tirto.id - Jaringan rahasia online membuat tagar #SaveRahaf untuk mengkampanyekan perlindungan kepada Rahaf Mohammed Alqunun.
Remaja 18 tahun yang melarikan diri karena menderita secara emosional dan fisik di tangan keluarganya di Arab Saudi. Ia juga mengaku hendak dibunuh keluarganya karena meninggalkan Islam.
Kampanye #SaveRahaf ini tak mungkin ada tanpa bantuan kelompok online yang terdiri dari perempuan-perempuan Arab Saudi yang memiliki pikiran yang sama terkait hak-hak mereka.
Seorang perempuan dari Arab Saudi yang sekarang tinggal di Kanada menceritakan bantuan yang diberikan kelompok rahasia online itu.
Melansir CBC, perempuan tersebut tidak mau disebutkan nama dan lokasinya berada untuk alasan keselamatan.
Perempuan itu berbicara kepada As It Happens yang dipandu oleh Carol Off tentang bagaimana peristiwa itu terjadi.
“Itu sangat menegangkan karena kami melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk membuat akun [online] ke dunia, dan menghubungi organisasi lain dan siapa pun yang kami anggap bisa menolong kami,” kata perempuan itu saat ditanya CBC terkait bantuannya membantu Rahaf melalui dunia maya.
Sebelum Rahaf menulis tweet pertamanya yang berisi: “Saya adalah gadis yang melarikan diri dari Kuwait ke Thailand. Hidup saya dalam bahaya jika saya dipaksa kembali ke Arab Saudi.” Rahaf telah menghubungi kelompok rahasia itu untuk berkonsultasi.
Perempuan itu mengatakan dia telah mengenal Rahaf setahun sebelumnya. Rahaf bernaung dalam kelompok yang sama dengan perempuan itu.
“Saya tahu bahwa dia ingin melarikan diri dari Arab Saudi dan keluarganya,” ujarnya.
Kelompok rahasia tersebut merupakan kelompok feminis yang ingin mengakhiri perbudakan bagi kaum perempuan.
Mereka menyebarkan kesadaran tentang kesataraan di antara para perempuan Saudi. Di mana perempuan diberikan hak yang tidak adil dibandingkan dengan laki-laki.
Ketika kelompok itu mendengar kabar bahwa ayah Rahaf telah sampai di Thailand dan meminta pejabat di sana untuk membantu menghubungkan, kelompok tersebut panik.
Rahaf bilang tidak ingin melihat orang tuanya. Rahaf tidak makan dan tidak tidur. Kelegaan baru dirasakan setelah Rahaf dilindungi UNHCR, badan pengungsian PBB.
Perempuan itu merasa bersalah karena cerita Rahaf menjadi viral. Kelompok ini harus menutupi jejaknya ketika akan melakukan kampanye perlindungan tersebut.
Dampak lainnya, dia juga mendengar kisah lain seperti yang dialami Rahaf. “Ada banyak wanita lain yang meminta saya untuk membantu mereka,” ujarnya.
Rahaf didukung kelompok tersebut membentuk twitter @rahaf84427714 yang baru-baru ini dibuat dan hingga hari ini Rabu (9/1/2019) telah mengumpulkan pengikut lebih dari 108 ribu.
“Akun resmi saya akan dikirim ke teman dekat jika saya hilang, sehingga informasi nyata tentang kasus saya akan diperbarui dan didokumentasikan, bukti yang tersisa akan dipublikasikan dan suara gadis-gadis yang mengalami hal seperti kasus saya tidak akan ditolak.” Tulis Rahaf dalam akun resminya menggunakan Bahasa Arab.
Elaine Pearson, Direktur Human Rights Watch Australia dalam pernyataannya di The Guardian mengatakan pemerintah Australia harus “bertindak cepat” untuk membawanya keluar dari Thailand ke tempat yang aman di Australia.
"Dia lebih berisiko daripada pengungsi lain, tidak hanya dari keluarganya tetapi ancaman yang dia hadapi online dan dari pemerintahnya sendiri," ujar Elaine.
سوف يتم تسليم حسابي الرسمي لاصدقائي المقربين في حاله إختفائي، لكي يتم تحديث وتوثيق المعلومات المهمة، الحقيقية عن حالتي؛ ولكي يتم نشر الأدلة الباقية ولكي لا يتم دحض اصوات البنات ممن هم في مثل حالتي من بعدي.💔
— Rahaf Mohammed رهف محمد القنون (@rahaf84427714) January 7, 2019