tirto.id - Polda Metro Jaya melalui Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kombes Argo Yuwono, menegaskan bahwa korban meninggal akibat insiden ledakan pabrik kembang api milik PT Panca Buana Cahaya mencapai 48 orang. Jumlah ini tentu bisa bertambah, bergantung pada identifikasi petugas DVI (Disaster Victim Identification) kepolisian.
Argo juga membantah jika jumlah korban meninggal yang dikabarkan sebelumnya mencapai 49 orang. Ia menegaskan bahwa jumlah itu mencapai 48 orang.
"Susah diidentifikasi. Banyak yang jadi serpihan. Ada yang tinggal tulang-tulang, ada yang sudah hangus," katanya kepada Tirto, Selasa (31/10/2017).
Argo merincikan, total temuan di lapangan tak lama usai kejadian sekitar 44 jenazah. Sedangkan 3 korban lainnya meninggal di rumah sakit setelah perawatan, dan 1 korban lain ditemukan di puing-puing kebakaran setelah olah TKP lagi.
"Kemudian juga kemarin di Rumah Sakit Umum Daerah kan ada 2 yang meninggal, kemudian tadi malam ada lagi tambahan meninggal 1. Jadi 3 orang itu yang kami nyatakan (dari) 46 korban (yang masih dirawat), 3 orang meninggal, 11 orang masih dirawat, (32) sisanya rawat jalan," tandasnya lagi.
Penemuan jenazah terakhir kali di TKP ini mempunyai cerita tersendiri. Argo menyatakan bahwa salah satu pihak keluarga atau kerabat pekerja di pabrik tersebut mendatangi penyidik di lokasi. Pihak keluarga kemudian meminta kepada penyidik untuk membantu mencari jenazah yang katanya masih terhimpit di kawasan pergudangan nomor 99 Kosambi tersebut.
"Jadi informasi dari Kapolres kemarin memang ada masyarakat yang mendatangi Kapolres ingin melihat lokasi kembali. Karena dia bermimpi ada seorang teman atau saudaranya masih terhimpit di sana. Jadi dalam mimpinya seperti itu. Jadi kemarin kita melakukan olah TKP kembali kita menemukan 1 jenazah," pungkas Argo di Polda Metro Jaya.
Argo juga belum tahu berapa jumlah total korban akibat peristiwa itu secara pasti. Pasalnya, meski ada 103 pekerja di pabrik itu, tetapi tidak semua karyawan masuk saat ledakan terjadi pada hari Kamis (26/10). Pihak kepolisian hanya bisa mengecek hal itu berdasar daftar absensi gaji yang berisikan nama-nama pegawai.
"Tetapi kami belum mendapatkan kepastian betul saat hari H itu berapa yang datang bekerja. Karena orang yang melaksanakan absensi, itu tidak ada juga. Jadi ikut meninggal. Dan dengan daftar absen itu juga ikut terbakar juga," imbuhnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Alexander Haryanto