Menuju konten utama

Keluarga Korban: Media Sosial Bantu Perkembangan ISIS!

Keluarga dari korban serangan Paris bernama Nohemi Gonzalez mengajukan tuntutan kepada Google, Facebook, dan Twitter karena dianggap memberi bantuan kepada perkembangan ISIS. Tuntutan ini terkait dengan pengaruh media sosial dalam merekrut, mempromosikan, dan mendanai aksi teror.

Keluarga Korban: Media Sosial Bantu Perkembangan ISIS!
Polisi siaga di tempat kejadian seorang komandan polisi Prancis ditikam sampai mati di depan rumahnya di pinggiran kota Paris dari Magnanville , Prancis , 14 Juni 2016. Reuters / reuters tv

tirto.id - Keluarga seorang siswa sekolah desain asal California yang tewas dalam serangan teroris di Paris menuntut Twitter Inc, Google, dan Facebook Inc karena dianggap telah “memberikan bantuan material kepada kelompok radikal ISIS”.

Keluarga Nohemi Gonzalez mendaftarkan tuntutannya pada Selasa, (14/06/2016), di pengadilan federal San Francisco. Mereka meminta supaya pengadilan menindak tegas perusahaan-perusahaan yang melanggar Undang-Undang Anti-Terorisme Amerika Serikat (AS).

“Selama bertahun-tahun, tertuduh telah diketahui secara luas mengijinkan kelompok ISIS untuk menggunakan jejaring sosial mereka sebagai alat untuk menyebarkan propaganda radikal, menghimpun dana, serta menarik anggota-anggota baru,” tulis tuntutan tersebut.

Isi tuntutan tersebut memaparkan peran perusahaan-perusahaan tersebut dalam menyediakan “bantuan material” kepada ISIS untuk merekrut, mendanai, dan melaksanakan serangkaian aksi teror seperti serangan Paris pada November 2015 yang membunuh 130 orang termasuk Nohemi Gonzalez.

Gonzalez saat itu adalah mahasiswa dari California State University yang tengah menjalani pertukaran pelajar di Perancis.

Sementara itu, Google yang merupakan bagian dari Alphabet Inc, menolak untuk mengomentari tuntutan tersebut. “Kami memiliki kebijakan yang jelas dalam melarang perekrutan oleh teroris dan penyebaran konten yang mengundang kekerasan serta kami akan langsung menghapus video yang melanggar kebijakan ini bila ada pengguna kami yang melakukannya,” papar pernyataan Google tersebut.

“Kami juga akan mennghapus akun yang dijalankan oleh organisasi teroris atau mereka yang berulang kali melanggar kebijakan kami,” imbuh pernyataan itu.

Di sisi lain, Facebook turut mengeluarkan pernyataan yang dikirim via surat elektronik. “Tidak ada tempat untuk para teroris atau konten yang mempromosikan dan mendukung terorisme dalam Facebook, dan kami bekerja sekeras mungkin untuk menghilangkan konten-konten semacam itu segera setelah kami berhasil menemukannya,”tulis pernyataan tersebut.

Facebook juga menjamin pihaknya akan menghubungi pihak berwenang apabila berhasil mengidentifikasikan ancaman keamanan dalam sistemnya. Sementara itu, pejabat terkait dari Twitter hingga saat ini belum dapat dihubungi untuk dimintai keterangan mengenai tuntutan ini.

Tuntutan itu juga mengatakan, perusahaan-perusahaan tersebut telah menolak permintaan dari pemerintah AS dan masyarakat luas untuk berhenti memberikan layanan kepada ISIS.

“Tanpa Twitter, Facebook, dan Google (Youtube), ledakan perkembangan dari ISIS yang menjelma menjadi kelompok teroris paling ditakuti di dunia dalam beberapa tahun terakhir ini tidak akan terjadi,” papar tuntutan tersebut.

Tuntutan ini didaftarkan pada hari yang sama dengan kejadian pembunuhan seorang komandan polisi Perancis dan partnernya oleh seorang pria yang mengaku bersumpah setia kepada ISIS. Sang pelaku kemudian menggunakan Facebook Live untuk mengajak orang-orang lain mengikuti jejaknya.

Baca juga artikel terkait HUKUM

tirto.id - Hukum
Sumber: The Guardian
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra