tirto.id - Penyembuhan yang andal untuk COVID-19 hingga kini belum juga tersedia, tetapi hal ini tidak menghentikan negara-negara untuk perlahan-lahan membangkitkan perekonomian negaranya.
Beberapa selamat dari gelombang pertama, walau begitu ada kekhawatiran apakah mereka dapat terinfeksi kembali.
Ada berbagai klaim tentang hal ini dan satu hal yang hilang adalah kerangka waktu di mana coronavirus dapat menyerang lagi.
Menurut sebuah studi dari kelompok di Amsterdam, orang mungkin terinfeksi ulang dengan coronavirus setelah enam bulan.
Studi tersebut baru-baru ini diunggah di medRxiv, sebuah situs internet yang mendistribusikan manuskrip yang tidak dipublikasikan tentang ilmu kesehatan dengan tema “Human Coronavirus Reinfection Dynamics: Pelajaran untuk SARS-CoV-2."
Para peneliti melacak 10 subjek yang mengontrak setidaknya satu dari empat spesies virus korona musiman selama 35 tahun (1985 hingga 2020).
“Ditemukan durasi kekebalan kekebalan yang pendek terhadap virus korona yang sangat singkat. Kami melihat reinfections yang sering terjadi pada 12 bulan pasca infeksi dan penurunan substansial dalam tingkat antibodi segera setelah enam bulan pasca infeksi,” demikian tulis studi tersebut seperti dilansir dari Medical Daily, Selasa (2/6/2020).
Namun, perlu dicatat bahwa penelitian ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, sehingga kurang mendapat dukungan. Seharusnya tidak digunakan sebagai panduan untuk praktik klinis, per Medrxiv.
Dengan asumsi bahwa penelitian ini bertahan, maka akan menjadi alasan untuk orang-orang bertanya kapan COVID-19 dapat kembali menginfeksi.
Meski wabah virus Corona belum berakhir, sebagian besar negara perlahan melakukan pemulihan ekonomi.
Sementara sebagian besar telah didesak untuk melanjutkan pedoman yang ditetapkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) seperti mengenakan masker, mempraktikkan jarak sosial dan menjaga kebersihan setiap saat, seperti mencuci tangan.
Tetapi masalah utama saat ini adalah pelacakan kontak. Meskipun ada pedoman CDC, pelacakan kontak sekarang menjadi perhatian utama untuk membatasi COVID-19.
Berbagai langkah juga telah disarankan, salah satunya adalah kekebalan kelompok. Untuk mencapai ini, diperlukan vaksinasi luas yang sampai sekarang belum juga tersedia.
Para peneliti dan ilmuwan sedang berusaha untuk mendapatkan antivirusnnya, tetapi tidak ada yang terbukti benar-benar efektif.
Studi ini kemungkinan mengarah pada sesuatu tetapi masih lebih baik untuk mendapatkan evaluasi dan dukungan yang tepat terlebih dahulu.
Editor: Agung DH