tirto.id - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X menilai tingginya tingkat kematian akibat COVID-19 di wilayahnya lantaran disertai penyakit penyerta atau komorbid yang dialami pasien.
"Kita tidak bisa mengatakan bahwa tingkat kematian karena itu [COVID-19] ya, tingkat kematian tinggi karena punya penyakit lain," kata Sri Sultan di hadapan awak media pada Selasa (22/3/2022).
Sri Sultan menyebutkan sejumlah penyakit yang menjadi komorbid dan menyebabkan pasien COVID-19 meninggal dunia seperti flek, kadar gula tinggi atau diabetes melitus, hingga jantung.
"Kita di masa pandemi bukan [hanya] mengobati Corona, namun penyakit lain yang menyertai," terangnya.
Dirinya meminta kepada masyarakat Yogyakarta untuk segera melakukan karantina ke isolasi terpusat bagi pasien COVID-19 yang memiliki komorbid.
"Semestinya apabila memiliki penyakit bawaan harusnya dibawa ke Isoter, sehingga tidak terlambat," ujarnya.
Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji juga menyampaikan bahwa sebagian besar angka kematian dialami oleh lansia yang memiliki komorbid.
"Berdasarkan catatan kami, sebagian besar yang meninggal itu rata-rata karena komorbid hipertensi, sementara kalau dari sisi usia yang terbesar itu diatas lima puluh tahun, sementara dilaporkan kasus kematian pada anak-anak tidak ada dikarenakan usia yang masih muda," terangnya.
Kepala Bagian Biro Umum Humas dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji, mengklaim bahwa angka kematian akibat COVID-19 saat ini sudah menunjukkan penurunan.
Hal itu berdasarkan hasil rekapitulasi harian yang berkisar pada angka belasan dan paling tinggi 20 kasus kematian selama pandemi COVID-19 varian Omicron ini berlangsung.
"Apabila dibandingkan dengan kasus varian Delta, angka kematian harian pernah menyentuh 60 kasus. Namun setelah itu, angka kasus kematian menurun drastis. Angka kematian 20 termasuk tinggi pada kasus varian Omicron ini," jelasnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Bayu Septianto