tirto.id - Bagi Jennifer Lopez, kacamata hitam adalah sama pentingnya seperti item fesyen lain. Karena itu pula, penyanyi yang akrab dipanggil JLo ini punya banyak koleksi kacamata hitam, saking banyaknya hingga dia sudah tak lagi bisa menghitung koleksinya. Kacamata hitam dengan jenis berbeda-beda ini nyaris tak pernah absen dipakai dalam berbagai kesempatan.
“Aku memakainya saat pergi ke gym, menjemput sekolah anak, mendaki gunung, bahkan saat cuaca mendung, berjalan di karpet merah, dan ketika ada di dalam ruangan. Aku juga selalu pakai kacamata hitam hampir di semua video klip-ku. Ya bisa dibilang aku memakai benda ini setiap waktu,” katanya dalam wawancara dengan Elle.
Ia cukup mampu bikin momen memakai kacamata hitam jadi diingat publik. Salah satunya lewat video klip "Love Don’t Cost a Thing" yang dirilis pada 2001. Dalam tayangan tersebut ia berperan sebagai perempuan yang tinggal di sebuah mansion mewah. Dandanan JLo di video itu sebenarnya kasual: tank top putih, celana jeans, ikat pinggang, dan kalung berwarna emas.
Namun kesan kasual itu berubah ketika ia keluar rumah dengan mengenakan kacamata hitam dan berkendara dengan mobil mewah. Kacamata hitam besar berjenis aviator atau kacamata pilot berbingkai emas bikin penampilannya terasa glamor. Di tengah jalan, ia membuang kacamata itu ke jalan. Sebuah aksi yang mampu menajamkan ingatan penonton tentang JLo dan kacamata.
Karena citra yang dibangun terus menerus itu, wajar jika JLo berhasil punya citra sebagai perempuan yang identik dengan kacamata hitam. Bila orang mendengar nama JLo yang bisa terlintas di pikiran ialah bentuk badan kencang, baju berbelahan tinggi, anting besar, dan kacamata hitam besar.
Maka tak mengherankan jika pada pertengahan Maret lalu, penyanyi kelahiran kota New York ini bekerjasama dengan lini produsen kacamata hitam asal Australia, Quay dalam melansir koleksi khusus kacamata hitam. JLo bertugas mendesain beberapa jenis kacamata. Dan, lagi-lagi kacamata aviator kembali muncul jadi salah satu desain andalan.
“Kacamata-ku harus terkesan klasik, glamor, dan seksi karena itu adalah gaya fesyen dan gaya hidupku. Aksesori yang kubuat harus merefleksikan diriku yang sebenarnya dan kupikir aku berhasil melakukan itu lewat desain kacamata yang kubikin,” kata pelanggan setia Quay ini.
Klasik dan Elegan
Kacamata aviator memang klasik dan tak lekang dimakan zaman. Model ini pertama kali dicetuskan pada awal dekade 1920 oleh pilot asal AS, John Macready. Ide ini berawal dari kecelakaan: Shorty Schroeder, rekan sesama pilot, mengalami gangguan penglihatan setelah menerbangkan pesawat di atas ketinggian10 ribu meter dengan suhu -62 celcius.
Google yang dipakai oleh Shorty tak bisa melindungi mata dari sinar matahari. Kacamata itu malah berembun, memaksa Shorty membukanya, dan membuat bola matanya terasa dingin dan beku. Dengan susah payah, Shorty berhasil mendaratkan pesawat, dan Macready yang menolongnya keluar dari kokpit.
Sebulan kemudian, Macready meniru upaya Shorty. Dengan kacamata yang sama, mata Macready tetap terserang dingin dan cahaya matahari. Google di zaman itu rupanya belum terlalu gelap untuk melindungi mata.
"Cahaya matahari di atas sana menyakiti mata ayah," ujar Sally, anak perempuan Macready.
Macready lantas mengunjungi produsen kacamata Bausch & Lomb dan meminta mereka mendesain kacamata yang nyaman digunakan para penerbang dan bisa melindungi mata mereka. “Ayah yang menggambar bentuk kacamata aviator dan memberikannya pada Bausch & Lomb,” tutur Sally.
Desain itu akhirnya dirilis pada akhir 1930. Bausch & Lomb memasarkan kacamata aviator dengan jargon: real scientific glare protection. Selain jadi kacamata wajib pilot dan anggota militer AS, jenis kacamata dengan lensa yang bentuknya serupa tetes air mata ini digunakan dari nelayan hingga pemain golf.
Seiring waktu, kacamata aviator mulai digunakan para pesohor yang gemar bergaya. Pada 1970-an kacamata aviator terkenal lantaran kerap dipakai jurnalis/aktivis Gloria Steinem yang dikenal sebagai aktivis persamaan hak laki-laki dan perempuan. Ia juga pendiri majalah Ms., majalah yang membahas isu-isu perempuan yang ditulis oleh para perempuan non jurnalis.
Steinem memanfaatkan fesyen sebagai cara untuk diperhatikan. Ia bercerita bahwa kala itu perempuan kerap mengalami perlakuan diskriminatif dan hanya dinilai dari penampilan luar. Oleh karena itu ia berupaya punya penampilan semenarik mungkin agar pekerjaannya dimudahkan. Dan salah satu pilihan fesyennya jatuh pada kacamata aviator.
Di ranah showbiz, selebritas yang juga membuat kacamata ini terlihat ikonik ialah Michael Jackson dan Tom Cruise. Seperti JLo, Jackson pun mengenakan kacamata hitam aviator hampir di segala situasi. Ia memakainya dalam video klip "Thriller", ketika tampil di Superbowl pada awal 90-an, saat menerima penghargaan musik pada pertengahan 80an, bahkan ketika beraktivitas menjelang akhir hidupnya.
Lekatnya citra Jackson dengan aviator membuat salah satu produsen kacamata hitam Illesteva memutuskan mengeluarkan koleksi spesial peringatan 35 tahun album Thriller. Lini tersebut memproduksi 200 kacamata serupa milik Jackson dan dijual dengan harga 240 dolar.
“Ketika kita memikirkan Jackson, kacamata aviator seketika muncul di pikiran,” kata Daniel Silberman CEO Illesteva.
Bisa jadi Silberman ingin seperti Ray Ban, lini kacamata milik perusahaan Bausch & Lomb, yang sempat mengalami lonjakan penjualan kacamata aviator berkat film Top Gun yang dibintangi oleh Tom Cruise.
Dalam ranah mode, jenis kacamata aviator mencapai popularitas lagi pada 2017 ketika direktur kreatif Gucci, Alessandro Michele melansir kacamata tersebut. Desainer kacamata asal Los Angeles, Garrett Leight berkata bahwa kacamata aviator klasik kembali jadi tren di kalangan anak muda.
Pada tahun yang sama, kacamata aviator juga jadi barang incaran di department store kelas atas Neiman Marcus. Direktur fesyen Ken Downing bilang bahwa sebagian besar orang nampaknya ingin memakai aviator.
“Kacamata ini bisa membuat orang terkesan mempesona dan di sisi lain mereka bisa tampil dengan gaya trendi layaknya David Bowie dan Mick Jagger,” kata Downing.
Menurut Neil Blumenthal, pendiri perusahaan kacamata Warby Parker, kembalinya tren kacamata aviator klasik ini bukan tanpa alasan.
"Kurasa, ini berkat film-film dan serial lawas dari era 1980-an dan 1990-an yang kita tonton di Netflix," ujarnya. "Rasanya menyenangkan nonton ulang Friends dan Beverly Hills 90210. Gaya kacamata zaman itu jelas memengaruhi desainer kami."
Editor: Nuran Wibisono