapat. Sebaliknya, tidak ada penjatahan untuk sepatu balet sehingga menjadi alternatif untuk alas kaki standar," jelas Mears.

Header Diajeng Ballet Shoes

Wanita pakaian mode dan aksesoris. FOTO/iStockphoto

Popularitas sepatu balet juga tidak luput dari isu gender.

Pemakaian sepatu balet dapat dikaitkan dengan kebebasan yang lahir dari kebutuhan akan alas kaki feminin yang lebih nyaman.

Perubahan tersebut menawarkan banyak alternatif bagi perempuan selain menggunakan sepatu hak tinggi. Sepatu balet pun pada akhirnya memungkinkan wanita bergerak bebas dan nyaman tanpa mengorbankan gaya.

Namun meski nyaman dan serba guna untuk dipadu padan dengan berbagai pakaian, beberapa ahli mengkhawatirkan penggunaan sepatu datar seperti ballet flat shoes.

Selama ini, bahaya memakai sepatu hak tinggi untuk kesehatan kaki lebih sering mendapat sorotan sehingga menggunakan sepatu balet yang datar tidak dianggap bermasalah.

Memang belum ada bukti pasti yang menunjukkan bahwa sepatu balet umumnya berbahaya bagi kesehatan kaki jangka panjang, tetapi ahli menyoroti memakai sepatu balet yang tidak pas bisa menjadi masalah. Hanya saja, masih terdapat perdebatan mengenai ini.

Banyak sepatu datar yang memiliki kotak kaki jari kaki atau bentuk bagian depan sepatu yang menyempit. Kotak jari kaki yang terlalu kecil seringkali tidak sejajar dengan bentuk kaki dan akhirnya membuat jari kaki terjepit.

Bentuk depan sepatu yang menyempit juga bakal meningkatkan tekanan di bagian atas dan bawah kaki serta membatasi pergerakan kaki saat berjalan.

Sepatu balet cenderung memiliki sol yang fleksibel dan tipis pula. Struktur itu sering disebut kurang memberikan dukungan pada bantalan kaki.

Sementara pendapat lain menyebut sepatu dengan struktur minimalis justru mampu meningkatkan kekuatan otot kaki tertentu yang digunakan saat berjalan, berlari, atau melompat. Studi tentang sepatu datar menunjukkan pula berjalan dengan sepatu jenis ini secara signifikan mengurangi beban pada lutut.

Terlepas dari perdebatan di atas, apapun nanti pilihan sepatunya, pertimbangkan untuk memilih sepatu yang pas dan sesuai dengan bentuk dan kebutuhan kaki.

Baca juga artikel terkait DIAJENG atau tulisan lainnya dari MN Yunita

tirto.id - Diajeng
Kontributor: MN Yunita
Penulis: MN Yunita
Editor: Lilin Rosa Santi